Bagian 23 : Bukan marah bukan pula memarahi

1691 Kata

Bumi bergerak sangat lambat dan pelan, tak terasa sudah berganti hari lagi saja. Kepadatan kota Jakarta, lalu lalang kendaraan yang silih berganti. Sebuah kota milenial yang tak pernah tidur. Selain ibu kota yang penuh, hati Firza juga merasakan demikian. Sudah dua hari berlalu pasca dirinya dan Nara yang makan bersama di tempat mie ayam. Firza tidak bisa berhenti baper, kalimat yang mengatakan bahwa dia dan Nara adalah sepasang kekasih mengusik hatinya. Kalau hanya sekedar suka mengapa bawa perasaannya berkepanjangan? Huh ini tidak adil. Keduanya pun tampak semakin canggung. Seperti pagi ini, ketika Firza berniat mengajak Nara berangkat ke sekolah bersama. Lelaki SMA itu sudah stay di depan rumah gadis yang disukainya. Pagar terbuka, menampilkan Nara yang menggerai rambutnya. Sepert

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN