Elena berbaring di dalam bak mandi. Pikirannya dan sorot matanya nampak begitu kosong. Sudah 2 jam ia berbaring seperti ini, bagaikan sebuah mayat hidup. Tubuhnya benar-benar lelah. Ia mau pergi dari sini dari rumah ini. Ia mau kembali seperti dulu dimana dia bebas, dan bisa melakukan apapun semaunya.
Elena merasakan tubuhnya begitu lelah. Matanya terpejam saat merasakan nyeri di bagian kepalanya yang berdenyut. Tangan kanannya memijit pelipisnya dengan lembut berusaha menghilangkan nyeri itu. Tak lama Elena bangkit dari sana dengan tubuh yang begitu lemas. Ia mulai memakai bajunya lalu setelah selesai ia berjalan menuju pintu untuk keluar dari sana.
CEKLEK//
Saat Elena keluar dari dalam toilet pria itu masih berada di sana, William masihlah terbaring dengan tubuh polos berselimut tebal di atas tempat tidurnya. Elena melirik ke arah pintu kamarnya. Mulai berpikir untuk kabur dari sini di saat pria itu tertidur sepertinya ide yang cukup bagus.
Elena berjalan ke arah pintu kamarnya. Ia ingin segera pergi dari sini mumpung pria itu masih tertidur. Dengan gerakan hati-hati ia melangkah pergi menuju pintu kamarnya lalu tanggannya meraih kenop pintu untuk memutarnya.
Terkunci.
"Akhhh sial"decaknya dalam hati saat mengetahui pintu kamarnya terkunci.
"Mencari ini istriku?"
Tubuh Elena menegang seketika saat mendengar suara yang sangat di kenalinya. Tubuhnya berbalik dan mendapati William tengah terduduk bersandar pada headboard ranjang tempat tidur, memandangnya remeh. Sebelah tangannya terangkat menunjukan sebuah kunci kamarnya.
Bibirnya tersenyum remeh menatap Elena sinis. "Kau kira kau bisa kabur saat aku sedang tertidur?!!"
"Bukankah sudah ku bilang, jika aku tidak akan pernah membiarkanmu kabur dariku! Dan kau tidak akan pernah bisa keluar dari sini tanpa seizin ku" Elena membuang arah pandangnya. Ia merutuki dirinya yang begitu bodoh, berharap pria itu bisa lengah sedikit saja. Ini memalukan, William pasti sangat senang karena bisa mengerjainya seperti ini.
William bangkit berdiri membuat Elena melihat ke arahnya namun wajahnya langsung berpaling ke arah lain saat melihat tubuh pria itu yang tak tertutupi sehelai benang pun. William menghampiri Elena, dan berhenti tepat di hadapannya. William terkekeh dengan senyuman remeh di sudut bibirnya menatap Elena yang menyampingkan wajahnya. Menghindari pandangannya dari tubuhnya.
"Kau malu? Setelah b******a denganku lebih dari satu kali dan saling melihat tubuh telanjang kita satu sama lain. Kau masih memiliki rasa malu melihatku begini?"
William meraih dagu Elena dan menariknya hingga wanita itu memandang wajahnya.
"Ckckck...wajahmu memerah" William terkekeh melihat wajah Elena membuat wanita itu membuang arah pandangnya lagi.
"Aku suka melihatnya"lanjutnya.
"Apa kau tidak malu? Cepatlah berpakaian dan pergi dari kamarku! Cepat pergi ke kamarmu sendiri" seru Elena dengan nada kesal, berbicara tanpa memandang ke arah William.
"Aku tidak malu. Kau juga sudah melihat tubuhku. Untuk apa aku merasa malu?!"
"Humm.. kau sudah mandi di jam 4 pagi seperti ini?" tanya William saat merasakan harum sampo dari rambut panjang Elena yang tergerai. Harumnya menguar mengusik indra penciuman William yang membuatnya merasa b*******h. William meraih helaian rambut Elena dan menghirupnya, namun Elena langsung menepis tangannya membuatnya terkekeh.
"Ini rumahku dan kau milikku. Aku berhak atas dirimu dan tidur di kamarmu!" Elena melirik William. Pria itu menempelkan keningnya pada kening Elena.Kedua mata William menggelap dengan hasratnya yang kembali timbul, seketika membuat Elena merasa was-was.
Kedua tangan William meraih pinggang Elena.Mengusapnya dengan bergerak naik menyusuri lekuk tubuh Elena dengan gerakan lembut.
Tubuh Elena bergetar akibat sentuhan William di tubuhnya. Sentuhan itu begitu lembut dan intens. Elena tidak munafik jika William sangat hebat melakukannya. Tapi Elena tidak bisa, tentu dia tidak boleh menikmati dan merasa menyukai hal itu. Ini tidak benar. Pria itu br*****k. William Hingga meraih kedua tangannya dan menelusup kan jari-jarinya di sela-sela jari-jemarinya hingga menjadi saling bertaut. William menaruh kedua tangan Elena di kedua sisi wajahnya. Lalu bibirnya meraup rakus bibir Elena.Elena tersentak kaget, ketakutannya terwujud. Pria itu kembali akan menerkamnya.
"jangan!” ucap Elena di sela-sela ciumannya.
William tak menggubrisnya bibirnya tetap meraup dan melumat dalam bibir semanis cery itu tanpa bosan. Bibir istrinya terlalu nikmat untuk di lewati.
"Jangan!" erang Elena, kedua.
Kedua tangan William meremas kuat tangan Elena yang bertaut dengannya. Ia merasakan hasrat dirinya yang begitu menggebu-gebu untuk saling bersentuhan, menikmati gelora panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Hanya bibir, namun berpengaruh besar hingga mampu membakar hasrat William yang begitu besar. William menjilat telinga Elena membuat Elena memejamkan matanya dan merasakan bulu kuduknya meremang dengan sensasi aneh yang menerjangnya bagai ombak yang menderu.
"Aku menginginkanmu"
***
Elena berdiri di dekat jendela kamarnya seraya memandang keluar yang langsung berhadapan langsung dengan taman rumah William. Ia merasakan nyeri hebat di kepalanya. Tubuhnya terasa lemas, sepertinya energinya sudah habis tersedot karena aktifitas panas yang selalu dilakukannya dengan William.
Tokk...Tokkk.
Suara pintu kamarnya yang di ketuk seseorang membuat Elena menoleh ke arah pintu kamarnya.
“masuk”jawab Elena yang memandang penasaran pada pintu kamarnya, pasalnya William tidak ada di rumah jadi dia mulai menebak siapa yang mendatanginya saat ini.
CEKLEK//
Pintu kamarnya terbuka mendapati Mrs. Eve di sana, ada seorang wanita lain yang terlihat begitu stylish mengekor di belakang tubuh Mrs. Eve.
"Selamat sore nona Elena" sapanya
"Ya.. Mrs. Eve"ucap Elena seraya melirik penasaran pada wanita yang bersama Kepala pelayan tersebut.
"Ini Miss Vallery salah seorang desainer yang akan mempersiapkan nona Elena untuk menghadiri sebuah acara dengan Mr. Willy nanti malam"
"Acara?"gumam Elena bingung.
"Benar nona. Tuan menyuruh nya untuk mempersiapkan nona sebelum jam 6. Beliau akan menjemput nona dan membawa nona untuk pergi ke acara tersebut" Elena terdiam nampak berpikir tentang hal itu. Pergi dari dalam kamarnya dan Rumah ini. Ke dunia luar. Elena mulai menimbang-nimbang, ini tawaran bagus setidaknya ia bisa kabur saat sudah keluar dari dalam rumah ini. Ketika di jalan nanti bisa saja ia berteriak, kabur dari pria itu ketika lengah, atau minta bantuan seseorang.Ini ide yang cukup bagus dan Elena tidak mau melewatkan kesempatan bagus ini begitu saja.
"Baiklah"ucapnya setelah berpikir matang tentang hal ini.
***
Elena sudah selesai di rias, kini tubuhnya sudah berbalut gaun merah berbahan sutra dengan sebuah permata kecil yang menghiasi bagian dadanya dan renda yang berada di pinggangnya. Terlihat begitu cantik dan elegan. Rambutnya tergulung dengan kepangan yang menyisakan sedikit helai.
"Kau tahu nona ini adalah busana yang sangat mahal, hanya ada satu-satunya di dunia yang khusus di pesankan Tuan untuk anda"
Elena hanya diam tidak ingin berkomentar tentang hal itu. Ia cukup malas mendengar perkataan orang-orang yang selalu merasa bangga pada William. Apa yang istimewa dari seorang iblis sepertinya. Otak mereka semua seperti sudah dicuci agar tidak selalu merasa bangga padanya.
"Nona adalah istri yang beruntung bisa mendapatkan hati seorang pria muda kaya raya dan begitu tampan seperti Mr. William" Elena sangat malas mendengarnya ia hanya diam dengan sumpah serapah di dalam hatinya memaki William.
"Dasar wanita bodoh, kau tidak tahu bagaimana dia begitu mengerikan sebenarnya. Kalian semua bodoh jika berharap ingin menikah dengannya"batin Elena bermonolog.
"Sudah selesai. Kau benar-benar sangat cantik nona" pujinya. Elena menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sendiri sedikit pangling dengan sosok dirinya yang sangat-sangat berubah. Hal ini menjadikan dirinya terlihat seperti seekor itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa cantik.
Apa ini dirinya?
Lucukah jika Elena bertanya siapa yang saat ini sedang terduduk di depan cermin dengan wajah bingung.
"Sudah selesai?"Elena melirik ke arah pintu. William sedang berdiri di sana. Bersandar pada kusen pintu dengan kedua tangannya yang tersimpan di dalam saku celana bahan hitamnya.
Matanya memandangnya dengan wajah tenang. Jujur saja sebenarnya pria itu terlihat sangat tampan dengan balutan jas dan dasi kupu-kupu hitamnya, namun Elena langsung merutuki dirinya yang berpikir demikian.
"Bukankah dia cantik tuan?"tanya Miss Vallery pada William. Pria itu tersenyum remeh dan berjalan mendekati Elena."Istriku tentu saja sangat cantik"ucapnya membuat Miss Vallery tersenyum.
Elena melirik William dalam hati ia berucap.
‘Pria gila akan membual untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.’
"Ayo kita pergi sekarang"perintahnya dengan sorot mata yang tajam.
Elena berdiri dengan sukarela membuat alis William mengeryit merasa sedikit heran. Biasanya wanita ini tidak akan pernah menurut dan mengikuti perkataannya . Tapi tidak dengan malam ini. William sedikit bingung namun dia cukup senang, jadi dia tidak harus berbicara dengan urat menonjol untuk memerintah wanita itu.
***
Mobil William berhenti di sebuah Gedung yang cukup besar. Ia keluar dari dalam sana dengan William yang memegang sebelah tangannya. Dua orang pria bersetelan jas hitam menyambut kedatangan mereka dengan senyum ramah di wajahnya.
"Silahkan masuk tuan"
William mengangguk dan melangkah masuk ke dalam. Banyak sekali tamu yang di undang di pesta tersebut.
Berdekor klasik yang mewah. Interiornya sangat menawan. Membuat Elena terpaku mengaguminya.
"Presdir William Alvaro. Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahan kami"salah seorang pria berumur 30 an datang menghampiri mereka.
Ia memeluk William dengan senyuman ramah hingga akhirnya kedua matanya melirik Elena yang berdiri tepat di samping kiri William.
"Siapa dia? Dia istrimu bukan?"tanyanya.
"Ya. Namanya Elena" William memperkenalkan Elena pada Pria tersebut yang bernama Sean.
"Selamat Malam.. Senang bertemu denganmu Mrs William" ia menjabat tangan Elena dengan senyum di wajahnya.
“terakhir aku bertemu denganmu saat di pesta pernikahan kalian, ku kira William akan membawa wanita lain tapi ternyata dia sangat setia dengan istrinya” ucap S membuat William berdecak.
"Ini istriku. Selena" ucap Sean memperkenalkan seorang wanita yang baru saja bergabung menghampiri mereka.
"Selena" istri Sean menjabat tangan Elena .
"Elena " ucap Elena singkat.
"Oh ya. Ada sebuah bisnis yang cukup penting yang harus kau dengar" ucap Sean membuat William mengeryit menatapnya.
"Apa maksudmu?"
"Aku rasa kita tidak bisa mengatakannya di sini."Ucap Sean seraya melirik ke arah Elena dan Selena.
William mengikuti arah lirikan mata Sean dan dia sadar ia harus meninggalkan Elena sebentar.
"Kau tenang saja istriku akan bersama dengan istrimu di sini sampai kita selesai"
"Benar. Aku akan menemani Elena.Kalian berdua pergilah" seru Selena .
"Tunggu sebentar. Aku harus berbicara dengan istriku"
William menarik Elena pergi menjauh sedikit dari Sean dan Selena.
"Aku akan pergi sebentar. Jangan coba-coba untuk meminta bantuan pada siapapun untuk kabur dariku atau mencoba kabur dari sini saat aku pergi. Kau lihat 2 (dua) penjaga ku di depan pintu, mereka akan mengawasi gerak-gerik mu. Kalau sampai aku mengetahuinya kau akan ku hukum" ancam William.
Elena hanya diam tidak menanggapinya, setelahnya mengatakannya mereka kembali pada Sean dan Selena.
"Aku pergi dulu. Tunggu aku sebentar" William mengecup pipi kanan Elena sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkannya.
"Romantis sekali" puji Selena saat melihat keduanya.
Elena terlihat malu. Ia sendiri merasa tak enak di dalam keramaian seperti ini. Ia tidak terbisa pergi ke sebuah pesta. Ini cukup mengganggu untuknya.
"SELENA!!!"teriak seseorang. Selena menoleh teman lamanya ada di sana memanggilnya untuk menghampiri.
"Tapi" Selena nampak ragu ia sudah berjanji untuk menemani istri William namun ia malah harus meninggalkannya.
"Pergilah. Aku tidak apa-apa di sini"ucap Elena yang sadar dengan hal itu.
"Maafkan aku. Aku akan segera kembali"ucapnya yang di balas anggukan kepala dari Elena sebelum akhirnya Selena melangkah pergi meninggalkannya.
Elena mengedarkan pandangannya lalu beralih ke arah pintu keluar. Benar saja 2 (dua) pengawal William sedang mengawasinya. Menatapnya dari jauh seperti seekor elang yang sedang mengintai mangsanya. Elena hanya bisa menghela nafasnya lelah mengetahui hal itu. Gagal sudah rencananya untuk berniat kabur dari sini.
Elena merasakan kerongkongannya begitu kering. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari minum. Lalu ia melangkah pergi menuju sebuah bartender yang ada di ujung ruang.
"Bisa aku minta air putih"pinta Elena pada seorang pria yang duduk di belakang meja bar.
Pria itu mengangguk dan mulai menyiapkan nya. Elena melirik ke sebelah kanannya saat merasakan ia tengah di perhatikan seseorang. Dan benar saja seorang pria sedang tersenyum ke arahnya, membuatnya merasa risih dengan tatapan pria itu. Bartender itu memberikan sebuah gelas kecil dengan air di dalamnya. Elena baru saja ingin mengambilnya sebelum seorang pria merampasnya. Membuat Elena menoleh ke arahnya terkejut.
Pria itu mendekatkan gelas tersebut ke hidungnya untuk menghirup baunya. Lalu kedua matanya beralih menatap tajam bartender tersebut. Membuat Elena mengikuti arah pandanganya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Nona ini minta air putih kenapa kau malah memberikannya alkohol"
Elena tersentak kaget saat mendengar pria itu berucap membuat pandangannya kembali beralih memberikan tatapan protes pada bartender tersebut.
"Ma.. maafkan aku” ucapnya tergagap karena ketahuan.
"Ini. ini benar-benar air putih, maafkan saya nyonya" bartender itu kembali memberikan sebuah gelas yang kembali di hirup pria tersebut sebelum akhirnya memberikannya pada Elena .
"Ini nona.. Eh kau"
"Elena Austin?" tanyanya terkejut saat kembali bertemu dengan wanita yang bertemu dengannya di depan Cafe malam itu.
"Ya"
"Kau.....Ethan?"