bc

The Guardians of Madast

book_age16+
14
IKUTI
1K
BACA
student
magical world
friends
like
intro-logo
Uraian

[Disclaimer : Cerita ini memuat alur yang tidak jelas dan belum direvisi, rencana revisi bulan Februari]

Dunia paralel? Apa kamu percaya akan hal itu?

Jika tidak, maka kamu seperti Sofia. Segala hal yang ada di dunia ini haruslah logis dan empiris. Itulah prinsip dari Sofia Rosella Rodrigo.

Namun, siapa sangka justru dia mendapatkan undangan istimewa untuk menjadi Guardians di dunia paralel?

Petualangan gadis itu penuh lika-liku. Bersama dengan keenam temannya, dia harus menjadi Guardians di Madast dan menyelamatkan Ratu Crystal dari takdir kematian.

Penasaran? Langsung saja baca cerita ini!

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Broken Angel
"Aku merasa cukup dengan diriku. Aku menarik senyumku di depan cermin. Sungguh, kamu akan merasakan bahagia ketika kamu merasa cukup. Cukup atas kerja kerasmu, cukup atas perihal ekonomi, juga cukup atas rasa kasih sayang." _,,,,, Gelap. Tiada cahaya sedikit pun. Gelak tawa banyak orang terdengar jelas seakan mengelilingi diri seorang gadis berkalung bunga lily. Bukan. Bukan tengah berada di dalam komedi. Namun justru gadis itu merasa seakan sedang ditertawakan banyak orang, diolok-olok. Napasnya tidak beraturan, dia mulai sedikit sesak. Dalam beberapa detik, cahaya mulai muncul tapi sebatas cahaya redup. Dia melihat bayangan orang yang ia kenal, orang yang ia sayang, keluarga dan sahabatnya. Mereka  berdiri, namun semakin menjauhi gadis itu. Bayang-bayang mereka menghilang satu per satu. Seolah membuat jarak teramat jauh dan perlahan kembali menghilang. Hal itu membuat gadis berkalung bunga lily berteriak hebat. Memanggil nama orang yang yadi ia lihat satu per satu. Raganya, belum siap untuk ditinggalkan seorang diri. Jiwanya, teramat rapuh ketika merasa sepi. "Sofia!" Suara bidadari surga itu benar-beanr menylamatkan mimpi buruk seorang gadis berkalung bunga lily. Dengan cepat, Sofia membuka matanya dan memeluk mamanya dengan erat. Lagi dan lagi. Mimpi penuh tanda tanya itu hadir menjangkau malam sampai paginya saat terlelap. Mimpi yang terasa begitu nyata sampai ketakutan Sofia terbawa pada kehidupan realita. Mungkin sebagian besar orang bermimpi indah itu sudah sering sekali terjadi. Namun bagi Sofia, itu adalah hal yang memiliki probabilitas hampir 0 persen. Pasalnya, gadis itu selalu saja dihantui oleh mimpi buruk yang sama. Mimpi buruk yang sangat membuatnya ketakutan. Di sisi lain, Lily membalas pelukan Sofia untuk membuat anak semata wayangnya itu tenang. Ia sudah paham betul jika Sofia seperti ini pasti Sofia baru memimpikan hal buruk. Lily adalah ibu penyabar. Dia bahkan jangan menaikkan nada ketika dia sedang marah. Dan tentu saja, dia adalah orang yang begitu lembut. "Sofia, tenanglah. Siap - siap untuk pergi ke sekolah saja, ya?" ucap Lily. Wanita itu lantas melepaskan pelukannya dan berjalan menuju jendela kamar Sofia yang bertirai warna putih. Dibuka dengan pelan, tirai yang menghalangi cahaya matahari pagi itu. Membuat secercah sinar kehidupan memasuki ruangan, membawa kehangatan bagi yang di dalamnya. "Apa kamu tidak mau berangkat sekolah? Ayolah bangun, itu cuma mimpi, Sofia. Kamu tenang saja," bujuk Lily dengan lembut. Ia tak ingin Sofia terus terusan overthinking dengan mimpinya, ia tidak ingin itu semua membebani diri Sofia.  “Aku tidak mau pergi. Aku mau tetap di sini. Aku tidak mau sekolah," ungkap Sofia yang masih mengenakan piama berwarna ungu. “Bukannya kamu suka fisika? Apa kamu lupa? Kamu akan mengerjakan tes fisika hari ini," bujuk Lily sekali lagi. “Kamu harus berangkat, Katanya kamu ingin memenangkan taruhan dengan papa, bukan?” Mendengar kata "taruhan" langsung membuat Sofia terbangun. Ia masih begitu ingat tentang tarusan bersama papanya. Dia pun mencoba membuka mata dengan sempurna. "Astaga, Ma, aku lupa! Baiklah aku akan Segera siap-siap!" Gadis itu lantas bergegas bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandinya. Sementara Lily hanya dapat menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah putrinya yang menggemaska. Dan juga … penuh kekhawatiran. *** "Sekolah kamu, lancar, Sofia?" Pria paruh baya yang mengenakan tuxedo hitam itu mencoba membuka obrolan dengan putri kesayangannya. Ia menginjakkan pedal rem mobilnya dengan mendadak. Hampir saja akan menabrak pengendara sepeda motor elektrik di depannya. Jalanan kota Matfistopia sedang kacau-kacaunya pagi ini. Ramai tak terkendali. Suara-suara klakson dan sinar matahari yang semakin meninggi membuat suasana semakin memanas. Ah, bukannya kota yang sudah maju teknologinya seharusnya ke ada nya juga membaik? Matfistopia tidak. Semakin maju teknologi, justru semakin banyak orang-orang yang egois mementingkan diri sendiri. Sofia melirik ke arah jalanan. Tak ada satu pun orang yang berjalan kaki. Dia pun mengangguk, seraya menjawab pertanyaan ayahnya. "Tentu saja lancar, ahli pshysic seperti aku sangat mudah beradaptasi dan mendapatkan nilai bagus." "Hahaha. Sudah bisa sombong kamu? Padahal awalnya kamu menolak di sekolah di Starry." Rodrigo kembali melanjutkan mengemudi nya karena traffic light sudah berada pada warna hijau. "Ya bagaimana lagi, Pah. Pilihan lainnya tidak meyakinkan. Lagi pula waktu itu aku hanya melihat dari luarnya saja. Tapi ternyata di dalamnya sungguh menakjubkan!" tutur Sofia begitu semangat. Mata biru gadis itu terlihat bersinar terang, jelas terdapat hal menarik di dalamnya. Di dalam diri Sofia. Rodrigo menaikkan sebelah alisnya. Senyumnya tak bisa pudar saat melihat putrinya bersemangat seperti ini. "Lalu?" "Apalagi aku bisa mendapatkan sahabat-sahabat yang sangat peduli terhadapku. Dan aku juga bertemu lagi dengan ... " "James?" Sofia menunduk malu ketika mendengar nama laki-laki yang ia sukai sejak kecil. Ayahnya memang tahu betul apa yang dipikirkan Sofia."Iya, Pah. Aku bertemu lagi dengannya. Sepertinya dia memang jodohku, bukankah begitu?" "Ada-ada saja kamu ini. Padahal James sudah menolakmu berpuluhan kali." Sofia mendadak menyandarkan kepalanya pada jendela mobil. Candaan ayahnya benar-benar tidak lucu. "Pah. ... Tapi aku tidak menyerah untuk mendapatkan James. Aku percaya suatu saat nanti James akan menerimaku." Rodrigo terkekeh dengan riangnya. Dia lancas membuka laci mobilnya. Terdapat permen lolipop kecil di sana. Ah, itu adalah kesukaan Sofia. Pria itu pun langsung memberikan lolipop itu kepada Sofia sebagai tanda rasa bersalah karena omongannya tadi. "Pah, bisa ceritakan waktu Papa bertemu Mama dulu? Apakah harus sakit hati terlebih dahulu seperti aku?" tanya Sofia setelah menerima lolipop dari ayahnya. "Tentu tidak. Pah sama Mama memang dari awal saling tertarik," jawab Rodrigo yang sengaja membuat anaknya merasa iri. Sofia bersedekap tangan. Wajahnya menjadi datar, dan jelas terlihat rasa iri. "Sangat tidak adil." "Tapi dulu kami punya tantangan yang lebih besar daripada tantanganmu saat ini." "Oh, ya? Memang apa itu, Pah?" Mobil hitam milik Rodrigo berhenti di depan sekolah ternama di Matfistopia. Sekolah yang penuh misteri dan banyak keajaiban di dalamnya. Banyak orang yang percaya bahwa siswa di Starry Highschool memiliki kekuatan ajaib tertentu. Tetapi tentu saja para siswa itu menyembunyikannya. Konon kalau mereka menunjukkan kekuatan itu kepada orang-orang, kekuatan mereka akan hilang. Namun tetap saja ada sebagian yang tidak percaya mengenai kekuatan ajaib yang seperti di fairy tale itu. Termasuk Sofia. Menurutnya, hal yang tidak bisa dikaji secara saintifik seperti itu hanyalah omong kosong belaka. Rodrigo melepaskan sabuk pengaman yang emilit pada Sofia. Gadis kecilnya itu terlalu sibuk dengan lolipop yang ia berikan tadi. "Kami mempertaruhkan nyawa. Untuk menjaga kedamaian suatu kerajaan." Mata Sofia terbelalak. Dia merasa seperti sedang dibohongi oleh ayahnya sendiri. "Ahaha Papa bercanda? Cerita Papa seperti dongen!" Rodrigo menggeleng dengan mengulas senyumnya. Dia mengerti, anaknya mungkin menemukan sebuah keajaiban makanya Sofia tidak percaya akan hal itu. "Aku tidak bercanda, Sofia. Kami pergi ke dunia paralel. Bertempur saat dimintai bantuan. Kami superhero." "Aku tidak percaya dengan bualanmu, Papa," jawab Sofia dengan singkat dan lugasnya. Dia sangat tidak suka jika orang-orang mulai membahas sesuatu yang hanya imajinasi semata. "Kamu harus percaya dunia paralel memang ada. Itu nyata. Dan setiap orang punya kekuatannya sendiri. Termasuk kamu." Rodrigo menunjuk Sofia dengan pasti. Dia ingin sekali meyakinkan putrinya tentang semua keajaiban dan realitasnya, yang bukan seperti imajinasi saja. "Aku tidak percaya akan dunia paralel. Itu bahkan sama sekali tidak bisa dikaji dengan sains dan pemikiran rasional. Mungkin yang mengarang persoalan dunia paralel dan hal-hal ajaib itu sudah gila! Itu semua mungkin hanya halusinasi atau mimpi tidurnya!" Sofia bergegas membuka pintu mobilnya. Menurut dia, obrolan dengan Rodrigo sudah mulai membosankan. "Apalagi kekuatan-kekuatan. Hah, mungkin mereka para pengikut setan!" lanjutnya begitu menutup pintu mobil dengan kuat. "Aku masuk sekolah dulu, bye, Pah!" Rodrigo hanya bisa menatap Sofia yang mulai berlari menuju gedung Starry Highschool. "Suatu saya nanti kamu akan percaya. Garis takdir itu tertuju pada dirimu. Jadi jangan mengelak nantinya."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
122.8K
bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

Romantic Ghost

read
164.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
6.9K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook