Memanfaatkan Situasi

1244 Kata
Rose menutup matanya untuk mencoba mengingat kenangan masa kecilnya bersama Rosie, saudari kembarnya. Kala itu Rose sering menyanyikan lagu untuk Rosie sambil mengusap keningnya dengan lembut ketika Rosie sedang terbaring lemah di ranjang tidur mereka. Semua kenangan masa kecilnya bersama Rosie membuatnya semakin merindukan sosok saudari kembarnya tersebut. Ia ingin sekali mendekap tubuh Rosie yang sudah terpisah darinya selama 18 tahun. Semua kenangan yang sedang bermain di dalam pikirannya langsung buyar ketika Rose mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. “Rose, apa kau ada di dalam?” Suara Darla pun turut terdengar dan membuat Rose lantas melangkah cepat menghampiri pintu ruang kamar itu lalu membukanya. Senyuman Darla yang hangat langsung tertuju pada Rose yang berdiri di hadapannya. “Sepertinya kau sudah siap untuk kembali ke negara asalmu, Rose.” ucap Darla yang telah melihat perubahan tampilan Rose seperti Rosie. “Kau benar, Darla … aku bahkan sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk segera membalas mereka semua.” sahut Rose dengan rasa dendam yang tampak pada sorot matanya. Darla tersenyum tipis kemudian mengajak Rose untuk ikut duduk bersamanya pada sofa kecil yang ada di dalam ruang kamar itu. “Rose, aku belum mengatakan satu hal padamu … ayahmu sudah tiada.” Rasa sesal, marah, dendam dan sedih kini bercampur aduk di dalam hati Rose ketika dirinya mendengar kabar mengenai sosok lelaki yang paling dibencinya selama ini. “Haruskah aku bersedih mendengarnya sudah tiada? Aku mengalami semua mimpi buruk ini berawal dari dirinya yang hanya mementingkan keegoisannya!” gumam Rose dalam benaknya sembari mengingat sebuah hutan yang begitu gelap serta menakutkan yang menjadi awal dari mimpi buruknya itu. Darla meraih kedua tangan Rose yang terasa hangat sambil tersenyum. “Rose, aku mengerti mimpi buruk itu menyisakan luka yang cukup mendalam di dalam hatimu … kau boleh menyimpan dendam kepadanya namun ingatlah kau juga bagian dari hidupnya karena dia adalah ayah kandungmu lagipula dia sudah tidak ada di dunia ini.” ucap Darla yang tak sengaja membuat kedua mata Rose basah dengan air mata. “Rasanya aku kesal sekali karena aku tidak bisa membuatnya merasa bersalah setelah membuangku ke dalam hutan yang begitu gelap dan sangat menakutkan!” ucap Rose dengan emosi yang berusaha ditahannya. “Seandainya kau tau apa yang menyebabkan ayahmu meninggal, Rose … tapi hal ini tidak akan kusampaikan padamu karena aku ingin kau mengetahuinya sendiri nanti.” gumam Darla dalam hatinya sembari mengusap air mata Rose yang jatuh lantaran tak dapat lagi terbendung. Darla menyiapkan semua keperluan Rose yang akan kembali ke negara asalnya. Ia bahkan telah menyiapkan jet pribadi miliknya untuk membawa Rose terbang kesana. Tak hanya itu saja Darla juga memberikan beberapa orang kepercayaannya yang akan menjaga serta membantu Rose ketika Rose akan menjalankan tujuannya yakni balas dendam. Sehari sebelum keberangkatannya Rose berdiri di sudut jendela ruang kamarnya. Ia menatap halaman depan yang cukup luas. Ketika itu tanpa sengaja dirinya melihat Darla yang tengah melangkah dan masuk ke dalam mobil. Darla tampak mengenakan pakaian serba hitam. “Mau kemana dia? Apa dia ingin pergi melayat?” tanya Rose dalam benaknya. “Bukan kali pertama aku melihatnya berpakaian seperti itu dan bahkan di hari yang sama pula … hari sabtu.” gumam Rose sembari terus menatap mobil yang di tumpangi Darla dan telah keluar dari pintu gerbang utama mansion yang megah itu. Tak bisa di pungkiri bahwa Rose memiliki banyak pertanyaan mengenai jati diri Darla yang sebenarnya. Darla yang ia kenal ketika masih berada di balik jeruji besi memang tidak pernah bercerita begitu dalam tentang jati dirinya. Yang Rose ketahui mengenai Darla hanyalah bahwa Darla pernah membunuh seseorang sehingga mendapatkan hukuman penjara yang cukup lama. Setelah Darla pergi Rose turun kelantai bawah dan bertemu dengan kepala pelayan yang begitu setia kepada majikannya, Darla. Ingin menghilangkan rasa penasarannya Rose pun memberanikan diri untuk bertanya kepada kepala pelayan itu mengenai Darla. “Apa kau tau kemana Darla pergi?” “Nyonya Darla pergi mengunjungi kerabatnya, Nona.” sahut kepala pelayan yang bersikap hangat kepada Rose. “Dengan menggunakan pakaian serba hitam?” tanya Rose dalam benaknya lagi. “Oh, kupikir Darla akan pergi melayat.” ucap Rose membuat sikap canggung mulai terasa di antara dirinya dan juga kepala pelayan itu. “Seminggu sekali nyonya Darla pergi mengunjungi kerabatnya dan akan kembali petang nanti.” sambung kepala pelayan itu menjelaskan. Rose memperhatikan sikap kepala pelayan itu yang tampak menyembunyikan kebenarannya, namun ia mencoba untuk menyimpan rasa penasaran yang sudah lama ia rasakan. “Nona, apa anda ingin makan siang sekarang?” tanya kepala pelayan itu melayani Rose sebagai majikannya. “Nanti saja, aku belum lapar.” sahut Rose menolak tawaran kepala pelayan itu. “Baiklah nona,” ucap kepala pelayan itu lalu Rose kembali menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai atas. Rose mempersiapkan dirinya dengan matang. Ia duduk di dalam sebuah jet pribadi milik Darla yang mengantarnya kembali ke negara asalnya. Dari atas meja yang ada di hadapannya Rose meraih sebuah tas kecil yang Darla berikan untuknya. Ia membuka kancing tas kecil itu dan membongkar isinya yang ternyata adalah kelengkapan identitas palsu yang akan digunakan Rose ketika tiba di negara yang dituju. “Rosie, maafkan aku karena menggunakan identitas palsu ini dan berpura-pura menjadi dirimu. Aku terpaksa memanfaatkan keputusanmu yang memilih kabur bersama pria lain menjelang hari pernikahanmu dan semua ini kulakukan demi membalas semua perbuatan pengkhianat-pengkhianat itu yang telah memisahkan kita berdua, tapi aku janji akan muncul di hadapanmu secepatnya.” ucap Rose dalam hatinya sembari menatap berkas-berkas identitas yang akan ia pergunakan setelah tiba di negara asalnya. Setelah tiba di kota tempat kelahirannya Rose memilih untuk tinggal satu malam di sebuah hotel yang tak jauh dari rumah yang akan ia jadikan neraka untuk ibu tirinya yang masih tinggal disana. Rose bahkan menyempatkan dirinya untuk pergi mengunjungi makam ibunya yang sudah lama tidak ia datangi. Ia membawa seikat bunga lili yang ia ketahui bahwa bunga tersebut adalah bunga yang paling disukai oleh mendiang ibunya. Walaupun sejak lahir Rose tidak pernah mengenal sosok ibu kandungnya namun ia banyak mendengar dari cerita para pelayan yang bekerja dirumahnya ketika ia masih kecil. Matanya terus tertuju pada batu nisan yang bertuliskan nama mendiang ibunya. Pikirannya melayang-layang serta berandai-andai apabila ibunya tidak begitu cepat pergi meninggalkan dirinya juga Rosie usai melahirkan mereka berdua. Hari itu Rose tak hanya mengunjungi makam ibunya, ia juga terlihat berdiri di depan sebuah makam yang pada batu nisannya tertulis nama Edwin Firgaella, yakni seorang ayah yang tega meninggalkan dirinya di dalam hutan gelap 18 tahun silam. Rose tampak berdiri dengan tangan kosong. Matanya yang tertutup dengan kaca mata hitam hanya menatap seonggok batu nisan yang ada di hadapannya. “Kenapa kau harus mati sebelum aku kembali? Aku bahkan belum sempat membuatmu merasa bersalah karena telah sengaja meninggalkanku di dalam hutan yang gelap itu hanya demi istri keduamu yang berhati iblis!” ucap Rose dalam benaknya sembari terus menatap batu nisan pada makam Edwin serta mengepalkan tangannya dengan erat. Emosinya yang tak bisa ia tahan akhirnya berubah menjadi tetesan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Dadanya terasa sesak lantaran kesal tak bisa membalaskan dendamnya terhadap sosok pria yang seharusnya menjadi pelindung bagi dirinya. Sebelum pergi dari tempat pemakaman itu Rose melirik sebuah makam dengan batu nisan yang bertuliskan namanya sehingga senyuman tipis tersungging disudut bibirnya. “Heh, kematianku direkayasa sedemikian rupa agar perbuatan keji mereka tidak diketahui orang lain!” ucap Rose kemudian berbalik serta melangkah pergi. “Kalian tunggu pembalasan dariku … aku akan membuat kalian membayar semuanya!” ucap Rose lagi seraya terus melangkah pergi meninggalkan tempat pemakaman itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN