“T-terserah!” Lukas melengos. Ia menuju ke arah pintu dan dibuka sangat lebar. “Cepat keluar!” Cih! Rupanya dia tetep ngotot! Jangan harap Ziya patuh. Ia justru bersedekap tangan sambil melayangkan tatapan menantang. “Coba saja kalau kau bisa!” Lukas menatap datar. Katanya ‘coba saja kan?’ Baiklah! Langkahnya jejak mengikis jarak. Dalam hitungan detik, Lukas melilitkan selimut ke tubuh istrinya. Memberontak pun percuma! Tenaga Ziya tak dapat menyaingi pahlawan perang ini. “Turunkan aku! Kau mau membawa ku ke mana?!” tantang Ziya. “Diamlah atau kau akan membangunkan seisi mansion.” Bukan Ziya kalau tidak memberontak. Dengan mengandalkan pita suaranya yang nyaring. Ziya berteriak, “TOOOOLLLOOOONGGG! AKU DICULIK! AKU MAU DIPERK*SA! TOLOOONG!” “A-apa yang kau—“ “Di perk*sa? Siapa ya