50. Marah dan Candu

1500 Kata

Malam itu cukup hening, Arumi memeluk lututnya yang ia tutup dengan selimut tebal berwarna coklat. Ia gelisah karena perkara siang tadi saat mereka di kafe. Apalagi sampai saat ini, Aksa tak satu pun mengirimi Arumi pesan. Ia memang tak peduli dengan Aksa, bahkan jika ditanya ia masa bodoh dengan bagaimana perasaan Aksa padanya. Tapi entah bagaimana ceritanya, perempuan itu begitu takut jika sang suami melihat dirinya bersama pria lain. Seakan tak mau terlihat selingkuh, padahal seharusnya jika mengacu pada perjanjian pernikahan mereka, hal seperti ini tak perlu menjadi masalah. Bahkan dalam pikirannya, kenapa pula Aksa tetap diam saat mereka berada di kafe? Apa kemarahan suaminya itu sudah mencapai level puncak? Biasanya, Aksa sendiri langsung mengirimi Arumi berbagai pesan yang beri

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN