ANTARIKSA 8 || CEMBURU BILANG!

1394 Kata
"Gue ada urusan. Kalian pulang aja dulu." Teman-teman Antariksa menatap sang kapten dengan pandangan bingung. Saat ini mereka sudah ada di parkiran hendak pulang, namun Antariksa berpamitan kalau dia masih ada urusan di sekolah. Yang benar saja... Seorang Antariksa yang tidak pernah betah di kelas dan selalu membolos pelajaran sekarang justru betah di sekolah? Tidak masuk akal tentunya. "Urusan apa Kap? Penting banget?" ujar Bimo. "Gak terlalu sih." "Kalo gitu kita tungguin aja disini." sahut Ucup. "Gak usah. Gak perlu. Ini bukan tentang Jupiter jadi kalian balik aja duluan." "Kalo gitu gue ikut aja yah Kap? Yang lain biar pada balik dulu." sahut Revan. "Gak perlu! Udah sana pergi!" Antariksa mendorong Revan sampai ke depan motornya lalu melambaikan tangan melihat kepergian mereka. Antariksa menghembuskan nafasnya lega, dia berjalan masuk ke dalam sekolah lagi menuju salah satu kelas. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang dia cari bersama dengan siswa yang Atar tahu sebagai ketua Osis. Ini jantung Atar yang salah atau memang perasaannya saja kalau dia sedang berdebar? Dia tidak suka melihat lelaki itu mendekati gadis dihadapannya. "Oyy! Ngapain lo pada di lapangan?! Mau jadi ikan asin dijemur?!" ujar Antariksa dengan sinis. Senjana menoleh ke belakangnya dan melihat Antariksa sudah berdiri melangkah mendekat ke arahnya. "Lo ngapain disini?" tanya Senjana datar. "Lah terserah gue! Ini sekolah gue ya bebaslah mau kemanapun disini." "Ya udah! Sama! Gak usah tanya-tanya kalo gitu." Ck! Gadis ini benar-benar.... Antariksa melotot mendengar jawaban Senjana yang justru menjadi boomerang baginya. Apalagi melihat si ketua Osis itu hanya diam menatapnya tanpa rasa takut. Yang benar saja.... Dia ini Antariksa sabhara. Ketua geng Jupiter yang ditakuti seluruh anak-anak di sekolah ini. Melihat si ketua Osis ini masih memasang tampang tenang membuat Antariksa ingin menenggelamkan wajah itu ke rawa-rawa saja. "Ngapain lo masih disini?! Pergi sana! Gue ada urusan sama kurcaci didepan lo ini!" sentak Antariksa. "Apa?! Kurcaci?!" teriak Senjana. Antariksa meringis menutup telinga kirinya yang berdengung. Memang apa salahnya memanggil Senjana kurcaci? Karena memang tinggi gadis itu hanya sebatas d**a Antariksa, termasuk pendek untuk ukuran gadis seumurannya. "Ish.. Berisik! Gak usah teriak, suara lo cempreng gak enak didenger." "Kayanya lo gak ngerti perkataan gue tadi siang yah?! Pergi dan jangan ganggu gue lagi!" "Lo pikir gue bakal mau diperintah sama kurcaci kaya lo?! Yang boleh ngomong dan ngusir kaya gitu cuma gue! Bukan lo! Jadi jangan belagak sok jagoan didepan gue." sahut Antariksa dengan tatapan dinginnya. "Ada urusan apa lo sama Senjana?" Antariksa melirik lelaki yang masih berdiri disana tanpa menuruti perintah Antariksa yang menyuruhnya pergi. Sepertinya lelaki ini harus diberi tahu bagimana seorang Antariksa bertindak agar dia tidak meremehkan perkataannya. Hal ini seperti bentuk pelecehan bagi wibawa Antariksa selama ini. Oh God... "Ngapain lo ikut campur? Siapanya dia lo? Pacar? Bodyguard? Atau kacungnya?" Antariksa mendorong bahu si ketua Osis berkali kali. Sekali emosinya terpancing maka jangan salahkan dia kalau sesuatu hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Jangan memberikan tantangan pada Antariksa karena sekali Atar menerimanya maka tidak ada yang akan lepas darinya. Senjana termasuk beruntung kemarin karena mood-nya sedang Bagus sehingga Antariksa mau melepaskan gadis itu. Tapi tidak dengan yang lain. "Bukan apa-apa! Maaf Keenan tapi mungkin lo bisa pulang aja duluan. Gue harus ngomong sama Antariksa sebentar." jawab Senjana menarik lengan Antariksa menjauh. "Tapi Sen..." "Please Ken! Gue gak mau ada perkelahian disini." Keenan menatap Antariksa sebentar, bukannya dia tidak takut. Astaga... Siapa yang tidak takut ditatap seperti ingin dibunuh oleh Antariksa? Keenan juga merasakan ketakutan itu, tatapan Antariksa sangat mengimintidasi dirinya. Tapi sebagai seorang Ketua Osis dirinya tidak mungkin lari terbirit-b***t hanya karena takut dengan salah satu anak berandal di sekolah. Bagaimanapun dia juga harus memiliki keberanian demi nama baiknya. Walaupun kakinya sejak tadi gemetar tidak bisa diam. "Oke... Kalo gitu gue pergi dulu. Besok jangan lupa lagi sebarin suratnya, atau waktu istirahat gue samperin lo deh ke kelas." "Iya terserah, maaf kalo gue lupa tadi." "Oke! Sampai ketemu bes...." "Bacot lo! Udah cepet pergi!" geram Antariksa. Senjana melirik kesal ke arah Antariksa. Keenan bergegas pergi dari sana tanpa menjawab bentakan Antariksa. Sebenarnya ada apa dengan lelaki itu? Kenapa Antariksa marah-marah seperti itu pada Keenan? "Lo kenapa sih? Galak banget jadi orang!" "Kenapa kalo gue galak? Oh... lo lebih suka sama cowo model kaya b*****g itu tadi iya?!" "Apaan sih? Kok jadi ngomongin tentang gue suka sama Keenan? Lagian siapa yang suka sama dia?!" "Bahasa tubuh lo yang sok kemayu udah bisa ditebak kalo lo suka sama dia. Dasar lenjeh!" "APA?! Lo itu kenapa sih hah?! Cemburu kalo gue suka sama Keenan?!" "Tunggu! Lo bilang apa? Cemburu?! Gue cemburu sama lo? Yang bener aja...." jawab Antariksa mendengus. Wajah Senjana memerah mendengar jawaban Antariksa. Lagipula apa tadi yang dia katakan? Bodoh... Mana mungkin Antariksa cemburu dengan dirinya? Sampai dunia kiamat juga lelaki itu tidak mungkin cemburu padanya. "DASAR COWO NYEBELINNN!! Pergi sana jangan ganggu gue! Gangguin aja tuh pacar lo yang lagi di skorsing. Udah punya pacar masih aja gangguin cewe lain." bentak Senjana. "Pacar gue yang mana?" Senjana melotot mendengar jawaban Antariksa. Yang mana? Memangnya berapa banyak pacar yang dia punya? "Dasar cowo buaya! Berapa banyak cewe yang lo pacarin hah?!" "Siapa yang bilang gue punya pacar? Gue gak pernah nembak cewe kecuali kalo gue punya kepribadian ganda. Nah itu mungkin pribadi gue yang lain yang nembak tuh cewe." ujar Antariksa terkekeh. "Emang lo punya kepribadian ganda kan!" "Oh berani lo ngatain gue yah?" jawab Antariksa datar. "Mau lo apa sih Tar?! Lo bilang sendiri kalo kita udah gak ada urusan. Sekarang apa lagi?!" tanya Senjana dengan nada tingginya. Antariksa menarik tangan Senjana menuju lorong sekolah. Dia menyentak tubuh Senjana sampai punggung gadis itu terbentur dinding belakangnya. Senjana meringis menahan sakit akibat benturan tadi. Dia menatap Antariksa yang menatapnya penuh amarah. Apalagi salahnya sekarang? "Jangan teriak saat lo ngomong sama gue." ujar Antariksa dengan penekanan setiap kata. "Terus mau lo apa? Gue udah minta maaf soal di kantin dan lo bilang urusan kita selesai kalo gue gak ganggu kehidupan lo lagi kan? Sekarang kenapa lagi?" tanya Senjana tanpa peduli perkataan Antariksa. Mulut Antariksa terkatup tidak bisa menjawab pertanyaan Senjana. Benar... Kenapa dia jadi seperti ini? Bukankah urusannya sudah selesai dengan gadis ini? Antariksa sendiri juga bingung kenapa dirinya bisa menjadi aneh begini. Bukan kali ini saja. Dia sudah aneh saat mengajak gadis itu membolos bersama, mengajaknya pulang, marah saat Mario menggoda gadis itu. Dan sekarang, dia marah saat Senjana bersama pria lain dan menyuruhnya menjauh dari gadis itu. Ada apa dengannya? "Gak bisa jawab pertanyaan gue Antariksa? Selama tiga hari lo ngejauhin gue dan tiba-tiba dateng ganggu kehidupan gue lagi tanpa alasan yang jelas. Bukan gue... Tapi lo sendiri yang ngelanggar perkataan lo." "Lo ada hubungan apa sama cowo tadi?" tanya Antariksa mengindahkan perkataan Senjana. Sejak tadi mulutnya sangat gatal ingin bertanya soal itu, tetapi Senjana terus saja berteriak membuat dia menjadi emosi. Dan Antariksa mengakui kalau dia memang mungkin memiliki kepribadian ganda seperti yang dikatakan Senjana. "Apa?" tanya Senjana bingung. "Cowo tadi. Dia siapa?" geram Antariksa. Senjana mengerutkan dahinya bingung. Sekarang, dia semakin yakin kalau Antariksa memang mempunyai pribadi ganda. "Keenan? Ketua Osis. Ngapain lo tanya tentang dia?" "Ada urusan apa lo sama dia?" "Ini sebenarnya lo kenapa sih? Lo gak ada suka sama Keenan kan?" tanya Senjana menyipitkan matanya. "LO PIKIR GUE GAY!!" "Ya terus ngapain tanya-tanya tentang dia?!" "Jawab aja pertanyaan gue!" bentak Antariksa. "Ya gak usah bentak bisa kan?! Lo tuh kaya pacar lagi cemburu tau gak!" sentak Senjana. Pacar? Cemburu? Kenapa Senjana menanyakan hal tidak masuk akal itu lagi astaga... Dirinya benar-benar sudah gila mengatakan hal itu pada Antariksa sampai dua kali. "Gue. Gak. Cemburu." jawab Antariksa. "Iya lo gak cemburu. Mana mungkin lo cemburu sama gue, apalagi ada Aurora." ujar Senjana terkekeh. "Aurora siapa yang lo maksud anj***!!Gue gak kenal sama dia!!" Senjana melongo mendengar bentakan Antariksa. Lelaki itu tidak mengenal Aurora? Tidak mungkin. Antariksa ingin mengajaknya bercanda? Aurora sang Ratu Merah Putih yang terkenal, dia bilang tidak tahu? "Lo ngajak gue bercanda?" "Apa muka gue keliatan bercanda?" tanya Antariksa dengan tampang datar. Astaga... Jadi Antariksa benar-benar tidak tahu siapa Aurora. "Dia pacar lo." "Gue udah bilang gak pernah nembak cewe manapun kecuali..." "Lo punya kepribadian ganda." sahut Senjana memotong perkataan Antariksa. Antariksa dan Senjana saling memandang satu sama lain. Mereka sendiri merasa bingung dengan apa yang sejak tadi dibicarakan. Kalau seperti ini, menjadi membuat mereka seperti sepasang kekasih yang saling cemburu satu sama lain. "Sebenernya... Kita ngomongin apa sih?" tanya Senjana bingung.  Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN