Kalau Aku Mati Maka Rahasiamu Terkubur Bersamaku

1403 Kata
DSL 8 William menghela nafas panjang, dia sangat tahu siapa yang dimaksud ‘dia’ oleh Angel. Dulu dia akan merasa panik kalau Angel mengeluh seperti ini dan akan segera memerintahkan anak buahnya untuk membantu Angel dengan segera tapi kini Wiliam merasa keluhan Angel sangat mengesalkan baginya. William takut Angel dan anak buahnya akan melukai istrinya karena itu dia harus melindunginya. “Kamu sudah menemukan dia, Will?” tanya Angel setelah tak mendengar sebuah katapun dari William. “Hmmm,” “Will, kamu dengar, kan?” “Ya, sama sepertimu aku dan anak buahku juga kehilangan jejak gadis itu,” “Will, aku kangen kamu,” kata Angel manja. “Aku menyelesaikan urusanku dulu, An,” bahkan kata rindu dari Angel sekarang terasa hambar baginya, entahlah. William kembali menutup matanya setelah menutup panggilan Angel yang merasa kesal dengan sikap William di ujung sana. William kembali menyandarkan kepalanya, ingatannya melayang ke masa empat bulan yang lalu saat Angel memintanya untuk berkenalan dengan salah satu teman SMA nya. Angel menyatakan gagasannya agar dia menikahi gadis itu untuk menutupi hubungan sedarah mereka yang telah berlangsung lama karena Angel merasa orang tua mereka mulai mengendus ada yang tak beres dalam hubungan mereka dan memintanya kembali ke New York untuk tinggal bersama mereka. Awalnya William menolak permintaan Angel, mana mungkin dia mencintai gadis yang tak dicintainya bahkan sama sekali belum dikenalnya tapi Angel memaksanya dengan mengatakan kalau Rindu nama gadis itu sudah tahu hubungan mereka dan apa tujuannya menikah dmendapatkan engan William. Kata Angel gadis itu terlalu miskin jadi mau melakukan apapun untuk uang termasuk ketika Angel memintanya untuk menikahi kakaknya. Yang tak William tahu adalah Angel tak mengatakan hal yang sama pada Rindu, pada gadis malang itu dia hanya mengatakan kalau kakaknya seorang gay dan dia meminta Rindu untuk menikah dengan sang kakak karena tak mau kakaknya ketahuan oleh keluarga besarnya karena itu merupakan aib bagi keluarga mereka. Setelah menikah, William memang memandang rendah Rindu karena mau menikah dengannya karena uang. William merasa jijik pada Rindu yang dengan sikapnya yang malu-malu memang berusaha menarik perhatiannya di belakang Angel. Bukankah gadis itu sudah tahu tujuannya menikah dengannya? Harusnya Rindu sadar akan kedudukannya yang hanya istri pura-pura meski pernikahan mereka tidak pura-pura. Karena itu dia cukup terkejut saat Rindu terlihat sangat syok akan melihatnya dan Angel melakukan petting, dan itu membuat William sadar kalau Rindu tak tahu mengapa William menikahinya. William menghela nafas panjang. dia mengakui kalau dia sangat menyayangi Angel sejak gadis itu masih kecil dan selalu membelanya. Selama ini dia mengira itu adalah cinta tapi kini dia sadar kalau itu adalah nafsu yang bersembunyi di balik topeng bernama cinta karena bersama Rindu William bisa merasakan sesuatu yang berbeda meski dia selalu menyangkalnya dan kini perasaan aneh itu menimbulkan rasa nyeri setiap kali darahnya berdesir saat mengingat semua hal tentang Rindu. William beranjak dari duduknya dan menuju ke kamar Rindu. William menatap Rindu yang masih tampak gelisah dalam tidurnya. “Bagaimana keadaannya, Bi?” tanya William mengagetkan pelayan yang sedang merawat Rindu. “Ah, Tuan, kondisi Nyonya sudah mulai membaik, panas Nyonya sudah turun. Semoga Nyonya segera pulih,” kata pelayan itu dengan prihatin. “Tolong, buatkan bubur untuk Nyonya biar saya yang merawatnya,” titah William. Pelayan itu hanya mengangguk kemudian berlalu dari kamar itu dengan sopan, dalam hati sang pelayan kaget melihat William yang sangat perhatian pada istrinya. Pelayan itu kembali ke dapur untuk membuatkan bubur untuk sang nyonya sedang William tampak menggulung kemejanya hingga ke siku dan mulai mengambil handuk kecil yang sudah dibasahi air hangat untuk mengomres dahi Rindu. William memandangi wajah yang gelisah itu, tangannya menggenggan tangan kanan Rindu dengan kedua tangannya. William merasakan kehangatan yang mengalir melalui sentuhan tangan mereka dan kembali merasakan nyeri yang mengalir ke seluruh tubuhnya saat darahnya mengalir dengan cepat mengantarkan desir ke setiap sel di dalam tubuhnya. Rasa yang menyiksa tapi dia tak ingin rasa ini berakhir begitu saja karena William sangat menikmatinya, rasa yang tak pernah dirasakannya selama ini saat bersama Angel. Rindu terbangun saat merasakan ada yang mengecupi tangannya, dia membuka perlahan dan melihat wajah cemas William tengah mencium tangannya yang berada dalam genggaman laki-laki itu. Benarkah William merasa cemas? Atau itu hanya perasaannya saja yang selalu William akan memperhatikannya suatu hari kelak. Rindu merasa seluruh tubuhnya lelah, dia berusaha melepaskan tangannya yang berada dalam genggaman William namun William justru menggenggamnya dengan erat dan menatapnya dengan lembut. Apa-apaan ini? Rindu bertanya dalam hati saat tatapan lembut William menyapu matanya, Rindu segera mengatupkan kelopak matanya untuk menghindari tatapan Willian yang penuh pesona. Suara pintu yang terbuka membuat Rindu membuka mata dan menatap ke arah pintu. Rindu dan William menatap pelayan yang datang membawa baki berisi mangkuk dan gelas. William segera menyuruh pelayan itu untuk meletakkan baki ke atas nakas karena dia sendiri yang akan menyuapi Rindu. Pelayan itu segera pergi dari ruangan itu meski Rindu melarangnya karena Rindu tak ingin berada di ruangan ini hanya berdua dengan William tapi pelayan itu terlalu takut pada William untuk memenuhi permintaan Rindu. “Makan dulu, bibi sudah membuatkan bubur untukmu,” perintah William dengan hangat membuat menatap William dengan mengerutkan kening. Rindu menggeleng tapi suara perutnya yang kelaparan tidak bisa berbohong membuat William tersenyum, Rindu segera berpaling dari wajah William yang menggoda. William segera segera membantu Rindu untuk duduk dengan bersandar di kepala tempat tidur tanpa memperdulikan protes dari istrinya. Setelah merasa Rindu nyaman dengan duduknya, William segera memberikan minum teh hangat pada Rindu dan gadis itu segera meminta gelas yang dipegang William tapi tangannya telalu lemas untuk memegang gelas itu sehingga dia membiarkan William membantunya meminum teh itu dengan mendekatkan gelas ke mulutnya dan Rindu segera menyedot air yang ada di dalam gelas itu dengan sedotan lipat. William segera meletakkan gelas yang telah berkurang isinya separuh kemudian mengambil mangkuk berisi bubur. “Kamu suka diaduk atau tidak?” tanya William lembut. Rindu menggeleng, bukan masalah buburnya diaduk atau bukan tapi karena dia tidak mau William menyuapinya meski dia sangat lapar. Rindu ingin pelayanlah yang menyuapinya dan bukan William. Rindu mengatupka mulutnya saat William mendekatan sendok berisi bubur ke mulutnya membuat wajah William berubah menjadi kesal. William memaksa Rindu untuk makan karena dia tak ingin gadis cantik di depannya mati kelaparan. William sudah berusaha membujuk Rindu tapi perempuan cantik itu bergeming. “Aku tak ingin kamu mati kelaparan, Rin,” kata William hampir putus asa karena Rindu menolak untuk membuka mulutnya. “Bukankah itu lebih baik untuk kamu dan dia karena kalau aku mati maka rahasia itu akan terkubur bersamaku,” balas Rindu lemah. “Ngawur kamu!” William melotot ke arah Rindu membuat gadis itu ketakutan. Sungguh William tak bisa membayangkan betapa dia akan merasa kehilangan dan bersalah kalau Rindu sampai mati kelaparan. Rindu menunduk, dia tak tahu kenapa William begitu marah saat dia mengatakan hal itu. Bukankah seharusnya dia merasa senang karena rahasia terbesarnya akan terkubur bersamanya seandainya dia mati? Kenapa dia malah melihat kesedihan di mata itu? “Buka mulutmu atau aku akan menciummu!” kata William dingin setelah beberapa waktu membuat Rindu menatap horor pada laki-laki tampan di depannya. Rindu masih bergeming di tempatnya, William kembali mendekatkan sendok ditangannya ke mulut Rindu yang semakin mengatup karena dia tak ingin William menyuapinya. Rindu masih menatap William dengan perasaan ngeri saat tiba-tiba saja William mendekatkan wajahnya kepada Rindu membuat Rindu terkesiap dan langsung membekap mulutnya. “Buka mulutmu, kalau tidak aku akan benar-benar menciummu,” desis William sambil mnjauhkan wajahnya. Rindu menatap laki-laki tampan mirip vampir tampan dalam Twilight itu dengan cukup lama sebelum akhirnya dengan ragu membuka mulutnya. William segera memasukkan bubur ke mulut Rindu dan menatap bibir Rindu yang segera mengatup saat dia telah menarik sendoknya. William tersenyum menatap istrinya yang akhirnya mau disuapinya. Rindu mengunyah dengan pelan kemudian menelannya dan kembali membuka mulutnya saat William mendekatkan sendok ke mulutnya. Rindu menghabiskan buburnya hingga setengah mangkok, dengan lemah Rindu berkata kalau dia sudah kenyang tapi William tampak tak suka. Rindu sudah tidak makan dari kemarin bahkan seluruh tubuhnya masih lemas hingga sekarang. Rindu kembali mengatupkan bibirnya saat William kembali hendak menyuapinya. William tak ingin Rindu menjadi semakin sakit karena tak ada asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. William menatap Rindu dengan tatapan putus asa untuk sesaat kemudian dia memasukkan bubur ke dalam mulutnya. Rindu hanya menatap William sekilas tapi detik berikutnya dia menjadi sangat terkejut karena William telah mendekatkan bibirnya dan memaksanya untuk membuka mulut dengan sebuah gigitan kecil di bibir bawah Rindu dan detik berkutnya lagi William mendorong bubur yang ada di mulutnya ke mulut Rindu membuat mereka saling menatap dan merasakan debaran di d**a mereka. Rindu ingin mendorong d**a William tapi merasa dia merasa tak mampu . *** AlanyLove
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN