Perlahan, jari Wira bergerak, menyentuh dadanya Ziah. Ia mulai bereksperimen di dadanya Ziah. Mengusap, membelai, mencubit, dan menjepit ujung dadanya Ziah dengan jarinya. Ziah terdengar bergumam, tubuhnya bergerak merspon sentuhan Wira. Dengus napasnya yang menerpa kulit leher Wira terasa panas. Wira mengulangi apa yang ia lalukan. Ia kembali mempermainkan dadanya Ziah. Ziah membusungkan dadanya. Ia kembali menggumam tidak jelas. Wira menyudahi perbuatannya. Ia tidak ingin Ziah terbangun, karena Wira yakin, Ziah pasti sangat lelah, setelah apa yang terjadi di antara mereka malam ini. Wira berusaha kembali tidur, namun bayangan wajah Ziah yang meringis menahan sakit, dan air mata yang meluncur di sudut mata Ziah, terus membayang di dalam benaknya. Wira menyentuh bibirnya. Bibir yang