02. Kamar Hotel

1042 Kata
Sania dibantu oleh Dion untuk membawa gadis itu menuju kamar hotel yang sudah disewa dan dibayar oleh Dion. Dion membuka pintu kamar hotel. Sania tertawa kencang dan setelahnya menangis sambil memukul dadanya yang katanya sesak. Karena putus cinta. Siapa yang berani selingkuh dari gadis secantik Sania. Sania ini cantik. Wanita blasteran juga kulitnya putih mulus. Nyamuk saja yang hinggap di kulit Sania akan jatuh tergelincir. “Kita sudah sampai? Sampai dimana? Surga! Hehehe! Ayo, Mas kita senang-senang. Mas mau lihat tubuh seksi Sania?” tanya Sania dengan gilanya membuka seluruh pakaiannya di depan Dion. Sehingga wanita itu bertelanjang bulat di depan Dion sekarang. Dion mengerjapkan matanya beberapa. Kali. Bukan kali pertama Dion menatap tubuh tanpa busana dari seorang wanita. Namun melihat tubuh Sania yang terpampang sangat nyata di depan matanya sekarang, langsung membuat Dion menegang dan menelan air liur pun susah. Bagian bawah tubuh Dion yang biasanya tidak baperan. Perlahan si k*****t yang menjadi kebanggaannya. Mulai bangun. “Sabar! Kau tidak mungkin merusak gadis yang sedang mabuk. Apalagi dia baru putus cinta katanya.” Gumam Dion, merasakan hawa panas di kamar hotel. Mencari remote AC lalu menaikkan suhu lebih dingin lagi. Karena Dion tidak mau melakukan itu dalam ke khilaf yang amat disengaja. “Tubuh Sania molek tidak Mas? Pasti molek, ya?” tanya Sania tertawa kecil, lalu berjalan menuju Dion bak seorang mo- -Bug! Sania terjatuh di atas lantai. Gadis itu meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Sania menangis kencang. Dion mendengar tangisan dari Sania segera menolong gadis tersebut. Sialan! Gadis ini mau jadi beban? Dion membaringkan Sania di atas ranjang, menatap gadis itu yang sudah berani melebarkan pahanhya. Dion menutup matanya dengan tangannya. Namun melebarkan sela jarinya. b*****t! Sama saja bohong kalau begitu! Lebih baik dia menjauhkan saja tangannya dari depan wajahnya. “Mas! Ayo, sentuh Sania! Ayo, tiduri Sania. Sania putus cinta. Hiks! Sania mau menghilangkan putus cinta. Sania mau menghilangkan rasa sakit yang Sania rasakan. Ayo! Tiduri Sania.” Ucap Sania merengek. Lalu menatap Dion bak seekor kucing meminta tulang ikan pada Tuannya. Dion memalingkan wajahnya. Menggulung Sania dengan selimut, lalu menatap wanita itu dengan tatapan tajamnya. “Tidur! Jangan gila!” kata Dion. Baru kali ini menemui gadis yang benar-benar gila dan sudah tidak waras sama sekali. Sania tertawa di dalam gelungan selimut. “Tidur? Sania nggak mau tidur Mas. Sania mau itu. Ayo, tiduri Sania.” Ucap Sania, menatap Dion dengan tatapan meminta untuk beneran ditiduri. “Sabar Dion! Kau tidak boleh tergoda. Iblis kecil ini! Kenapa kau menggoda sekali?!” rutuk Dion, lalu mengikat Sania dengan tali yang ditemuinya di dalam laci. Masih menggelung tubuh Sania di dalam selimut. Agar gadis itu tidak membuat ulah yang bisa saja Dion merenggut keperawanan gadis itu detik ini juga. “Ih! Kenapa Sania diikat? Sania mau membuat milik Mas puas! Mas nggak mau?” tanya Sania. Dion mendengar itu meringis, lalu menatap pada miliknya yang masih terbungkus dengan rapih di balik celana. Walau sudah mulai berdiri dan menampakkan dia masih perkasa. Seolah menunjukkan sudah lama milik Dion ini tidak masuk ke dalam sangkar. Dion segera menggeleng. Jangan tergoda dengan suara setan yang baru saja mencoba untuk menggoda dirimu. Dion! Kau harus sadar, gadis yang di depanmu ini hanya mabuk dan putus cinta. Dion berjalan menuju kamar mandi menuntaskan miliknya dan membuat miliknya kembali tertidur. Tidak mau memandang dan mendengarkan godaan setan dari Sania. “MAS! KAMU DIMANA! MAS! KAMU MAU KEMANA! MAS! AYO! SENTUH SANIA! MAS!” Teriakan Sania masih dapat di dengar oleh Dion dari dalam kamar mandi. Dion menghela napasnya kasar. Lalu memuaskan miliknya sendiri menggunakan tangannya. Dion yang sudah berhasil menidurkan miliknya lagi, keluar dari dalam kamar mandi. Dion menatap pada Sania yang dari tadi berteriak sekarang gadis itu sudah jatuh tertidur. Dion tersenyum melihat itu. Berjalan mendekati Sania lalu melepaskan ikatan pada Sania. Memperbaiki cara tidur Sania. Dion melepaskan bajunya dan hanya memakai kolor saja, langsung tidur di samping Sania. Membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Dion menguap pelan, tanpa sadar mulai tertidur dan ini pertama kalinya. Dion bisa tertidur dengan nyenyak dan tidak mengkonsumsi obat atau berusaha untuk memejamkan matanya. Dion merasa nyaman dalam tidurnya. Berharap Dion akan tidur dengan mudah terus. Tanpa harus gelisah dan meminum obat terlalu banyak. *** Pagi menyongsong. Sania membuka matanya perlahan. Memegang kepalanya, lalu setelahnya Sania terkejut dan langsung terbangun dan duduk. Sania menatap tubuhnya telanjang dan menatap seorang lelaki yang tertidur nyenyak di sampingnya. Lelaki tampan, mapan, dan juga matang. Suami orang? Sania baru saja tidur dengan suami orang! Sialan! Apa yang terjadi semalam. Kenapa Sania berada di dalam kamar hotel? Apa yang dilakukan olehnya? Sania hanya mengingat. Lelaki b******n itu memutuskan dirinya, berkata akan menikah hari ini dengan Leona. Lalu Sania melajukan mobilnya ke klub malam. Memesan minum. Lalu setelahnya. Sania tidak ingat apapun lagi. Apa yang dilakukan Sania. Sania mau menangis. Dan segera turun dari atas ranjang, memakai kembali pakaiannya. Mengambil tas dan keluar dari dalam kamar hotel. Bodoh! Hanya karena putus cinta Sania harus berada di sini. “Sial! Terkutuk Lah lelaki b******n itu. Dia membuatku kehilangan keperawanan yang selama ini aku jaga!” gumam Sania keluar dari dalam kamar hotel. Tidak mau terjebak dengan lelaki yang sudah melakukan hubungan badan dengannya. Dion yang sudah terbangun semenjak Sania terbangun. Menatap pintu kamar hotel yang tidak memperlihatkan Sania lagi. Dion tersenyum. “Nyenyak. Dan aku akan mengejar Sania. Kau harus menjadi milikku!” ucap Dion, menatap pada foto copy KTP Sania yang diambilnya semalam di dalam tas wanita itu. Sania Cleorisa. Nama yang cantik dan seperti orangnya yang memang cantik. Mampu membuat Dion sembuh dari insomnia. Dan tidur nyenyak selama ini selalu susah untuk tidur. “Halo, goyahkan perusahaan CLEO COMPANY. Saya tidak mau tahu, kau harus menggoyahkan perusahaan itu, bagaimanapun caranya.” Dion mematikan sambungan telepon. Duda anak satu tersebut bersmirk jahat, sudah tersusun berbagai macam rencana di dalam otaknya. Tentang mengikat Sania di dalam hidupnya. “Boy, kau akan segera memiliki Mama baru. Kau pasti akan suka dengan Mama barumu ini.” Dion tertawa sendiri, setelah mengatakan itu. Sambil menyugar rambutnya ke belakang dan kembali memejamkan matanya memeluk bantal yang semalam dipakai oleh Sania. Hormon Sania saja sudah membuat dirinya kembali tertidur nyenyak. Apalagi memeluk Sania. Ah, Dion mau memeluk Sania lagi. Walau gadis itu kurang waras saat mabuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN