3. Kabur

1215 Kata
"Dia sangat hebat bisa membaca pikiran kita,"kata Billy dengan penuh kekaguman. "Itu karena dia sudah banyak menemukan anak-anak seperti kita yang berencana melarikan diri, jadi dia bisa mudah menebaknya dan lihat kita sudah ketahuan sebelum kita melaksanakan rencana kita,"kata Theobald. "Siapa sebenarnya pria itu?"tanya Caspian. "Dia Mr. Freddy Willburn,"jawab Renvi. "Aku tahu siapa namanya. Maksudku apa peran dia di sini?" "Mr. Willburn salah satu mentor di sini. Dia juga seorang dokter,"jawab Renvi. "Kamu harus hati-hati dengannya." "Kenapa?" "Mr. Willburn salah satu mentor terjahat di sini. Dia suka menyiksa anak-anak dan menjadikannya makanan monster. Itu yang aku dengar dari gosip." Caspian merinding ketakutan. "Gosip belum tentu benar kan?" "Entahlah,"kata Renvi tidak yakin. "Sepertinya kamu belum tahu apa pun ya,"kata Billy. "Aku kan baru di sini sejak satu Minggu yang lalu." Ketiga temannya saling memandang. "Kamu tidak mungkin di sini sejak satu Minggu yang lalu. Wabah terjadi dua bulan yang lalu dan orang-orang yang selamat sudah dievakuasi ke tempat yang aman di suatu tempat. Tidak hanya tempat ini saja, tapi masih banyak tempat seperti ini di belahan bumi yang lain," kata Renvi. "Yang dikatakan Renvi benar,"kata Billy. "Mungkin saat kamu dibawa ke sini kamu tidak sadar selama beberapa Minggu,"kata Theobald. "Itu tidak mungkin. Bagaimana kalian bisa tahu banyak sedangkan aku tidak tahu apa-apa?"tanya Caspian yang masih merasa sedih. "Kamu orang baru di sini. Kami sudah berada lama di sini sebelum kamu,"jawab Billy. "Di kelas diberitahu oleh guru kami." "Di sini ada sekolah?" "Iya dan apa kamu tidak diberitahu kamu masuk kelas yang mana?"tanya Theobald. Caspian menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak." "Perlahan-lahan kamu akan tahu semuanya. Kami pun begitu,"kata Billy. Setelah mendengar cerita teman-temannya, Caspian semakin bersemangat untuk kabur dari sini. Ia tidak ingin tinggal lebih lama lagi di sini. Kehidupan di sini baginya seperti di penjara. Tepatnya penjara anak-anak. Itu sebabnya tidak ada orang dewasa yang memakai seragam piyama putih dan ia juga tidak bisa mempercayai orang-orang dewasa di sini, meskipun ibunya menyuruh untuk mempercayai mereka. Ia yakin di luar sana tidak seperti apa yang mereka beritahukan kepadanya. Tidak ada wabah dan monster. Itu hanya untuk menakut-nakuti anak-anak di sini supaya tidak kabur. Caspian hanya mengingat satu hal. Orang dewasa pandai berbohong dan ia bukan anak kecil yang mudah dibohongi. Caspian juga yakin orang-orang yang berada di sini adalah tahanan, karena kejahatan mereka. Ia berada di sini, karena ia sudah ketahuan mencuri uang dari teman sekelasnya, Dolores. Kepala sekolah memarahinya waktu itu dan mengancamnya akan memasukkannya ke penjara anak-anak dan sekarang ia berada di sini. Itu sebabnya juga orang tua dan keluarganya tidak mau membawanya ikut serta ke planet baru untuk tinggal bersama mereka, karena mereka sangat marah kepadanya dan ia layak dihukum. Caspian tahu rencana melarikan diri adalah tindakan nekat dan juga berbahaya, tapi ia sangat penasaran apa yang terjadi di atas dan di luar sana. Tak seorang pun yang memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi, karena ia yakin juga orang-orang dewasa di sini sedang menyembunyikan dan merahasiakan sesuatu. Setelah makan malam mereka kembali ke kamar dan duduk terdiam di tempat tidur masing-masing. Malam itu Caspian tidak bisa tidur. Ia akhirnya bangun dan melihat teman-temannya sedang tidur, lalu ia mencoba untuk tidur lagi dan baru bisa tertidur saat hari menjelang pagi. Caspian terbangun saat seseorang mengguncang-guncang tubuhnya dengan kencang. "Anak pemalas cepat bangun." Caspian yang masih ingin tidur terpaksa membuka matanya. Ia melihat Billy yang sedang berusaha membuatnya bangun. "Ada apa?" "Kamu harus bangun sekarang juga sebentar lagi pengawas akan datang untuk mengecek kita. Kalau kamu ketahuan masih tidur, kamu akan dihukum seperti membersihkan toilet." Tidak lama setelah Billy berkata seperti itu, terdengar langkah sepatu di lorong-lorong kamar dan suara pintu kamar yang dibuka. Caspian yang tidak ingin dihukum, cepat-cepat bangun dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Pintu kamar mereka terbuka, seorang pengawas perempuan dengan rambut pirang digelung ke atas yang terlihat galak masuk dan memperhatikan mereka satu persatu. "Renvi, Theobald, dan Billy. Hari ini kalian ada kelas bersama Mr. Johan Pruitt jam sembilan setelah sarapan pagi." Pengawas wanita itu menatap Caspian. "Dan kau tetap di kamarmu." Pengawas wanita itu kemudian pergi dan mereka dapat bernapas lega lagi. "Kenapa aku tidak ada kelas sama sekali?" Billy mengangkat kedua bahunya. "Mana aku tahu. Ayo sebaiknya kita sarapan pagi." Mereka berempat pergi ke sana, tapi sebelum pergi, mereka dihadang oleh keributan. Keempat anak itu tertarik oleh rasa penasaran dan pergi ke kerumunan itu, tapi Renvi berubah pikiran. "Sebaiknya kita jangan pergi ke sana,"saran Renvi. "Ayolah! Hanya lihat sebentar saja,"kata Billy. Mau tidak mau mereka mengikuti Billy untuk menonton keributan itu. Seorang laki-laki remaja sedang memukuli seorang anak yang seumuran dengannya. Entah apa penyebabnya, tapi anak itu pantang menyerah terus menyerang pria remaja itu. Mereka berteriak menyemangati pria remaja itu dengan meneriaki namanya. "Roger...Roger...Roger... Roger." Anak itu sudah kewalahan menghadapi Roger lawan yang tidak seimbang baginya. Caspian merasa kasihan pada anak itu. Tiba-tiba saja Roger terpaku ditempatnya dan sama sekali tidak bergerak. Semua orang yang ada di sana terlihat keheranan. Anak yang menjadi lawannya pun menjadi bingung. Apakah ia harus tetap melawan atau tidak. "Hei Roger, kenapa kamu diam saja?"tanya teman-temannya yang memberikan semangat padanya. Roger hanya diam saja, lalu ia berteriak ketakutan dan berteriak-teriak. "Ada ular." Ia meninggalkan arena pertarungan sambil berlari terbirit-b***t ketakutam Semuanya Terheran_heran, karena tidak ada ular. Mereka terlihat kecewa dan membubarkan diri. "Apa yang terjadi dengannya?"bisik Billy. Caspian mengangkat kedua bahunya. "Tidak tahu." "Sebaiknya kita pergi ke ruang makan,"kata Theobald. Anak itu menghampiri Caspian. Renvi, Theobald, dan Billy berhenti berjalan. "Terima kasih sudah menolongku." "Kenapa kamu berterima kasih padaku? Aku tidak menolongmu,"kata Caspian dengan wajah bingung. "Tadi kamu telah menolongku." "Aku tidak melakukan apa-apa tadi untuk menolongmu." "Jadi kamu tidak menyadarinya?" "Menyadari apa?" Caspian balik bertanya. Teman-temannya ikut bingung. "Kalau bicara yang jelas,"bentak Billy. Anak itu agak ketakutan dan mengerutkan tubuhnya. "Tadi aku melihatmu menggunakan kekuatanmu untuk membuat Roger melihat ular." "Kamu jangan bercanda. Aku tidak mempunyai kekuatan apa pun." Anak itu menggelengkan kepalanya. "Aku melihat warna matamu berubah jadi warna kuning. Kamu memiliki kekuatan Ilusi." "Hah?"seru Caspian dan ketiga temannya secara bersamaan. "Kamu harus menjelaskan pada kami apa yang sudah kamu katakan tadi." Mereka membawa anak itu ke pojok ruang makan. Caspian, Renvi, Theobald, dan Billy menunggu penjelasan anak itu.. "Manusia yang terjangkit wabah Nail Prince akan terkena efeknya, yaitu menjadi monster atau memiliki kekuatan supranatural,"bisik anak itu. "Benarkah?"tanya Caspian tak percaya. "Kita adalah orang-orang terpilih, karena bisa selamat dari wabah itu, tapi kita juga terkena efek itu. Kita termasuk kategori kedua yang terkena efek wabah." "Manusia yang memiliki kekuatan supranatural,"kata Renvi. "Tepat." "Tapi kami tidak punya kekuatan apa pun,"kata Billy. "Itu karena kekuatan kalian belum muncul. Kekuatanku baru saja muncul kemarin." "Jadi kamu memiliki kekuatan apa?" "Kekuatan mengontrol cuaca. Secara tidak sengaja aku menurunkan air hujan di sini." "Aku tidak percaya,"kata Caspian tiba-tiba." "Aku akan membuktikannya pada kalian." Anak itu menurunkan salju di meja mereka dan cepat-cepat menghentikannya sebelum ketahuan orang. Caspian dan teman-temannya sangat terkejut. "Luar biasa,"komentar Billy. Tentu saja aksi anak itu ketahuan oleh Mr. Willburn dan menatap marah pada mereka semua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN