20. Malam Pertama?

1182 Kata

“Saya terima nikah dan kawinnya, Arumi Dara Puspita binti Sudana, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Bagaimana saksi? Sah? Sah?” “Sah!” “Alhamdulillah.” Prosesi akad nikah dengan wali seorang hakim ini berlangsung cukup cepat. Baik Aksa maupun Arumi sepakat tak perlu adanya pesta untuk pernikahan mereka. Meski hal tersebut ditentang oleh Marissa, tapi apa boleh buat. Toh, cucunya bukan menikah dengan calon istri yang ia pilih. Jadi, mau tidak mau ia ikut setuju saja meski tak ada pesta di pernikahan sang cucu. “Arumi ....” Seorang wanita paruh baya memanggil Arumi yang telah berada di kamar pengantin. Wanita dengan penutup kepala merah tersebut menyeka air mata yang membuat wajahnya tampak membengkak. "Ibu?" timpal Arumi sambil menoleh. Perempuan itu tidak berdandan layak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN