“Sayang…Neneng…mama Zia…” Suara suamiku, aku buru buru menarik selimut lalu pura pura tidur. Bahaya kalo tidak tidur, aku harus melayani si Dodo yang selesai di embargo. Bisa segahar apa si Dodo, bisa bisa tembus sampai ke ulu hati kalo dia ngerock. “Curangnya…tidur sih…aku suruh tunggu…” keluhnya dan aku tetap pura pura tidur. Aku rasakan dia naik ke ranjang dan tiduran di sebelahku. Mungkin tidur telentang karena dia tidak memelukku. “Udah seharian nahan gondok karena kamu di culik papa sama mama. Aku bukan anak durhaka yang berani lawan papa sama mama. Udah aku soleh banget, gak di kasih upah. Gimana sih Neng..” keluhnya ngomong sendiri. Aku menahan tawaku. “Kadang aku mikir, enak banget jadi kampret. Noni udah gak muda lagi, tapi ngos ngosan trus. Lah aku, orang bilang enak puny