Leo Adicandra adalah salah seorang direksi di sebuah perusahaan e-commerce yang cukup ternama. Pada usianya yang sudah genap kepala tiga, sampai saat ini lelaki itu masih betah sendiri. Lelaki itu menghabiskan waktunya dengan sibuk bekerja.
Sejak kuliah, Leo memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen yang dibelikan sang kakek sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-17 tahun. Selama ini, Leo telah tinggal lama bersama omnya yang bernama Ervan di mana telah mengangangapnya seperti anak sendiri. Begitu juga dengan Anita, istri dari omnya itu yang menyayangi Leo sejak lelaki itu masih kecil. Ervan dan Anita sudah seperti orang tua kandung yang tulus menyayangi Leo.
Sabtu siang ini, Leo tengah beristirahat di apartemennya usai donor darah. Hal biasa dilakukan lelaki itu sejak masih remaja. Leo yang sudah kehilangan orang tuanya semenjak bayi karena kecelakaan yang menimpa keduanya, berharap dengan darah yang disumbangkannya secara rutin bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang membutuhkan.
Sambil merebahkan diri di kasur, Leo menggonta-ganti channel televisi di kamar tersebut dengan sebuah remot di tangannya. Kamar yang cukup besar dilengkapi dengan TV, walk in closet serta sofa di kamar itu. Selain betah di kantor dengan bekerja, Leo juga menyukai ketika berada di dalam kamarnya.
Hingga mata Leo terpaku pada sebuah stasiun televisi akun gosip yang memberitakan tentang seorang perempuan yang Leo kenal. Maksudnya, bukan saling mengenal. Hanya Leo saja yang mengenal sosok orang namanya sedang digosipkan saat ini, namun tidak dengan orang itu. Leo rasa, seseorang itu tak pernah mengenalnya—melirik kepadanya sejak dulu ketika masih duduk di bangku SMA.
Leo menarik napas berulang kali. Ini bukan kali pertama dia mendapati seseorang itu masuk ke dalam akun gosip atau meramaikan media sosial. Walau pun begitu, mata Leo tetap saja tertuju padanya. Seorang perempuan yang Leo sukai dalam waktu lama, sejak masa putih abu-abu. Leo yang beberapa tahun belakangan ini kembali melirik perempuan itu.
Dulu, Leo yang merupakan anggota jurnalistik di sekolah sering membuat puisi untuk perempuan itu dan ditempel pada mading. Diam-diam, Leo mengintip di saat perempuan yang merupakan adik kelasnya itu membaca puisi-puisi ciptaannya di depan mading. Leo yang hanya bisa mengagumi perempuan itu dalam diam. Leo sadar bahwa banyak lelaki yang menginginginkan perempuan itu, namun dia tidak percaya diri untuk maju. Dia yang hanya seorang anak yatim piatu, seringkali merasa lebih kecil jika bersaing dengan lelaki lainnya yang menurut Leo lebih baik dari padanya dalam segala hal. Jika hanya sekedar pintar dan tampan, di sekolah Leo yang elit itu banyak lelaki yang seperti itu. Hingga Leo harus merelakan perempuan itu bersama lelaki lain.
Belasan tahun sudah berlalu dan Leo masih sendiri, usai sempat menjalin hubungan selama 3 bulan dengan temannya waktu kuliah. Itu juga, Leo hanya menerima ketika perempuan itu menyatakan perasaan padanya. Tak berlangsung lama karena dianggap cuek, Leo diputuskan oleh kekasihnya saat itu.
"Arabella... "
Leo menggumamkan nama perempuan yang sedang digosipkan di layar TV yang menggantung di dinding kamarnya. Kemudian Leo terkekeh kecil. Dia yang menyadari bahwa beberapa tahun terakhir ini dirinya kembali melirik perempuan itu setelah sekian lama tak memikirkannya lagi karena sibuk bekerja. Leo mengetahui semua di saat Ara yang beberapa kali masuk ke dalam akun gosip dalam waktu 2 tahun terakhir, padahal sebelumnya nama perempuan itu dikenal sebagai artis multitalenta yang sedang naik daun. Selama ini, Leo hanya diam memantau sampai gosip itu mereda dengan sendirinya.
Leo yang mempunyai kenalan direksi di berbagai media online dan TV, seketika meraih ponselnya. Yang dia lakukan saat ini adalah menelepon satu-persatu kenalannya untuk take down berita buruk yang berkembang tentang perempuan bernama Arabella itu. Arabella yang merupakan seorang artis, namun nama perempuan itu seringkali muncul di akun gosip karena beberapa skandal yang menimpanya.
"Gue bisa minta bawahan gue untuk tarik beritanya walau lagi booming. Tapi gue pengen tahu dulu, Bro, alasan lo apa minta gue narik gosip itu? Seorang Leo yang biasanya anti ribet, sekarang bela-belain ikut campur urusan artis."
Leo berdecak begitu mendapatkan salah satu jawaban dari temannya yang merupakan salah satu petinggi di sebuah stasiun televisi, teman kuliahnya yang sama-sama mengambil program S-2 di luar negeri kala itu.
"Tarik aja dulu. Nanti gue ceritain."
Leo menghela napas lega setelah berhasil menghubungi beberapa kenalannya di media online dan stasiun televisi. Tak semua Leo kenal, setidaknya beberapa yang dikenalnya mau menuruti ucapannya. Leo yang juga telah beberapa kali bekerja dengan beberapa stasiun televisi untuk iklan perusahaannya yang bergerak di bidang e-commerce itu.
Setelah meletakkan ponselnya di atas nakas, Leo memijit keningnya mengingat ucapan papa angkatnya yang tak lain adalah Ervan.
"Dua bulan lagi kamu bakalan jadi CEO di perusahaan ini. Tolong tetap seperti ini, ya? Pertahankan kinerja kamu dan jangan sampai terlibat masalah."
Perusahaan sekarang yang diduduki Leo adalah perusahaan keluarga. Yang memimpi perusahaan itu saat ini adalah sepupu dari papa dan juga almarhum mamanya. Di mana 2 bulan lagi posisi tersebut akan digantikan olehnya. Tapi tetap saja, hal ini harus ada kesepakatan dari para pemegang saham dulu untuk meng-sahkan.
Beberapa kali terlibat skandal dalam 2 tahun terakhir, Leo rasa karir Ara perlahan akan meredup. Leo ingin menjadikan Ara menjadi brand ambassador perusahaannya agar nama perempuan itu tidak lenyap begitu saja. Perempuan itu harus tetap bersinar seperti dulu. Namun, Leo harus berhati-hati dalam tindakannya. Setiap keputusan yang diambilnya, dia harus berdiskusi terlebih dahulu dengan sang papa. Masalahnya, akankah papanya memuluskan rencana Leo? Sementara menurut cerita yang beredar, Leo tahu jika papanya dulu pernah bermasalah dengan seorang brand ambassador. Sudah bisa dipastikan jika papanya yang sekarang menjabat sebagai komisaris di perusahaan tersebut, akan selalu memantau apa yang Leo kerjakan.
Sementara itu di lain tempat, Arabella tampak santai menanggapi gosipnya yang sedang ramai dibicarakan. Foto dirinya yang tampak sedang berciuman dengan seorang pengusaha di mana lelaki itu belum resmi bercerai dengan istrinya. Ara sebenarnya tak kenal dekat dengan lelaki itu. Yang Ara ingat waktu itu dia mabuk dan mungkin tak menyadari jika telah mencium sembarang orang. Parahnya, yang Ara cium adalah salah seorang pengusaha yang sedang bermasalah dengan sang istri. Sedang berada dalam prosese perceraian. Entahlah, Ara tak ingat persis kejadian malam itu. Dia pun datang ke sana karena sedang frustasi—masalah rumah tangganya dengan sang suami yang tidak kunjung membaik.
Ara telah menikah 4 tahun yang lalu dengan seorang CEO bernama Arash akibat perjodohan dari orang tuanya. Akan tetapi, Ara menyukai lelaki itu walau mereka menikah karena dijodohkan. Mereka menikah diam-diam tersembunyi dari media karena karir Ara yang sedang naik kala itu. Tak seorang pun yang tahu pernikahan mereka kecuali para anggota keluarga dan manajer Ara yang bernama Beni tersebut.
"Berita di TV dan akun gosip udah mulai menghilang, Beb," ujar Beni yang merupakan asisten Ara sejak 5 tahun yang lalu—seorang lelaki kemayu. Beni lah yang selalu menemani Ara dalam suka dan dukanya Ara. Sedangkan keluarga Ara sendiri, lebih tepatnya sang papa—tutup mata dengan segala hal yang menimpa Ara, termasuk ketika Ara bercerita tentang keluarga suaminya tidak sebaik yang dilihat.
Ara sontak mendongak.
"Kok bisa? Perasaan baru beberapa jam. Biasanya sampe berhari-hari, bahkan berbulan," sahut Ara tampak santai sembari merapihkan kutek di kuku jari tangannya.
Beni mengedikkan bahu. "Tapi tag ke akun lo masih ada, sih. Lo tinggal non aktifkan aja."
"Hmmm."
Ara memang sesantai itu menghadapi gosip yang sering menerpanya. Kadang gosip yang beredar itu akibat kesengajaan yang dibuatnya untuk menarik perhatian seseorang yang 2 tahun belakangan ini sering mengabaikannya, tapi lebih banyak apesnya. Ada-ada saja kesialan yang menimpa dirinya.
"Sana buruan non aktifin tag-an nya, Beb!" ujar Beni gemas karena melihat Ara yang tampak cue saja. Masih sibuk dengan kutek di jarinya.
"Biarin aja, entar juga reda sendiri gosipnya."
Beni mengambil ponsel Ara yang tergeletak di atas kasur, tanpa meminta izin si pemilik. Lalu, membuka apliksi media sosial perempuan itu dan mengotak-atik sesuatu di sana.
"Noh, udah gue non aktifin."
Ara bergumam malas menanggapinya.
"Eh, Beb, ini ada akun salah satu orangnya e-commerce yang cukup ternama, Orani. Dia follow elo, nih!" Beni menyodorkan ponsel milik perempuan itu.
Beni tahu, karena dia adalah salah satu pengagum lelaki keturunan bule itu. Salah satu petinggi di e-commerce yang bernama Orani. Seseorang yang digadang-gadang akan menjadi next CEO di perusahaan itu.
"Nggak penting," desis Ara.
Ara biasa saja mendapati orang mana pun yang tiba-tiba follow akun media sosialnya, tidak berpengaruh sama sekali baginya. Beda dengan seseorang di sana, yang dari tadi mengumpulkan keberanian hanya untuk mengikuti akun Ara setelah sekian lama hanya stalking tanpa mengikuti. Seseorang yang tak lain adalah Leo tersbeut, telah mengumpulkan tekad untuk maju mendekati Ara. Tidak seperti saat SMA dulu di mana dirinya tidak memiliki kepercayaan diri karena merasa Ara terlalu jauh untuk dijangkau.
“Yang gue pikirin sekarang, gimana nasib rumah tangga gue, Ben.” Ara berucap lirih—kembali terbayang rumah tangganya dengan Arash yang tidak baik-baik saja belakangan ini. Bahkan, sang ibu mertua mulai mendesaknya perihal Ara yang tak kunjung hamil pada usia pernikahannya dengan Arash yang sudah menginjak tahun ke-empat.