Menyetujui Pernikahan

1161 Kata
Rose hendak bersiap-siap setelah dirinya mengetahui bahwa keluarga Dawson akan datang untuk membicarakan mengenai pernikahannya bersama Erich Dawson, seorang pria yang terkenal angkuh dan kejam hingga tak satupun orang berani menatapnya. Rose meraih kembali sebuah gaun yang dibawakan pelayan setia Brenda untuknya. Ia menatap gaun itu untuk memperhatikannya. “Kau pikir aku mau mengenakan gaun ini, Brenda? Heh, kau salah … kau tak bisa mempermalukanku di depan keluarga Dawson!” Rose membuang gaun itu keluar jendela kamarnya begitu saja. “Gaun indah yang malang, tapi aku tidak akan mempertaruhkan harga diriku di depan keluarga Dawson dengan mengenakan gaun yang akan mempertontonkan tubuhku!” Rose menghampiri lemari pakaiannya dan meraih sebuah dress berwarna kuning cerah yang dibelikan Darla sebelumnya. Rose merias wajahnya dengan polesan makeup tipis yang cocok dengan dress yang akan dikenakannya. Tak lama berselang Rose sudah tampil cantik dengan rambut bergelombang yang terurai panjang sepunggung. Tok! Tok! Tok! Rose melirik pintu kamarnya dari pantulan cermin yang berada dihadapannya. “Nona Rosie, keluarga Dawson sudah datang dan sedang menunggu anda diruang tamu!” seru seorang pelayan dari luar pintu. “Heh, akhirnya pelayan dirumah tau majikan mereka!” gumam Rose dalam hatinya yang telah berhasil membuat para pelayan dirumah itu takut kepadanya. “Aku akan turun sebentar lagi!” sahut Rose tanpa mau membuka pintu kamarnya untuk pelayan tersebut. “Baik Nona.” ucap pelayan itu cepat-cepat pergi lantaran takut setelah mengetahui kejadian yang menimpa Fara yakni pelayan setia Brenda yang mengalami patah tulang setelah ditendang oleh Rose. Rose kembali menatap dirinya di depan cermin untuk memastikan bahwa tampilannya tidak terlau berlebihan. “Mari kita lihat bagaimana rupa dari pria angkuh dan kejam itu!” ucap Rose seraya melangkah keluar dari kamarnya. Dengan penuh percaya diri Rose menuruni anak tangga sembari menatap keruang tengah dimana Brenda sedang menjamu kedatangan keluarga Dawson yang akan membicarakan pernikahan. Dari sisi tangga itu Rose melirik seorang pria yang berparas tampan dan duduk di kursi roda kemudian disamping pria tersebut tampak seorang gadis remaja yang duduk dengan anggun sementara Brenda sedang tersenyum palsu bersama seorang wanita tua yang berpenampilan elegan. “Mereka keluarga Dawson.” gumam Rose dalam hatinya sembari terus menuruni anak tangga. Saat berbincang hangat diruang tamu itu tanpa sengaja Brenda melirik Rose yang baru saja menuruni anak tangga. “Ah, itu dia!” seru Brenda tersenyum ramah seraya bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Rose. “Sayang, sambutlah keluarga dari calon suamimu!” seru Brenda lagi sembari merangkul Rose seolah dirinya memiliki hubungan yang begitu harmonis kepada anak tirinya tersebut. “Dasar wanita ular berkepala dua!” Rose mengumpat dalam hatinya seolah dirinya ingin sekali menunjukkan semua kebohongan Brenda mengenai hubungan diantara mereka di depan keluarga Dawson. Rose tersenyum hangat di depan keluarga Dawson yang sedang menatapnya. Ia menyapa mereka dengan sopan bahkan senyuman hangat tak lepas dari bibirnya. “Kemarilah, Nak!” Wanita tua yang sering disapa Nyonya Lanny merasa senang ketika melihat Rose yang tampak cantik dan berperilaku begitu sopan kepadanya. Ia meraih tangan Rose disaat Rose duduk disampingnya. “Kau sangat cantik … dia pasti menyukaimu.” ucap Nyonya Lanny kepada Rose yang lantas melirik pria tampak yang duduk dikursi roda. “Apakah dia pria angkuh yang kejam itu?” tanya Rose dalam benaknya ketika melirik pria tampan yang duduk dikursi roda itu tersenyum tipis kepadanya. Nyonya Lanny memperhatikan lirikan mata Rose yang terus tertuju kepada pria tampan yang duduk dikursi roda itu. “Seandainya Erich melihatmu sekarang aku yakin dia pasti tidak ingin menunda pernikahan kalian lagi.” ucap Nyonya Lanny lagi membuat Rose tersentak. Mendengar perkataan Nyonya Lanny, Rose langsung mengerti bahwa pria tampan yang duduk dikursi roda itu bukanlah calon suaminya melainkan calon kakak iparnya dan gadis remaja yang ada disebelahnya adalah calon adik iparnya. “Maafkanlah calon suamimu yang gila kerja itu … dia tidak bisa datang karena harus pergi keluar negeri untuk urusan bisnisnya.” ucap Nyonya Lanny kepada Rose yang hanya bisa tersenyum kepadanya. “Tidak masalah Nyonya….” “Kenapa kau masih memanggilku Nyonya? Panggil aku Nenek!” seru Nyonya Lanny yang sudah tidak sabar lagi ingin menjadikan Rose sebagai menantu dikeluarganya. Brenda memperhatikan tampilan Rose yang begitu cantik dengan dress berwarna cerah bukan mengenakan gaun yang ia berikan sebelumnya. “Sialan!” umpatnya dalam hati. “Dia benar-benar berani menentangku sekarang … dia tidak mengenakan gaun yang kuberikan padahal aku ingin sekali mempermalukan dirinya di depan keluarga Dawson!” gumamnya dalam hati sembari terus memperhatikan dress yang dikenakan Rose saat itu. “Aku akan mengadakan pesta pernikahan yang sangat megah nanti! Apa kau setuju, Rosie?” tanya Nyonya Lanny kepada Rose. “Aku hanya menuruti apa yang Nenek inginkan,” ucap Rose kemudian melirik Brenda yang lantas tersenyum lebar lantaran merasa begitu senang. “Akhirnya dia mau menikah dengan pria kejam itu!” ucap Brenda dalam hatinya. Rose tersenyum dan mengalihkan lirikan matanya dari Brenda. “Heh, kau begitu senang saat aku menyetujui pernikahan ini tapi aku tidak akan membiarkanmu menikmati kekayaan keluarga Dawson seperti yang kau inginkan, Brenda!” ucap Rose dalam hatinya yang telah menyiapkan begitu banyak rencana untuk membalas dendamnya terhadap ibu tirinya itu. Keluarga Dawson akhirnya pamit setelah menentukan tanggal pernikahan. Brenda terlihat sangat senang karena Rose mau menikah dengan pria angkuh dan kejam seperti Erich. Kesenangan Brenda begitu terlihat diwajahnya namun cukup memuakkan bagi Rose yang tengah memperhatikannya dari sudut jendela ruang kamarnya. “Aku memang menyetujui pernikahan ini tapi Erich si pria angkuh yang kejam itu pasti akan tetap menolak dan hal itu pasti akan membuat kebahagiaanmu musnah, Brenda!” gumam Rose dalam hatinya sembari menyunggingkan senyuman tipis disudut bibirnya. Kabar mengenai persetujuan Rose atas pernikahan itu sampai juga ke telinga Erich yang sedang berada diluar negeri. Ia duduk disofa sembari menggenggam segelas wine ditangannya dan dihadapannya tampak berdiri seorang pria yang tak lain adalah asisten kepercayaannya. “Kau yakin wanita itu menyetujui pernikahan ini?” tanya Erich sembari melirik Alden dengan sorot matanya yang begitu tajam. “Benar Tuan.” sahut Alden singkat. “Bukankah wanita yang bernama Rosie itu sudah memiliki kekasih?” tanya Erich lagi yang ternyata mencari tau jati diri wanita yang akan dijodohkan dengannya. “Anda benar, Tuan … Nona Rosie sudah memiliki kekasih namun kabarnya mereka putus karena Nona Rosie lebih memilih untuk menjadi istri anda.” ucap Alden telah mendapatkan informasi yang salah dan semua itu adalah perbuatan Darla yang ingin membantu penyamaran Rose sebagai Rosie. Erich menyandarkan tubuhnya dan sedikit mendongakkan kepalanya keatas. Bibirnya menyeringai lebar namun raut wajahnya tampak dipenuhi oleh amarah. “Atur pertemuanku dengan wanita itu!” Erich memberikan perintahnya kepada Alden. “Baik Tuan,” sahut Alden kemudian melangkah pergi meninggalkan Erich sendirian di dalam ruangan itu. Erich meneguk wine yang ada di dalam gelasnya hingga habis kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong itu diatas meja, lalu meraih ponsel mahalnya membuka sebuah foto wanita yang tak lain adalah foto Rosie. “Tampaknya kau ingin bermain-main denganku, Rosie!” gumam Erich sembari menatap foto wanita yang akan dinikahinya beberapa setelah ia kembali dari luar negeri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN