ANTARIKSA 12 || HADIAH PANCA

1023 Kata
"Naik apa kesini?"  Setelah beberapa menit terdiam, Antariksa mengeluarkan pertanyaan membuka obrolan berharap dapat mencairkan suasana yang tadi sempat canggung. Nyatanya setelah obrolan mereka sekarang justru keduanya menjadi saling terdiam, bingung harus berbicara apa.  "Motor. Biasanya juga gitu kan..?" jawab Senjana.  "Pulang juga naik motor sendirian?" "I..ya! Kalo gak sendirian sama siapa lagi? Setan? Lo gak beneran ngira kalo gue ini setan dan berteman sama setan kan?" Senjana memutar bola matanya saat mengingat Antariksa yang mengatainya setan hari itu.  "Mungkin..." jawab Antariksa mengedikan bahunya.  "Dasar! Bisa gak sih kadar nyebelinnya dikurangin sedikit gitu? Heran deh!" "Tunggu... Lo pulang lewat jalan yang kaya kemarin?" tanya Antariksa serius.  "Iyalah! Emang harus lewat mana lagi? Gue udah bilang kan kalo gue ini buta jalan. Otak gue cuma hafal jalan rumah ke Sekolah." "Lo tuh b**o apa gimana sih? Punya Hp bagus gitu buat apa? Gantungan tas lo? GPS kan ada! Cari jalan lain dan jangan lewat jalan kemarin!" "Biar dong! Lagian ribet pake GPS, harus liatin hp mulu. Lebih cepet lewat jalan yang udah hafal kan?" "Ck! Lo mau digangguin sama Rio dan kawan-kawan?!" "Emang mereka masih ada disana?" "Kalo ada gimana? Siapa yang mau bantuin lo lagi kalo digangguin?" sentak Antariksa. "Gak ada Tar! Kemarin kan karena ada acara antara lo sama Panca. Sekarang udah aman, gue yakin!" "Lo emang cewe batu yah!" "Batu teriak batu!" Antariksa mencebik mendengar jawaban Senjana. Percuma saja menasihati wanita yang keras kepalanya hampir menyamai dirinya. Tidak akan ada gunanya, sama seperti yang biasa sahabatnya lakukan pada dirinya. Hanya akan ada kata bantahan yang keluar. "Udah sore, gue mau pulang tapi nyokap lo belum balik juga." lirih Senjana. "Pulang aja. Gue yang bilang ke nyokap nanti." "Yaudah deh, gue pamit pulang yah? Cepet sembuh tar." ucap Senjana lalu berdiri dari duduknya. "Hati-hati." Senjana tersenyum singkat lalu keluar dari ruangan itu. Dia menghembuskan nafasnya, dia akan melakukan sesuatu kali ini. Sesuatu yang akan membuat Mario merasa telah salah mencari lawan untuk dia tantang. Walaupun Senjana wanita tapi dia tidak lemah seperti yang orang kebanyakan pikirkan. Dia memang tidak akan membalas Mario sendiri, melainkan dengan bantuan seseorang. ©©© Gotcha! Sepertinya keberuntungan tengah menaungi seorang Senjana. Tidak perlu bersusah payah mencari, nyatanya yang tengah dia cari ada didepan matanya. Senjana menghentikan motornya dipinggir jalan lalu turun melangkah menuju lapangan yang ramai dengan anak lelaki tengah melemparkan benda bulat berwarna jingga ke arah ring.  Salah satu dari mereka seperti sadar akan kehadirannya dan memberitahukan kepada lelaki yang memakai handband hitam dikepalanya menahan rambut yang sedikit panjang itu menutupi dahinya. Lelaki itu perlahan berjalan ke arah Senjana dengan santai dan kalau boleh jujur cara berjalannya sangat maskulin. Tampan tidak perlu diragukan, tetapi satu yang Senjana tahu kalau Antariksa jauh lebih tampan dan maskulin dibanding lelaki itu.  "Lo cewe yang bareng Antariksa itu kan? Ngapain kesini? Gak takut kesini sendirian, apalagi pelindung lo lagi terbaring di Rumah Sakit." ucapnya.  "Ada hal yang perlu gue bicarain sama lo, Panca." Senjana menjawab dengan wajah datarnya.  "Tentang Mario?"  Tebakan yang sempurna!  "Gue mau nagih utang lo waktu itu. Tentang hadiah yang lo janjiin kalo pesan lo udah gue sampein ke Atar." Panca menaikkan satu alisnya sambil bersedekap seperti tertarik dengan apa yang akan dikatakan Senjana selanjutnya.  "Hmm. Jadi lo mau hadiah apa dari gue? Uang?" "Gue gak butuh uang lo!" "Kenapa gue yakin ini ada hubungannya sama Mario?" Panca mennyipitkan matanya menatap Senjana.  "Buat Mario sama kaya yang dia lakuin ke Antariksa." jawab Senjana tanpa basa-basi lagi. Panca terkekeh, "lo mau Mario masuk Rumah Sakit kaya Atar, gitu?" "Biar impas! Dia balas Antariksa dan gue yang balas dia atas perlakuan yang kemarin ke gue!" "Oke. Lo akan terima kabar Mario udah ada di Rumah Sakit malam ini. Your phone number?" Senjana menyebutkan nomor ponselnya setelah itu dia bergegas kembali ke motornya tanpa menoleh ke arah Panca. Dia tahu sudah mengambil resiko besar dengan meminta bantuan Panca yang notabennya adalah seorang musuh. Sekali lagi, Senjana menceburkan dirinya ke dalam kubangan lumpur dan kali ini dia tidak tahu apakah dia bisa keluar dari sana lagi atau tidak. ©©© "Tadi kamu kemana Sen? Kok pulangnya telat?"  Ibu Senjana bertanya saat mereka tengah menyantap makan malam di meja makan.  "Habis jenguk temen Bun." "Siapa? Cowo apa cewe?" kali ini adalah kakaknya Fajar yang bertanya.  "Kepo banget sih Mas!" "Yeee sebagai kakak, mas itu harus tau dong temen adiknya. Mas gak mau kamu salah pilih temen."  "Iya bener itu Sen. Temen kamu yang mana? Cantika atau Lily?" Ayahnya yang sejak tadi diam mulai bersuara.  "Bukan Yah, temen yang kemarin anterin Senja pulang itu." "Oh yang katanya bibi ganteng banget kaya aktor luar negeri gitu?" tanya Fajar. "Hm." Senjana hanya bergumam melanjutkan makannya. "Sakit apa?" tanya Bundanya. "Kecelakaan motor Bun, gak parah sih." jawab Senjana berbohong. "Tuh! Kamu harus hati-hati sekarang kalo bawa motor Senjana." "Iya Bun." Ting! Senjana melihat ke arah ponselnya yang berbunyi di atas meja. Dia membukanya dan melihat nomor tidak dikenal. Dia tau siapa yang menghubunginya, dengan segera dia berdiri pamit pada keluarganya pergi ke kamar mandi. Disana dia membuka pesan yang di kirimkan lewat w******p dan terlihat lelaki itu mengirimkan foto yang membuat Senjana membulatkan matanya. Foto Mario yang babak belur dengan darah penuh diwajahnya sedang berlutut tidak berdaya menerima tarikan di rambutnya yang membuat wajahnya mendongak terpaksa. Senjana sedikit menjauhkan ponselnya sambil menutup matanya. "Your gift, princess. My job has done!" Senjana mengetikkan sesuatu di ponselnya dengan tangan gemetar. "Dia gak mati kan?" Selang beberapa detik, ponselnya kembali berbunyi. "Lo mau dia mati? Gue bisa habisi dia sekarang." Senjana melotot membaca pesan dari Panca yang dengan mudahnya berkata seperti itu. "Jangan! Gue rasa udah cukup. Lebih baik lo bawa dia ke Rumah Sakit atau dia gak akan selamat dengan luka itu." "As your commander, princess..." Senjana meringis sambil memegang pinggiran wastafel. Dia merasa sudah menjadi gadis yang benar-benar jahat dengan melakukan ini pada seseorang. Walaupun bukan dia yang melakukan tetapi tetap saja kan...  Astaga dia bingung dengan dirinya sendiri. Ini pertama kalinya dia merasa melakukan hal kriminal. Hanya sekali... Hanya untuk kali ini tidak apa-apa kan? Lagipula dia ingin Mario sadar bahwa dia tidak seharusnya berlaku seperti itu pada Antariksa. Hanya kali ini, Senjana! Besok semua akan kembali semula. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN