Chapter 06

1209 Kata
Happy reading.. Typo koreksi... ____ Butuh waktu 3 hari lagi untuk Arkan di perbolehkan pulang. Setelah melewati waktu 3 hari itu, Arkan akhirnya bisa kembali ke rumah. Ia sudah sangat rindu menghirup udara bebas dan rindu ingin bertemu putranya. Dan selama 3 hari itu pula ia tidak bertemu Clarissa lagi secara langsung, walau terkadang wanita itu menanyakan keadaannya melalui Nayla sang adik. Hubungan mereka sedikit canggung, mengingat lelaki yang mengaku sebagai calon suami Clarissa membuat Arkan merasa tidak enak dan tidak bisa tidur nyenyak selama di rumah sakit. Arkan tahu ini bukan urusannya, dia masih bisa dekat dengan Clarissa hanya karena anak mereka. Tapi, nyatanya hatinya tetap merasa sakit kala mengingat jika wanita itu sudah punya calon pendamping hidup yang tepat. Hubungannya dengan Sherin pun juga sedikit renggang. Arkan berusaha menjaga jarak dengan wanita itu, setelah kejadian Sherin yang pingsan di rumah sakit. Wanita itu memilih pergi dan menginap di rumah salah satu sahabatnya, dan ketika Arkan sampai di rumah pun wanita itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Arkan hanya khawatir dengan kondisi kehamilan wanita itu. Mau bagaimanapun anak itu tidak bersalah, Arkan seperti melihat bayangan Raka putranya pada janin Sherin. Ia selalu teringat Clarissa setiap melihat Sherin istrinya. Lelaki itu selalu menyalahkan dirinya, atas apa yang dulu di alami Clarissa. Karena itu Arkan tidak bisa benar-benar mengabaikan Sherin. Ia hanya mau membantu, hingga wanita itu melahirkan dan sampai sidang perceraian mereka terlaksana. "Kakak butuh sesuatu?" Arkan mendongak menatap Nayla yang baru saja meletakkan tas miliknya. "Tidak. Terima kasih Nay. Kakak mau istirahat lagi." Gadis itu bergumam menjawab. "Kalau gitu aku keluar ya kak. Panggil Nay saja. Kalau kakak butuh sesuatu." Arkan berdehem membalas, ia menatap punggung adiknya yang mulai berbalik dari kamarnya dengan perasaan bingung. Lidahnya sebenarnya sudah gatal ingin bertanya sesuatu. Tapi mengingat sosok lain itu membuat Arkan mengurungkan kembali niatnya untuk bertanya. "Nay." Panggilnya akhirnya. Gadis itu sudah siap membuka kenop pintu ketika Arkan memanggil namanya. Ia berbalik menatap dengan alis terangkat, karena kakaknya itu tak kunjung bersuara. "Kenapa kak. Butuh sesuatu." "Ah.. mmm anu kakak--." Nayla menatap geli raut wajah Arkan terlihat gugup di atas tempat tidur. Gadis itu kembali masuk, lalu mengambil duduk di tepi kasur dengan mengulum senyumnya. "Kenapa? Kakak panggil Nay. Kakak panggil bukan cuma sekedar say doang kan." Arkan memalingkan wajahnya, ia berdehem keras sebelum kembali menatap gadis di depannya. "Boleh hubungin Rissa. Kakak kangen dengar suara Raka." Ucapnya. Nayla memicingkan matanya, lalu tertawa kecil memasang wajah jenaka pada sang kakak. "Raka atau Raka. Sama ibunya nggak kangen kak." "NAYLA." Tawa gadis itu pun akhirnya meledak, ia terbahak-bahak melihat raut wajah merah padam sang kakak. "Astaga kakak. Jangan sok kangen Raka deh. Bilang aja kakak kangen sama ibu nya juga. Kak Rissa juga kangen sama kakak loh." "Hah." "Bener? Mau Nay tanyain langsung." Nayla mengulum bibirnya dalam meredam tawanya. Ia senang bisa menggoda sang kakak lagi. Mereka juga sudah lama tidak bersenda gurau bersama. Karenanya Nayla begitu menikmati melihat wajah berseri sang kakak hanya dengan menyebut nama Clarissa saja. "Nggak perlu. Kakak tahu pasti kamu bohong. " "Ehhh, aku nggak bohong kak." Elaknya tergagap. Arkan tersenyum mengacak surai sang adik dengan seulas senyum tipis. "Tidak apa-apa Nay. Terima kasih ya. Lagipula kakak cuma orang lain yang kebetulan hadir dan masuk ke dalam kehidupan mereka. Kalau bukan karena Raka kakak juga tidak akan dekat dengan Rissa lagi. Karena itu kakak nggak akan serakah. Kakak nggak mau jadi penghalang orang lain. Dia sudah mau menikah Nay. Kakak harusnya ikut senang bukan." Hah. Dahi Nayla mengerenyit dalam. Menikah. Apa benar kak Rissa mau menikah?. Pikirnya. "Kakak kata siapa kalau kak Rissa mau menikah? Bahkan 3 hari kemarin kak Rissa nggak ada datang ke rumah sakit kaya biasanya. Kak Rissa juga cuma bertanya kondisi kakak via telepon sama aku. Terus darimana--." "Laki-laki itu yang bilang. Dia bilang kalau dia calon suaminya Rissa. Nay. Kakak--." "Apa kakak pernah tanya langsung sama kak Clarissa. Benar nggaknya kalau mereka mau menikah. Masa kak Rissa nggak ada kabarin kita. Seenggaknya mengundang kita kan. Mau bagaimana pun kakak ayah Raka anak kalian berdua. Apa Raka juga setuju kalau kak Rissa menikah sama orang lain selain ayah kandungnya. Dia masih kecil kak. Pasti Raka merasa aneh kenapa ibunya menikah sama orang lain dan bukan ayahnya. Kalau dia tanya itu sama kakak gimana. Kakak bisa jawab." Arkan termenung. Ia menatap Nayla dengan sorot mata sayu. "Kak. Aku yakin. Kak Rissa nggak akan semudah itu menikah setelah aku bilang kalau kakak punya perasaan sama kak Rissa." Deg. Kedua bola mata Arkan melebar, ia menatap Nayla dengan satu kali kedip. Irama jantung berdetak cepat, Arkan merasa sekitarnya kosong setelah mendengar penuturan sang adik. "Nayla kamu--." Tenggorokan Arkan terasa kering melihat sorot mata bersalah Nayla. "Aku minta maaf kak. Aku juga bilang kalau kakak cuma nikah kontrak sama kak Sherin. Kalian mau bercerai. Aku juga minta kak Rissa buat kasih kakak kesempatan buat saling mengenal lebih jauh lagi. Kak. Nay benar-benar minta maaf. Seharusnya Nay. Nggak ngelakuin itu. Tapi Nay. Sayang sama kakak. Nay mau kakak juga ngerasain bahagia." Arkan diam tidak berkutik di tempatnya, lelaki itu sudah kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan adiknya. Astaga. Arkan merasa malu sekarang. Bagaimana pikiran Clarissa tentangnya setelah apa yang di katakan Nayla padanya. Ya Tuhan. Membayangkannya saja Arkan nyaris kena serangan jantung. Apa Clarissa akan risih padanya. Batinnya lesu. Arkan rasanya ingin menyembunyikan wajahnya ke luar angkasa. Arkan tidak tahu harus bersikap bagaimana nantinya jika keduanya bertemu. Astaga Nayla kenapa kamu bilang semua sama Rissa. Ya ampun. Gerutunya dalam hati. Wajah bersalah Nayla yang terpampang jelas di hadapannya kini hanya bisa membuat Arkan mendesah kasar. "Tidak apa-apa Nay." Bisiknya pelan. "Kakak." Lelaki itu mengusap surai adiknya lembut, keduanya bersitatap lama. Dan Arkan hanya bisa menatap Nayla hangat dan lembut, tanpa sedikitpun amarah. Ia tidak bisa memarahi Nayla atas apa yang di ucapkan adiknya barusan. Arkan mengerti maksud Nayla berbuat seperti itu. Yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya menghadapi Clarissa tanpa rasa canggung dan tidak nyaman yang semakin menyerang dirinya. Astaga. Desahnya dalam hati. ___ Di lain tempat suara tangisan terdengar mengisi isi kamar kontrakan tersebut. Hiks. Hiks. Hiks. "Sayang kenapa Nak." "Ayah....huuuu huuuu ayah Bunda." bocah laki-laki tampan itu menangis histeris. Badannya mendadak panas. Wanita di samping sisi tubuh bocah itu menatap kaget dan cemas kearah Raka Sanjaya putranya. "Raka. Sayang kenapa. Ya Tuhan badan kamu panas Nak. Sssttt jangan nangis ya. Bunda janji. Besok kita ketemu Ayah ya." Anak itu menggeleng dan kembali menangis keras. "HUAA AYAH." "Clarissa." Kepala wanita yang menatap cemas putranya itu menoleh cepat ke arah pintu, di sana seorang wanita paruh baya tengah menatap bingung kearahnya. "AYAH." "Raka sayang." "Raka kenapa Nak." Tanya wanita paruh baya itu dengan raut dan nada khawatir. "Cla juga nggak tahu Ma. Tiba-tiba aja Raka bangun terus nangis." "Ayah". Isak anak itu sedih. "Coba kamu telepon nak Arkan. Ya ampun. Cepat Cla. Badan Raka panas banget Nak." Buru-buru Clarissa mengangguk patuh. ia segera turun dari atas tempat tidur dan mengambil ponsel miliknya. Mendial nomor seseorang dan hanya terdengar Nada sambung cepat. Silahkan, tinggalkan pesan anda setelah terdengar nada Bip berikut... "Gimana Nak." Wajahnya berubah lesu menatap Tiara Mamanya, ia menggeleng lemah. Clarissa kembali memandang wajah putranya yang pucat dengan jantung dag dig dug kencang Raka jangan bikin Bunda khawatir sayang. Maafin Bunda Nak. Maafin Bunda. ____ Tbc....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN