12 - Nasihat Sean.

1510 Kata
Sean dan Juan sudah sampai di halaman belakang, tempat di mana biasanya Anton dan anggota keluarganya berkumpul. Sean mempersilakan Juan duduk di sofa, dan Juan menurutinya. "Mau minum teh atau kopi?" "Kopi, Kak." Sebenarnya Juan ingin menolak tawaran Sean, tapi setelah Juan pikir-pikir, akan jauh lebih baik jika ia menerima tawaran Sean. Juan takut jika Sean tersinggung jika ia menolaknya. Sean berbalik memunggungi Juan, lalu membuat kopi untuknya dan juga Juan. Tak berselang lama kemudian, Sean kembali. Sean meletakkan kopi buatannya di meja, lalu ia duduk di sofa yang bersebrangan dengan Juan. "Jadi, apa saja yang kalian bicarakan? Apa masalah diantara kalian berdua sudah selesai?" Sean bertanya dengan nada mengintimidasi yang kuat, bahkan tatapan matanya sangat tajam. "Banyak hal yang kita berdua bicarakan, Kak, dan masalah diantara kita berdua sudah selesai." Juan menjawab dengan tenang pertanyaan Sean, tatapan tajam yang Sean berikan sama sekali tidak membuat Juan gugup. "Benarkah? Tapi dari pengamatan Kakak, kalian malah menambah masalah baru." Juan mendongak, menatap bingung Sean. "Maksud Kakak apa?" "Jika Kakak perhatikan dari gerak-gerik kalian berdua, hubungan di antara kalian berdua memang membaik, tapi bukan sebagai teman ataupun sahabat, tapi lebh dari itu, benar bukan?" "Kita berdua sepakat untuk menjalin hubungan asmara, Kak." Juan tidak mungkin mengelak, percuma saja mengelak, Sean sudah tahu. Sean menghela nafas panjang, menghembuskannya secara kasar. "Juan, apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?" tanyanya pelan, menyerupai bisikan. "Juan sadar, Kak." Sean mendengus. "Juan, sepertinya kamu tidak sadar dengan apa yang baru saja kamu dan Anna lakukan." Juan baru saja akan menanggapi ucapan Sean, tapi terhenti karena Sean mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat agar Juan diam. "Kamu sudah bertunangan dengan Bella, Juan. Lalu bagaimana bisa kamu menjalin hubungan asmara dengan Anna di saat status kamu sendiri adalah seorang pria yang sudah bertunangan?" Sean nyaris membentak Juan. "Kakak pasti tahu apa alasan sebenarnya aku dan Bella bertunangan. Kita bertunangan bukan karena kita berdua saling mencintai, Kak, tapi karena ada kesepakatan bisnis antara Daddy dan Om Pram selaku Ayahnya Bella." "Kakak tahu, Juan, sangat tahu. Dan dari informasi yang Kakak dapatkan, pertunangan antara kamu dan Bella juga terjadi karena kemauan dari diri kamu sendiri tanpa adanya paksaan dari kedua orang tua kamu." "Iya, itu memang benar. Saat itu, Juan berpikir jika Anna menerima lamaran Eishi, Kak, makanya Juan memilih untuk bertunangan dengan Bella." "Salah kamu sendiri karena tidak mencari tahunya terlebih dulu. Kamu malah memblokir semua akun social media Anna, sama sekali tidak memberi Anna kesempatan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." "Juan tahu Juan salah, Kak," lirih Juan dengan raut wajah sedih. Jika mengingat betapa bodoh dirinya dulu, maka hanya penyesalanlah yang Juan rasakan. "Kamu memang salah, Juan," lirih Sean ketus. "Juan tidak mau kehilangan Anna, Kak." "Tapi cara kamu mempertahankan Anna salah, Juan!" Sean akhirnya membentak Juan. Juan diam, tahu betul kalau apa yang Sean katakan memang benar. Caranya dalam mempertahankan Anna sangat salah. Seharusnya, ia mengakhiri hubungannya dengan Bella sebelum akhirnya menjalin hubungan dengan Anna. "Apa jadinya jika sampai orang tua kamu, orang tua Bella, bahkan mungkin para awak media tahu tentang kamu dan Anna yang menjalin hubungan di saat status kamu sendiri sudah bertunangan dengan Bella, Juan?" "Itu akan menjadi masalah besar, karena kamu dan Anna sama-sama anak dari salah satu pengusaha terpandang di negeri ini." Juan menunduk, mencerna dengan baik setiap kata-kata Sean. Juan sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Anna, dan Juan berharap kalau hal itu tidak akan pernah terjadi. "Anna akan sangat menderita, Juan. Anna akan mendapatkan banyak kebencian, entah itu dari keluarga kamu terutama orang tua kamu, juga keluarga Bella. Sudah bisa dipastikan jika Anna juga akan menerima banyak kebencian dari para pengguna social media, juga orang-orang di sekitarnya, Juan. Mereka semua akan berpikir jika Anna merebut kamu dari Bella, menghancurkan pertunangan kalian yang baru seumur jagung. Mereka semua akan menjuluki Anna sebagai w************n, dan masih banyak lagi kata-kata menyakitkan yang akan Anna terima." Juan semakin menunduk, tidak berani bersitatap dengan Sean yang pasti kini menatapnya dengan raut wajah penuh amarah. "Bukan hanya Anna, tapi keluarga besar Kakak juga akan terkena imbasnya, begitu juga dengan perusahaan-perusahaan kita." "Maaf, Kak." Hanya itu yang mampu Juan ucapkan. "Apa kamu tidak berpikir sampai sejauh sana?" "Ti-tidak, Kak," balas lirih Juan masih dengan kepala tertunduk. Juan akui, ia memang tidak berpikir sampai sejauh sana. "Orang-orang yang tahu fakta sebenarnya mungkin tidak akan membenci Anna atau mencaci maki Anna dengan kata-kata menyakitkan, tapi mereka yang tidak tahu apa-apa tentang kalian berdua pasti akan teramat sangat membenci Anna." Sean sudah bisa membayangkan apa yang nanti akan terjadi. Ucapan Sean semakin membuat Juan sadar jika apa yang ia lakukan memang salah besar. "Nasihat dari Kakak adalah, akhiri hubungan kamu dengan Anna, kembalilah pada Bella. Jika kamu berpikir untuk mengakhiri pertunangan kamu dengan Bella, maka akhirilah. Setelah masalah pertunangan kamu dengan Bella selesai, kamu baru bisa bebas ingin menjalin hubungan dengan siapapun, termasuk dengan Anna." "Apa yang Sean katakan benar, Juan." Anton yang sejak tadi menyimak pembicaraan antara Sean dan Juan akhirnya bersuara. Ucapan dari Anton mengejutkan Sean dan Juan. Wajar saja keduanya terkejut. Sejak tadi, Sean dan Juan berpikir jika tidak ada orang lain selain mereka berdua. Dengan kompak, Sean dan Juan menoleh pada Anton yang saat ini mendekat. "Sejak kapan Daddy mendengarkan pembicaraan antara Sean dan Juan?" "Sejak awal, Kak." Anton duduk di samping Juan, menepuk ringan bahu Juan dengan tangan kanannya. "Om setuju dengan nasihat yang Sean berikan, Juan. Sebaiknya, kamu akhiri dulu pertunangan kamu sama Bella, setelah itu, baru kamu bisa berhubungan dengan Anna." Juan hanya diam, tak tahu harus mengatakan apa. "Om tahu, pasti kamu takut kalau Anna akan melupakan kamu, iya kan?" Tanpa rasa ragu, Juan mengangguk, lalu menanggapi ucapan Anton sambil menundukkan wajahnya. "Iya, Om. Juan takut jika Anna akan melupakan, Juan." "Om tahu betapa besarnya cinta Anna sama kamu, Juan," lirih Anton dengan pandangan menerawang, kembali mengingat apa saja yang sudah terjadi selama 2 tahun belakangan ini. "2 tahun sudah berlalu sejak kamu pergi meninggalkan Anna, tapi selama itu pula Anna masih mencintai kamu." Ucapan Anton sedikit membuat perasaan Juan lega, tapi ucapan Anton selanjutnya berhasil membuat perasaan Juan kembali tak tenang. "Ada banyak sekali pria yang mendekati Anna, bahkan melamar Anna secara langsung pada, Om. Om menyerahkan semua keputusannya pada Anna, apa Anna ingin menerima lamaran tersebut atau menolaknya? Dan seperti yang kamu tahu, sampai saat ini Anna masih sendiri, itu artinya Anna menolak semua lamaran mereka." Awalnya Juan sangat tegang, tapi setelah mendengar ucapan terakhir Anton, Juan merasa sangat lega. Juan merasa luar biasa bahagia, tapi juga merasa sangat sedih. Juan bahagia karena ternyata Anna menolak semua lamaran-lamaran yang datang, sedih karena dirinya tidak bisa seperti Anna. Saat Alexander mengatakan ingin menjodohkannya dengan Bella, ia tanpa perasaan ragu sedikitpun langsung setuju, padahal saat itu, Alexander mengatakan tidak akan memaksanya jika memang ia tidak mau bertunangan dengan Bella. "Anna menolak lamaran mereka semua karena Anna mencintai kamu, Juan." Anton mengangguk, membenarkan ucapan Sean. "Iya, Anna sangat mencintai kamu. Kalaupun seandainya nanti Anna melupakan kamu, dan mencintai pria lain, itu artinya kalian berdua tidak berjodoh." Juan seketika bertanya-tanya, apa yang nanti akan terjadi di masa depan? Apa dirinya dan Anna akan berjodoh? Menikah lalu memiliki keluarga bahagia? Atau mereka akan berpisah, lalu menikah dengan orang lain? Atau jutsru, kematianlah yang akan terlebih dahulu menjemput mereka. Dalam sekejap, pikiran Juan berubah menjadi sangat kacau. "Pikirkanlah semuanya dengan baik-baik, Juan. Bukan hanya untuk kamu, tapi juga untuk Anna dan masa depan kalian berdua." "Iya, Om, Juan akan memikirkan semuanya dengan baik-baik," lirih Juan pasrah. "Lebih cepat lebih baik, Juan." Sean tidak mau, Juan berpikir terlalu lama. "Iya, Kak, Juan paham." "Kapan kamu akan kembali ke New York?" "Seharusnya besok, Kak." "Kakak harap, sebelum kamu pergi, kamu sudah bisa memberikan penjelasan tentang apa yang akan kamu lakukan selanjutnya." Juan hanya mengangguk. Anton, Sean, dan Juan mengobrol selama hampir 1 jam lamanya, membahas tentang Juan dan Anna. Juan baru saja sampai di apartemennya saat Anna mengirim pesan, menanyakan apa Juan sudah sampai atau belum? Juan tidak membalas pesan Anna, tapi memilih untuk menghubungi Anna. Begitu Anna mengangkat panggilannya, Juan langsung memberondong Anna dengan pertanyaan. "Kenapa belum tidur, Anna? Ini sudah malam." "Aku enggak bisa tidur, Kak." Anna menjawab dengan gelisah pertanyaan Juan, dan Juan menyadarinya. "Kenapa enggak bisa tidur?" Juan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memijat keningnya yang terasa sangat pusing. "Aku penasaran sama apa aja yang sudah Kakak dan Kak Sean bicarakan." Juan sudah menduga jika alasan Anna tidak bisa tidur karena penasaran dengan apa yang tadi ia dan Sean bicarakan. "Maaf ya, Kakak tidak bisa memberitahu kamu tentang apa saja yang sudah kita berdua bicarakan." "Kenapa?" tanya Anna dengan nada merajuk. "Rahasia, Anna." "Tapi, Kak Sean tidak memukul Kakak, kan?" Juan terkekeh. "Tentu saja tidak, Anna. Kakak baik-baik saja." "Syukurlah kalau begitu." Anna lega, sangat lega. Tadi Anna sudah berpikir yang tidak-tidak. Anna sudah takut jika tadi Sean memukul Juan. "Tidurlah, Anna, ini sudah malam." "Baiklah." Anna sudah mengantuk, tapi menahan diri agar tidak tidur demi tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Sean dan Juan. "Ponselnya jangan dimatikan, biarkan saja." "Ok, Kak." Juan memejamkan matanya, begitu juga dengan Anna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN