5.4

2068 Kata

Amira terheran-heran saat pertama kali menjejakkan kaki di rumah milik nenek dan kakeknya Ammar. Rumah ini begitu kecil untuk ukuran seorang Hardian, begitu pikir Amira tapi yang membuat rumah ini jauh lebih mempesona dari rumah bak istananya Ammar adalah berbagai macam bunga di tamannya. Amira yakin ia bisa melihat segala jenis bunga di rumah ini. Taman Ayah saja kalah. Tentu saja kalah karena semua bunga itu ditaman sendiri oleh almarhum nyonya rumah, tidak seperti Ucup yang membayar orang untuk tamannya. Sebelum membuka pintu rumah dengan satu set kunci yang Ammar berikan padanya tadi, Amira menyempatkan diri untuk menaiki ayunan yang menyapanya saat melewati gerbang. Amira berdecih. Ia sedang asyik berayun ketika ponselnya bergetar dan ternyata itu pesan dari Ammar. [Jangan sibuk ma

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN