12

1015 Kata
Rindu sangat bersyukur karena ternyata yang membuka bagasi bukan salah satu dari ketiga anak buah Angel. Laki-laki itu tampak terkejut salah melihat seorang perempuan meringkuk di dalam bagasi dengan tangan dan kaki terikat serta mulut yang ditutup lakban. Tadinya laki-laki itu mengira yang membuat kegaduhan di dalam di dalam bagasi hanyalah seekor binatang . Dia merasa penasaran bagaimana seekor binatang bisa membuat ketukan yang seperti itu. Laki-laki itu kemudian menajamkan pendengarannya dan dia akhirnya mengerti kalau ketukan itu adalah sebuah kode untuk meminta bantuan. Laki-laki bernama Brian itu kemudian menyampaikan dugaannya pada temannya sekaligus menyusun rencana untuk menyelamatkan orang yang ada di dalam bagasi mobil itu. Brian menduga orang yang ada di dalam bagasi kemungkinan adalah korban penculikan dan lebih mengerikan lagi kalau menjadi korban human trafficking. Brian meminta Rigo temannya untuk mengamankan sekitar, berjaga-jaga kalau pemilik mobil datang sementara dia akan membuka bagasi mobil itu. Brian harus bertindak cepat karena kemungkinan pemilik mobil akan segera datang. Tadi Brian sempat melihat tiga orang laki-laki yang bertubuh kekar keluar dari mobil ini dan berjalan menuju kedai kopi yang baru disinggahinya. Dengan cepat Brian membuka bagasi mobil dengan keahlian yang dimilikinya dan mengeluarkan Rindu dari ruangan sempit itu dengan segera. Brian menggendong rindu ala pengantin baru kemudian membaringkannya di kursi penumpang dan meminta temannya untuk segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh meninggalkan tempat itu sebelum para penculik Rindu menyadari. "Terima kasih," tutur Rindu lemah , rindu masih merasa mulutnya sakit karena lakban yang tadi menutup mulutnya dilepas tapi dia mengabaikan rasa sakitnya karena setidaknya dia telah terbebas dari anak buah Angel. Rindu tak dapat membayangkan apa yang terjadi padanya bila kedua laki-laki itu tak menolongnya. Perempuan cantik itu sudah membayangkan Rindu akan menyiksanya dengan siksaan fisik sebelum membunuhnya. Siapa sangka ternyata Rindu ternyata menyuruh anak buahnya membawanya ke tempat pelacuran dan menjualnya di sana. Angel ingin William membenci Rindu karena itu. Untung saja ketiga anak buah Rindu meletakkannya di bagasi dan tak melecehkannya, di sudah sangat takut takut kalau-kalau mereka melakukannya tadi. "Kamu siapa? Kenapa mereka menculikmu?" Brian bertanya sambil berusaha melepas tali yang mengikat tangan Rindu, tak butuh waktu lama bagi Brian untuk melepas tali yang mengikat kuat tangan Rindu "Aku.. Rindu," Rindu menghela nafas panjang, dia merasa lega dan sangat berterima kasih pada kedua laki-laki karena telah membantunya. Rindu memandangi pergelangan tangannya yang terasa perih dan kemerahan karena dia berusaha keras melepaskan ikatan itu tadi walau tak berhasil. "Maaf, boleh tahu siapa kalian?" "Aku Brian dan dia Riga," Brian memberikan sebotol air mineral pada gadis itu dan Rindu segera meneguk isinya dengan cepat karena dia merasa sangat haus. Entah berapa lama dia ada di dalam bagasi yang jelas saat ini merasa sangat haus dan sebenarnya lapar tapi sebotol air mineral itu sudah cukup mengatasi rasa hausnya juga mengurangi sedikit rasa laparnya. Rindu menatap Brian yang sedang melepas ikatan di kakinya yang sangat kencang kemudian tatapan Rindu beralih pada Rigo yang tengah fokus mengemudikan mobilnya. "Sekali lagi, terima kasih, tanpa kalian aku tak tahu bagaimana nasibku besok," Rindu merasa ada sebuah batu besar yang menyumpal tenggorokannya yang membuatnya sulit bernafas karena rasa haru yang menyeruak begitu saja. "Sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka menculikmu?" Brian mengulang pertanyaan yang tadi belum dijawab Rindu. Rindu terdiam sambil menggosok pergelangan tangannya yang masih terasa sakit. Dia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi pada orang lain apalagi mereka baru dikenalnya beberapa saat yang lalu. "Kalau kamu tak keberatan kamu bisa cerita yang terjadi pada kami, paling tidak kamu akan merasa lebih lega setelah bercerita," kata Brian saat melihat keraguan di wajah Rindu. "Mereka anak buah suamiku yang ditugaskan untuk menjaga adiknya," desah Rindu, dia "Jadi suami kamu yang menyuruh mereka menculikmu?" Rigo sedikit menoleh untuk melihat reaksi Rindu saat dia bertanya meski sudut matanya tetap waspada pada jalan di depannya "Bukan," jawab Rindu dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, Rindu merasa kepalanya sangat penuh dan ingin meledak karena yang dirasakannya akhir-akhir ini. Semenjak mengetahui hubungan William dan Angel, Rindu merasa hatinya sangat sakit, dikhianati sahabat dan suami membuatnya terpuruk apalagi sahabat dan suaminya adalah saudara sedarah. Dia tulus mencintai William tapi ternyata dia hanya dimanfaatkan oleh kedua orang itu untuk menjadi menutupi hubungan busuk mereka. Rindu tak tahu kepada siapa dia bisa menumpahkan isi kepalanya agar beban yang dirasanya sedikit berkurang. Dia tak memiliki teman yang dekat dengannya semenjak menikah dengan William apalagi Angel selalu menempel padanya. "Ini perbuatan adik iparku, dia sangat terobsesi pada suamiku karena itu dia ingin menyingkirkan aku agar tak menghalangi hubungan mereka," akhirnya Rindu menumpahkan sedikit unek-uneknya pada Brian dan Rigo dan dia merasa dadanya sedikit lega, beban berat yang dadi mengimpit dadanya sedikit terangkat membuatnya merasa lega dan bisa bernafas. "Mereka akan membawamu ke mana?" Brian menyipitkan matanya menatap wajah cantik Rindu yang dipenuhi kesedihan. Rindu menyebut sebuah klub yang sangat terkenal sebagai tempat transaksi seks terselubung untuk kalangan atas yang ada di kota sebelah karena Angel ingin menjadikannya sebagai salah satu p*****r di sana. Saat ini mereka sudah separuh jalan menuju tempat itu, arah yang sama dengan tempat yang hendak kedua laki-laki itu tuju meski berbeda tempat. Rindu berusaha menahan tangisnya saat dia mengatakan hal itu pada Brian dan Rigo. "Gila!" decak Brian yang tak habis pikir dengan apa yang ada dalam pikiran Angel. "Suami kamu tahu?" Rigo bertanya sambil menatap Rindu dari kaca spion di atas kepalanya. Rindu menggeleng, dia yakin William tak tahu perbuatan adiknya karena laki-laki itu malah berusaha menyembunyikannya dari sang adik yang selama ini Rindu kira tulus padanya. "Kami akan antar kamu ke rumah suamimu tapi kita mampir dulu ke suatu tempat karena ada sesuatu yang harus aku selesaikan dulu di sana. Kamu tidak keberatan, kan?" tanya Brian dengan senyum di bibirnya. Rindu menggeleng, bagaimana bisa dia keberatan sementara dia hanya menumpang pada mereka? Tak masalah dia ikut dengan mereka karena dia tahu mereka memang memiliki urusan di kota sebelah. Rindu sudah sangat bersyukur karena sudah diselamatkan dari rencana busuk Angel meski dia ragu haruskah dia kembali pada William? Mobil yang dikendarai Rigo terus melaju membelah jalanan yang tak juga sepi meski malam semakin merambat. Rindu hanya bisa berdoa dalam hati semoga Tuhan melindunginya *** AlanyLove

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN