5-Kamu Mengkhianati Mas

1325 Kata
Rumah Zara "Untuk apa cermin ini?" Angga bertanya dengan heran. "Untuk kamu mas, agar kamu bisa bercermin!" Zara berkata pelan namun penuh penekanan. "Maksud kamu?" Angga mulai kesal dengan sikap Zara. Zara mendekatkan cermin ke arah Angga, " Lihatlah banyak tanda di lehermu mas! Tanda apa itu?" dengan nada yang kesal. Angga terperanjat kaget, dia ingat semalaman dirinya memadu kasih dengan Nadia isteri keduanya. Dengan cepat Angga bercermin, benar saja ada bukan cuma satu, tapi ada beberapa tanda merah bekas percintaannya dengan Nadia di beberapa bagian lehernya. "Ya ampun, Nad kamu sengaja kah berbuat seperti ini! Padahal kamu tahu kan aku akan pulang menemui Zara hari ini!" gumamnya, Angga pun kesal pada dirinya sendiri. Karena tak menyadari tanda ini sebelum datang menemui Zara, andai dia menyadarinya maka Angga akan mengantisipasinya terlebih dahulu tentu saja. "Itu tanda apa mas? Apa kamu bisa menjelaskannya pada ku?" tanya Zara dengan rasa sesak di d**a dan menahan sakit di hatinya. "Zara, maafkanlah mas!" Angga tak bisa mengelak lagi. "Jadi kamu selingkuh di sana!" suara Zara tercekat, menahan sesak di dadanya karena rasa sakit hatinya yang begitu dalam. Dirinya sedang hamil muda, dan suaminya bersenang-senang dengan wanita lain di luar kota! Sungguh menyakitkan! "Kamu jajan di luar mas?" Zara berkata dengan lantang kali ini. "Kamu terlalu berlebihan Zara!" Angga berdiri melangkahkan kakinya keluar menuju motornya. "Kamu mau kemana mas?" Zara berkata dengan lirih dipenuhi kesakitan dalam hatinya. "Aku merasa gak nyaman dengan semua pertanyaanmu ini! Lebih baik aku pulang saja ke kota B! Disana aku lebih bahagia!" Angga berkata dengan kesal. Lalu menaiki motornya dan mulai melajukan kendaraan roda duanya itu. Zara hanya diam, tak berteriak ataupun berusaha mencegah suaminya itu. "Heh, apa salah sebagai seorang isteri kalau aku bertanya seperti itu!" Zara tertawa getir. Masuk kembali kedalam rumahnya, lalu menangis sendirian di atas kursi. Dia terus menangis sampai tersedu-sedu. Tok Tok Tok Terdengar suara pintu di ketuk. Zara segera membuka pintu rumahnya, setelah menyeka dulu air mata yang membasahi pipinya dan mencuci wajahnya terlebih dahulu. Dia tidak mau ada orang tahu, kalau dirinya habis menangis. Namun, tetap saja hal itu tidak bisa disembunyikan. Karena matanya tampak sembab dan hidungnya memerah. Tampak Eva sedang berdiri di depan pintu dengan senyuman lebarnya. "Masuk Va!" Zara mempersilahkan Eva masuk. tanpa menatap wajahnya. Dia tak ingin Eva melihat mata sembabnya, karena habis menangis. Tapi mana mungkin Zara bisa menyembunyikannya. Karena, hal itu terlihat jelas. Dan siapapun pasti bisa menyadari kalau Zara baru saja menangis. "Tante Zara kenapa? Tante habis nangis ya?" tanya Eva. Dia memerhatikan wajah Zara. "Enggak VA, tante cuma kelilipan aja ko." Memaksakan tersenyum. "Aaah, tante gak bisa bohongin aku loh. Lihat mata tante sembab gitu." Eva memperhatikan wajah Zara. Zara menghela napasnya dalam-dalam. "Ayo Va duduk." Zara menggamit tangan Eva membawanya duduk di kursi. "Tante nganggap aku orang lain ya? Sampai-sampai gak mau jujur sama aku," ujar Eva dengan wajah sedihnya. "Enggak Va, enggak gitu. Sebenarnya, tadi mas Angga pulang. Hanya saja...." Zara tak melanjutkan perkataannya. "Hanya saja apa?" Eva semakin penasaran. "Dia pergi lagi." Zara menitikkan air matanya lagi. "Kenapa begitu? Apa kalian bertengkar?" Eva semakin penasaran. "Iya, tadi tante melihat sesuatu sebagai buktinya. Bukan hanya satu tapi ada beberapa. Tante pikir mas Angga sudah mengkhianati tante." Zara berkata lirih. "Apa! Tapi, bukti apa?" Eva terkejut, bercampur bingung. Tak paham maksud Zara. Zara hanya diam, tidak mungkin kan dia mengatakan pada Eva tentang tanda merah itu. "Maap Va, hal itu gak bisa tante katakan." Zara berkata dengan lembut, ini ranah dewasa. Eva tak pantas mendengarnya , dia masih kecil. " Iya, gak apa-apa tante. Huuh dasar suami gak tahu diri! Coba saja papa Arya yang jadi suami tante, di jamin deh seribu persen setia!" Eva berkata dengan berapi-api. "Apaan sih Va, kok jadi bawa-bawa papa kamu segala." Zara geleng-geleng kepala heran dengan sikap Eva. "Heheh, maaf jadi kebawa suasana." Eva nyengir, malu jadinya. Dia garuk-garuk kepala. "Tapi, apa tante yakin Om Angga selingkuh?" tanya Eva, serius. "Tadinya Tante kurang yakin. Tapi setelah melihat responnya, tante jadi yakin." Zara berusaha menahan sesak di dadanya. "Kita harus cari tahu kebenarannya tante, dan andaikan saja itu benar maka tante harus tegas! Tinggalkan saja om Angga! Dan nikah saja sama Papa Arya!" Eva kembali berkata dengan berapi-api. "Evaaaa!" teriak Zara, sedikit kesal karena dia selalu menyangkut pautkannya dengan ayahnya, Arya. "Heheh, maaf maaf tantee!" menjewer kedua kupingnya sendiri. Mereka pun terus mengobrol sampai siang. Eva berada di rumah Zara sampai sore. * * Malamnya di rumah Arya usai makan malam. Eva, Arya dan neneknya yaitu ibu Arya sedang duduk bersama di ruang tengah sambil berbincang. "Papa mau gak jadi suami Tante Zara?" celetuk Eva dengan seriusnya. Uhuk uhuk Tiba-tiba saja Arya langsung terbatuk-batuk. Sedangkan neneknya tertawa menanggapi perkataan Eva. "Papa kenapa?" seolah tak bersalah dengan perkataannya itu. Dengan cepat Arya minum kopi yang ada dihadapannya itu sampai habis. "Papamu itu terlalu senang di jodohkan dengan tante Zara mu itu, hehehe." Neneknya yang menjawab. "Apaan sih bu!" Arya langsung sewot. "Ah kamu ini kayak anak SD yang pura-pura gak mau di jodoh-jodohkan padahal hatinya senang," goda ibunya kembali. "Kamu juga Va, kenapa bilang begitu sih! Zara itu kan punya suami, bisa-bisa suaminya ngamuk denger omongan kamu itu!" Arya akhirnya ngomel-ngomel pada Eva. "Heheh, aku kan cuma berandai-andai aja pah! Siapa tahu aja Tante Zara bercerai dengan om Angga." Eva menjawab dengan santai. "Evaaa!" Arya dan ibunya langsung teriak bersamaan. "Maaf maaf!" Eva nyengir. "Emangnya kenapa Va kamu sampai berpikiran seperti itu?" Ibu Arya yang bertanya. Arya berusaha menajamkan telinganya, dia ingin tahu sebenarnya. Tapi malu, sehingga pura-pura gak perduli saja. "Tadi saat aku main ke rumah Tante Zara, mata tante Zara kelihatan sembab. Aku yakin dia lagi nangis." Eva berkata dengan suara yang sedih. Arya semakin menggebu dalam hatinya, ingin tahu. "Loh emangnya kenapa?" Tanya Ibu Arya kembali. "Katanya, tadi suaminya pulang. Namun, Tante Eva curiga suaminya selingkuh," jawab Eva. "Selingkuh? Kenapa punya pikiran kesana?" Ibu Arya semakin penasaran. "Soalnya kata tante Zaraaa..." Eva merasa malu mengatakannya. "Apa katanya!" tiba-tiba saja Arya menyahut, bahkan dengan suara yang memekik. Ibunya dan Eva langsung melongo melihat respon Arya. "Apa? Kenapa kalian melotot kearahku?" Arya merasa tak bersalah. "CK ck, kamu itu kelihatan banget keponya! Kenapa coba? Heheh." Ibunya menatap Arya dengan senyuman mengejek. "Apaan sih bu!" Arya mendengus kesal, sebenarnya dia merasa malu pada ibu dan Eva. Untuk menutupi malunya, Arya langsung ngeloyor masuk ke dalam kamarnya. Menahan semua rasa ingin tahu di hatinya yang menggebu. "Nek, papa kenapa?" Eva sebenarnya merasa ada yang aneh dengan sikap papa dan neneknya itu. "Gak ada, Va," dengan senyuman kecilnya. "Tapi emangnya kenapa Zara bisa menyangka suaminya selingkuh?" Ibunya Arya ingin tahu. "Kata tante Zara, dia melihat buktinya bukan cuma satu tapi ada beberapa," jawab Eva dengan serius. "Bukti apa Va?" tanya neneknya itu semakin kepo. "Mana Eva tahu, tante Zara gak mau bilang." Eva mengendikan bahunya. Neneknya memasang raut masam, kecewa karena tak tahu buktinya apa. Akhirnya, hanya menduga-duga. "Kira kira bukti apa ya?" Bertanya dalam hati. "Sudah malam cepat tidur Va!" tiba-tiba saja terdengar suara Arya berteriak. "Iya pah!" sahut Eva. "Eva bobo dulu ya nek, itu tuan raja sudah ngambek." Eva dan neneknya cekikikan. Arya menghampiri ibunya setelah Eva pergi ke kamarnya. "Bu apa kata Eva?" tanya Arya ingin tahu. "Mau tahu Ar, Zara punya bukti kalau suaminya selingkuh!" setengah berbisik di telinga Arya. Arya jadi makin penasaran. "Apa? Bukti apa bu?" tanya ya dengan raut wajah yang terlihat jelas keingintahuannya. "Kata Eva, buktinya...." Ibunya memasang wajah serius. Arya sudah menatap ibunya lekat dengan penasaran. "Buktinya rahasia, hahaha." Ibunya tergelak, lalu berdiri hendak meninggalkan Arya. "Buuu!" Arya kesal. Dia mendengus seperti banteng. "Habis kamu kepo banget sih Ar, sama urusan orang." Ibunya pergi ke kamarnya, punggungnya tampak bergoyang menandakan masih tertawa meski tanpa suara. * * Rumah Zara Tut Tut Beberapa kali Zara berusaha menghubungi Angga, tapi tak ada jawaban. "Kenapa kamu malah pergi, bukannya memberiku penjelasan mas Angga," dengan air mata yang berderai. Lima menit kemudian. Tring... Terdengar notifikasi pesan untuknya, dilihatnya dari nomor Angga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN