Chapter 13

1841 Kata
Akhirnya, setelah diam – diam tenggelam dalam kekesalannya, akhirnya wanita itu memutuskan untuk memejamkan mata dan meluruskan tubuhnya diatas sofa besar dan empuk tersebut. Berusaha mengenyahkan pikiran – pikiran menyebalkannya tentang beberapa wanita yang bekerja diperusahaan ini yang tentu saja memuja ketampanan sekaligus keseksian suaminya itu. Lagipula, jika dipikir – pikir, sememuja apapun para wanita itu, bukankah Gabriel akan tetap menjadi miliknya? Menjadi suami tercintanya yang sah dimata agama dan hukum? Skylar menahan seringaian kecilnya sebelum benar – benar terlarut dalam lelapnya.   Gabriel yang tanpa sengaja kembali melirik kearah istrinya berada itupun dibuat sedikit terkejut kala mendapati istrinya telah tertidur lelap diatas sofa. Tanpa membuang waktu lagi, pria itu beranjak dari duduknya untuk kemudian menghampiri keberadaan Skylar. Bukan untuk membangunkan wanita itu, tetapi untuk meraih tubuh mungil istrinya itu kedalam gendongannya.   Membawa Skylar yang tengah tertidur lelap dengan manis itu untuk memasuki ruangan pribadinya. Merebahkan tubuh pria itu dengan sangat hati – hati diatas ranjang nyamannya, kemudian menyelimuti tubuh wanita itu tanpa menimbulkan banyak pergerakan dan suara, sehingga tak membuat Skylar terganggu sedikitpun dalam tidurnya. Kembali kebalik meja kerjanya setelah berhasil mendaratkan sebuah kecupan kecil pada dahi istrinya.   -   Waktu berlalu cukup cepat hari ini. Jam dinding diruangan Gabriel telah menunjukkan bahwa waktu telah memasuki pukul 18.45. Pekerjaannya telah selesai saat ini. Pria itu meregangkan tubuhnya selama beberapa saat, kemudian mengerjap – ngerjapkan mata tajamnya setelah nyaris seharian penuh ia habiskan dengan membaca tulisan – tulisan dari berkas yang dikumpulkan padanya, ataupun beberapa file dilaptopnya.   Cklekkk     “Apakah rasa sopanmu sudah benar – benar luntur dude?” sarkas Gabriel ketika mendapati Antonio melongokkan kepalanya melalui pintu ruangannya tanpa mengetuk pintunya. Membuat sahabatnya itu meringis kemudian terkekeh kecil.   “Oh ayolah, jam kerja sudah selesai bukan? Dan juga, kenapa kau hanya sendirian disini? Dimana Skylar? apa istrimu itu sudah pulang terlebih dahulu tadi? Kenapa aku tak melihatnya?” Gabriel memutar bola matanya malas. Tanpa menjawab pertanyaan Antonio, pria itu berjalan menuju ruang pribadinya untuk kemudian kembali membawa istrinya kedalam gendongannya secara perlahan. Dan Skylar berhasil terbangun dari tidur lelapnya.   “O-oh, sudah selesai?” tanya Skylar setelah tersadar dari tidurnya, membuat Gabriel terkekeh kecil.   “Sudah, sekarang ayo kita pulang dan makan malam okay. Aku akan menggendongmu, jadi jangan berpikiran untuk lompat dari gendonganku, my queen.” Bisik Gabriel menghasilkan sebuah rona kembali menguasai pipi istrinya, tanpa menyadari keberadaan Antonio yang diam – diam mendecih kesal melihat tingkas pasangan itu.   -   Hari – hari berlalu dengan lancar diantara sepasang suami – istri itu. Keduanya masih tetap bertingkah mesra, saling merindu, saling manja dan lain sebagainya. Membuat Antonio diam – diam kian sering mengelus dadanya. Merasa bahwa dirinya kini kian terlihat kekurangan kasih sayang setelah sahabatnya itu menikah. Namun yah….mau bagaimana lagi, dia sama sekali tak memiliki calon yang pas untuk dirinya ajak memasuki ke jenjang yang lebih serius. Seperti apa yang sempat Gabriel katakan, pernikahan bukanlah hal yang dapat dimain – mainkan. Maka dari itu, sebrengsek apapun dirinya, dia tidak akan berani menjadikan pernikahan sebuah ajang coba – coba untuk menemukan partner hidup yang pas dan memutuskan bercerai dengan mudah jika ia merasa sosok yang dinikahinya itu kurang pas dengannya. Pernikahan tidak semudah membeli sepatu bukan? Jika kau membeli sepatu dan ukurannya kurang pas kau dapat menukarkannya dengan mudah, Antonio tak mau seperti itu.   Pria itu ingin memiliki sosok Skylar yang mampu meluluhkan seorang Gabriel yang arogan, dingin, dan b******k. Membuatnya bertekuk lutut tanpa dapat mengalihkan pandangannya pada hal lain. Membuatnya begitu yakin ketika saling bertatapan mata, yakin bahwa dialah sosok yang merupakan belahan jiwanya, pendamping hidupnya hingga akhir usia.   Antonio ingin yang seperti itu. Namun pria itu pikir, mungkin belum saatnya untuk ia bertemu dengan sosok yang tepat baginya itu. Mungkin ia masih harus menunggu lagi sembari fokus mengerjakan pekerjaannya yang semakin banyak akibat dari Gabriel yang seringkali mengoperkan beberapa pekerjaan yang dapat diwakilkan kepada dirinya. Sialan sekali memang. Atasan sekaligus sahabatnya kini seringkali mengoper pekerjaan semenjak menikah. Alasan klasik yang pria itu katakan adalah karena kini dirinya telah memiliki istri. Sehingga dirinya haruslah meluangkan waktu demi kebahagiaan, keharmonisan, dan kehangatan keluarganya.   Gabriel benar – benar memangkas jam kerjanya sekarang. Bahkan tingkah dan sikapnya pun terlihat berbeda saat ini, yah… meskipun itu hanya ditujukan bagi Skylar, istrinya. Gabriel yang kasar telah benar – benar musnah jika dihadapkan dengan sosok cantik nan mungil Skylar Miller – kini. Jatuh cinta mungkin seindah itu baginya.   Kini keposesifan Gabriel mulai sedikit teratasi ketika mengantarkan Skylar berkuliah. Pria itu seolah terbiasa bangun 1 jam lebih pagi demi menatap Skylar yang masih tidur lelap. Lagi – lagi, sebuah candu baru baginya. Tak terhitung seberapa banyak istrinya itu menimbulkan candu – candu baru baginya yang tak dapat pria itu obati tanpa kehadiran istrinya itu sendiri.   Masih terlalu pagi untuk istrinya itu bangun. Matahari bahkan belum terbit ketika Gabriel setia mengusap – usap lembut surai wanita itu. Apalagi mengingat semalam keduanya baru saja selesai melakukan kegiatan olahraga malam pada pukul 2 malam. Pasti wanita itu masih lemas sekali bukan. Lagipula, hari ini jadwal perkuliahan wanita itu dimulai sekitar pukul 10. Jadi Gabriel rasa tak masalah jika membiarkan wanita itu tertidur lebih lama demi mengembalikan tenaganya yang habis ia kuras semalam bukan?   “I love you…” bisik Gabriel sembari mengecup lembut dahi Skylar. Membuat sosok yang dikecupnya itu sedikit terusik, kemudian sedikit membuka matanya. Membuat Gabriel menyesali tingkahnya yang nampaknya membangunkan istrinya itu.   “Love you too~” cicit Skylar begitu lirih nyaris tak terdengar dengan suara seraknya. Kemudian wanita itu kembali memejamkan matanya kemudian kembali tertidur diatas lengan Gabriel dan menelusupkan wajahnya pada d**a bidang suaminya itu. Hal itu menimbulkan sebuah senyum bahagia terukir kembali dibibir Gabriel. Rasa – rasanya, dadanya kian penuh dengan rasa cintanya pada wanita yang kini telah sah menjadi istrinya itu.   “Hiduplah selamanya denganku, sayang…”   -   Terik mentari kian meninggi serta menembus jendela kaca yang kini hanya tertutupi sebuah gorden tipis karena salah satu penghuni kamar itu yang telah membuka gorden tebal penutup jendela itu juga. Skylar yang semula memejamkan matanya kini mulai mengerjap – ngerjap kecil, merasakan sinar matahari mulai terasa terik menyinari matanya.   Wanita itu menggeliat kecil kemudian menguap, dalam diam masih berusaha mengumpulkan sisa – sisa ceceran nyawanya yang masih tertinggal dalam dunia mimpinya. Tidurnya terasa begitu nyenyak, mungkin akibat dirinya terlalu kelelahan semalam setelah melayani keliaran sosok suaminya itu. Wanita itu menolehkan kepalanya kearah pintu kamar mandi yang baru saja terdengar terbuka, menampilkan sosok menggoda suaminya dari balik pintu kamar mandi yang terbuka tersebut dengan hanya berbalut sehelai handuk yang tersampir dipinggul pria itu.   “Morning, my love~” sapa pria itu dengan suaranya yang begitu indah terdengar ditelinga Skylar. wanita itu tersenyum sembari melingkarkan tangannya pada bahu kekar suaminya itu ketika Gabriel merunduk sembari setengah mengungkungnya demi memberikan sebuah kecupan pada dahi serta bibirnya.   “Pukul berapa sekarang?” tanya Skylar masih dengan suara seraknya. Seketika membuat wanita itu merengut kecil mendengar suaranya sendiri, menghasilkan kekehan kecil dari Gabriel yang dengan gemas kembali mengecup dahi wanita itu.   “Masih pukul 8 pagi, hari ini kau masuk kuliah pukul 10 kan?” ucap Gabriel setelah matanya sempat melirik kearah jam digital yang terletak di atas nakas samping ranjang mereka.   “Hu’um. Tapi kenapa kau belum bersiap dan segera berangkat bekerja padahal sudah pukul 8 pagi hm?” tanya Skylar yang mendapat jawaban sebuah gelengan kepala dari Gabriel.   “Tidak. Aku akan tetap berangkat bekerja bersamaan dengan mengantarmu pergi kuliah. Lagi pula Antonio sudah mewakiliku untuk bertemu dengan beberapa perwakilan perusahaan lain, jadi aku tak perlu pergi terlalu pagi juga.” Kali ini Skylar memutarkan bola matanya.   “Lagi? Aku benar – benar kasihan pada Om Antonio. Ingat, kau harus menaikkan gajinya karena sudah banyak mengoper beberapa pekerjaanmu padanya, okay?” Gabriel tersenyum kecil, kemudian ganti mendaratkan sebuah kecupan pada pipi menggemaskan istrinya.   “Baiklah tuan putri, perintahmu akan saya laksanakan dengan baik.” Ucap pria itu menghasilkan sebuah pukulan main – main Skylar pada bahu kokoh miliknya.   “Aku ingin mandi~” Gabriel menganggukkan kepalanya paham. Pria itu beranjak dari acara setengah mengungkung istrinya itu setelah kembali mengecup bibir istrinya lembut.   “Tunggulah disini, aku akan menyiapkan bathup untukmu berendam.” Gabriel berlalu setelahnya, dengan santainya berjalan menuju kamar mandi kembali masih dengan handuk yang menyampir dipinggulnya. Hal it membuat Skylar merona ketika melihat punggung seksi suaminya. Terlihat beberapa ruam merah disana. Ulah dari kedua tangannya tentu saja. Sial, wanita itu merasakan pipi hingga telinganya menghangat karenanya.   Setelah menunggu sekitar 5 menit, Gabriel kembali keluar dari kamar mandi kemudian berjalan menuju Skylar yang masih setia merebahkan diri diatas ranjang.   “Waktunya mandi sayang. Kau bisa menikmati waktu berendammu supaya tubuhmu lebih  rileks. Aku sudah menyiapkan air hangat yang kuberi aromaterapi di bath up.” Jelas Gabriel yang kembali membuat Skylar tersenyum. Wanita itu meraih tangan suaminya kemudian mendaratkan sebuah kecupan pada punggung tangan pria itu.   “Terimakasih, husband~” ucap Skylar yang menghasilkan kekehan kecil Gabriel.   “Yes, my wife… sekarang, keluar dari selimutmu.” Perintah Gabriel yang tak dituruti Skylar. Wanita itu merasa malu tentu saja, karena tubuhnya telanjang didalam balutan selimut yang tengah digunakannya itu. Membuat Gabriel menghela nafasnya.   Tanpa kata apapun, secara tiba – tiba Gabriel menarik lepas selimut itu dari tubuh istrinya. Dalam hatinya pria itu berusaha menahan diri, menahan gejolak dalam batinnya untuk kemudian mengangkat tubuh istrinya itu dan mengabaikan pekikan serta pukulan kecil Skylar pada bahunya.   “I-ini memalukan!!!” pekik istrinya yang sama sekali tak Gabriel gubris, pria itu hanya terkekeh kecil mendengarnya. Kemudian tanpa menunda lagi, Gabriel beranjak dari tempatnya dengan membawa Skylar dalam gendongan tangannya untuk menuju kamar mandi.   Gabriel membuka pintu kamar mandi yang telihat mewah itu dengan kakinya kemudian secara perlahan memasukkan tubuh istrinya itu pada bath up yang telah terisi hampir penuh oleh air hangat dengan aromaterapi yang telah ia siapkan. Sebuah hal yang sama sekali bukan menjadi masalah baginya, justru hal seperti ini membuatnya bahagia. Dapat saling bergantian dengan istrinya untuk menyiapkan perlengkapan mandi serta baju yang dikenakan setelah mereka mandi.   Karena bagi Gabriel, yang pria itu inginkan adalah sebuah keluarga yang dibangun bersama dengan saling membantu. Baik berupa hal – hal sederhana maupun lainnya. Itu sangat bernilai dimata seorang Gabriel yang menjunjung tinggi keberadaan istri tercintanya itu.   “Nikmati waktu berendammu sayang, aku akan menunggumu dibawah. Oh, dan aku juga akan menyiapkan baju untukmu berkuliah hari ini. Kau bisa menilai sendiri bagaimana selera fashion ku.” Skylar terkekeh mendengarnya. Yah… mereka seringkali berdebat tentang style masing – masing memang. Gabriel menilai apa yang Skylar kenakan terlalu sederhana, sementara Skylar seringkali menilai bahwa style yang Gabriel kenakan terlalu formal dan kaku.   Dan pagi – pagi seperti itulah yang selama ini mereka lewati. Begitu manis dan membahagiakan bukan? Saling memberi dan menerima. Itulah prinsip hidup keduanya mulai kini. Sehingga melunturkan keegoisan mereka masing – masing merupakan sebuah langkah yang mulai mereka tumbuhkan. Berharap keduanya akan selalu bersama dan saling mendampingi hingga maut memisahkan, bukankah itu terdengar begitu indah? Yah, itulah yang kini keduanya dambakan. Dapat menikmati masa tua berdua, bersama dengan kehadiran beberapa anak serta cucu yang hadir menghiasi hari – hari mereka kelak. To be continued~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN