Bab 6

1615 Kata
Lily pulang dengan perasaan cemas, dia berusaha untuk tidak memperlihatkan segala hal yang dia rasakan kepada Arsen tapi laki-laki itu kelewat peka hingga mengetahui apa yang kini sedang Lily cemaskan. "Memangnya ada apa sayang? kenapa Bang Evans memintamu segera pulang?" Arsen berusaha membujuk Lily agar bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Aku juga nggak tau Mas, aku cemas karena sepertinya ada hal besar yang terjadi, Bang Evans bahkan tidak cerita apapun selain memintaku segera pulang," ucap Lily yang kini meremas tangannya sendiri. "Aku Paham, sebentar lagi kita sampai rumahmu," ujar Arsen. Dari pada bertanya-tanya lebih baik dia bertanya langsung kepada Evans atas apa yang kini sedang di hadapi oleh keluarga mereka. Arsen tau tidak mungkin jika hal yang remeh bila Evans saja terlampau khawatir seperti ini. *** Evans menggenggam kertas itu dengan penuh amarah, dia tidak habis pikir atas apa yang dia lihat. Evans tidak pernah tau jika selama ini musuh yang dia anggap sudah hilang ternyata menyusun rencana yang terlampau jahat dan membuat hilang nyawa orang lain dengan keji. "Abang," Panggil Lily yang kini berlari menghampiri Evans. "Lily, Ada kabar buruk," Ucapan Evans membuat jantung Lily berdetak kencang. "Apa kau tau, siapa orang yang bersamamu ketika kamu di culik dulu?" pertanyaan Evans membuat Lily mematung. Tubuh Lily bergetar, ingatan masa lalu kini kembali membuat Lily ketakutan. Arsen yang di samping Lily pun langsung membantu kekasihnya untuk duduk di sofa sebrang Ayah Lily. "Abang, kenapa kau ingatkan Lily tentang trauma itu!" Vivian marah kepada anak sulungnya. "Kita bicarakan nanti," putus Owen kepada anak sulungnya. Arsen menggendong Lily sesuai dari perintah Vivian, sebagai seorang ibu dia tau apa yang dirasakan oleh anaknya. Lily belum bisa melupakan masa lalu buruknya, dia masih menyimpan semua beban yang terus dia genggam dalam hatinya. "Papa, panggilkan Dokter aku takut Lily kenapa-kenapa," pinta Vivian yang kini mengikuti Arsen. Memang Evans tidak tahu jika segala hal yang menyangkut masa lalu membuat Lily kembali merasakan sakit itu, mereka semua tidak ada yang tahu apa yang Lily rasakan, mereka hanya berusaha agar Lily melupakan semuanya tanpa mereka paham jika sakit itu tidak akan bisa terlupakan oleh siapapun. Bagaimana Lily bisa melupakan perjuangan seseorang yang sudah menyelamatkannya? bahkan dengan apapun itu dia tidak bisa membeli nyawa yang sudah melayang di depan mata Lily. Evans kembali membaca kertas yang sudah di remasnya, dia kesal dan penasaran siapa yang dengan berani memberikan ancaman seperti ini? Evans tidak perduli dengan apa yang akan terjadi, dia akan melawan semuanya termasuk orang yang pernah melukai adiknya dulu. "Aku rasa dia akan muncul kembali," ujar Evans. Evans akan membicarakan hal ini kepada papanya, dia tidak ingin masalah ini semakin mempengaruhi kondisi Lily, anak itu sudah lumayan membaik sejauh ini dan dia tidak ingin jika Lily semakin jauh terseret akan masalalu yang membuatnya trauma. *** Lily sudah tenang kini dia istirahat setelah mendapat obat penenang dari dokter yang memeriksanya. Owen dan istrinya pamit keluar kamar dan hanya ada Arsen yang kini duduk termenung memikirkan segalanya, dia menghubungkan masalah ini dengan telepon dan pesan ancaman semalam. Arsen bingung, haruskah dia mengatakan pada keluarga Lily? ataukah dia harus tetap diam dan mencoba ikut memecahkan masalah ini dengan caranya sendiri? Ada hal yang mungkin tidak bisa Arsen campuri dalam keluarga Lily, tapi sampai kapan dia sanggup tetap diam dan menunggu? Arsen tidak ingin melihat Lily terus tersiksa dalam trauma yang di alami di masa lalunya. Melihat kondisi Lily seperti ini saja sudah membuatnya sedih, apalagi melihat yang lebih dari ini? dia juga tidak akan tahan dan tidak akan sanggup terus berdiam diri tanpa melakukan apapun. Jika Arsen terus memikirkan segala hal yang mengganggunya kini Evans dan Owen sedang membicarakan masalah ini, ada hal yang harus mereka selidiki terkait dengan masalah Lily dan penculikan yang di alaminya hampir dua puluh tahun ini. "Surat ancaman ini, seolah-olah dia sudah tau seluk beluk keluarga ini," ujar Owen yang kembali membaca surat ini. "Dia menuduh Lily yang membunuh orang tuanya, apa mungkin ini anak dia?" tanya Evans. "Mana mungkin? mereka semua sudah meninggal, setelah suaminya meninggal anak dan istrinya juga menyusul setelah orang itu tau bahwa istri dari orang yang menolong Lily mengetahui rahasia itu," ucap Owen. "Ya Tuhan, bagaimana dengan Lily?" tanya Istri Owen. "Evans akan menyelidiki semuanya, Mama jangan khawatir dan tetap berlaku biasa saja agar Lily tidak khawatir." Evans berkata yakin kepada Mamanya. "Apa Arsen harus tau hal ini?" tanya Evans pada papahnya. "Lebih baik kau memberitahunya, setidaknya Arsen yang terus bersama Lily agar dia lebih waspada jika ada suatu hal yang membuat Lily terancam," ucap Owen pada anaknya. Evans mengangguk, mungkin dia akan berbicara empat mata pada Arsen, entah apa yang akan mereka rencanakan setelahnya, Evans harap segala hal itu yang terbaik untuk mereka semua. "Batasi orang yang keluar masuk rumah ini, berikan peringatan pada satpam dan yang lainnya," perintah Owen pada Evans. Owen umurnya sudah tidak muda lagi, dia bersyukur jika Evans bisa dia andalkan, dia tidak ingin jika ada orang yang bisa membuat Lily terluka terlebih orang dari masa lalunya yang sudah membuat Lily trauma. *** Seorang wanita tertawa begitu kejamnya, dia adalah Sekar anak dari seseorang yang sudah mengorbankan nyawanya demi Lily. Sekar datang dan mulai mengganggu hidup Lily dan keluarganya, dia tidak rela melihat Lily hidup dengan damai dan keluarga yang utuh. Hidup Sekar sebatang kara dengan penuh tekanan dari orang yang dia benci, dia tidak mau mengikuti segala hal yang laki-laki itu perintahkan tapi dia bisa apa? Sekar tidak bisa menolak semua rencana yang sudah di susun laki-laki itu sebegitu apiknya untuk membuat keluarga ini berantakan. "Tunggu saja waktunya, aku akan mengambil semuanya termasuk semua orang yang kau miliki." Sekar berjalan pergi meninggalkan tempat persembunyiannya. Sekar melajukan mobilnya, dia kembali ke tempat itu, tempat yang penuh dengan luka yang selalu dia rasakan. Sekar tidak akan pernah melupakannya, dia berjanji kepada dirinya sendiri akan menuntut balas kepada laki-laki dan semua orang yang sudah membuat hidup nya seperti ini. Rumah besar yang seolah tidak berpenghuni, di sinilah tempat Sekar untuk mengabdi, diperlakukan buruk dan di hajar adalah suatu hal yang tidak mengejutkan bagi dirinya, jika boleh memilih lebih baik dia ikut kedua orang tuanya meninggalkan dunia ini, tapi kini? semakin dia besar akalnya mulai berpikir semakin picik, mengikuti semua alur yang laki-laki itu siapkan dan ketika dia berhasil menguasai semuanya dia akan menusuk laki-laki itu dari belakang. Sudah cukup kebenciannya bahkan tidak ada apa-apanya di banding siksaan yang dia dapatkan. "Bodoh! kenapa kau bertindak ceroboh lagi? sudah kubilang untuk mengikuti alur, tapi kau berjalan sendiri seolah-olah kau tau apa yang aku inginkan!" laki-laki itu mengamuk dan menampar Sekar hingga dia tersungkur. Sekar hanya diam, jika dia berbicara maka laki-laki ini akan semakin kejam kepada dirinya, sudah cukup banyaknya bekas luka, termasuk bekas terbakar yang sampai saat ini masih terlihat. "Jika kau melakukannya lagi! aku akan membunuhmu, jika kau lupa siapa orang yang membesarkan mu maka ingatlah hal ini," ucap Laki-laki itu lalu menghunus ikat pinggangnya dan di arahkan ke Sekar. Sudah biasa dia merasakannya seolah-olah sudah mati rasa akan rasa sakit yang dia alami, Sekar tau dia hanya sebagai alat balas dendam dan sampai sekarang keluarga Lily tidak pernah tau Laki-laki inilah yang menjadi dalang dari segala hal yang terjadi di masa lalu. "Bawa ke dalam," ujar Laki-laki itu pada dua pelayan yang kini membantu Sekar bangun dari lantai. Kondisi Sekar sudah sangat lemas, butuh dua hari dia bisa pulih dari segala hal yang dia rasakan ini, dia ingin kabur tapi hal itu tidak akan mudah dia lakukan, mengingat bagaimana kejamnya laki-laki yang mengurungnya ini. Di sisi lain Sekar sangat iri dan dendam pada Lily, jika kedua orang tuanya masih ada dia tidak akan mengalami hal yang sangat berat seperti ini. Hanya tangisan tanpa suara yang menemani Sekar, dia tidak ingin laki-laki itu kembali menyiksanya setelah semua tubuhnya seolah-olah remuk tidak tersisa. *** Evans menghampiri Arsen yang kini duduk di balkon kamar Lily, dia mulai mengawali percakapan dan ya dia juga merasa jika ada hal yang Arsen sembunyikan dari dirinya. "Apakah kau tau masalah ini?" tanya Evans pada Arsen. Arsen mengangguk, tapi dia tidak ingin mengatakan apapun, dia tetap diam dan melihat jauh kedepan, kasihan Lily dia kembali terpukul karena masa lalunya. "Apakah kau tau sesuatu? mengenai masa lalu Lily?" tanya Evans sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. "Aku menyembunyikan hal ini dari Lily, kau jangan katakan apapun pada Lily atau Om," pinta Arsen dan di setujui oleh Evans. "Semalam, ada yang mengirimkan pesan aneh." Arsen membuka ponselnya lalu memperlihatkan hal itu pada Evans. Evans terlihat menahan amarahnya, dia tidak tau jika selama ini ada yang mengganggu adiknya terlebih Evans dan keluarganya sangat menjaga Lily dengan baik, melihat ekspresi Evans seperti ini Arsen semakin takut jika Evans kembali tau bagaimana perlakuan orang kantornya terhadap Lily. "Kau, apakah mencurigai seseorang?" tanya Evans. "Awalnya aku curiga pada satu orang, tapi setelah melihat kejadian ini aku pikir dia adalah orang yang berbeda," ujar Arsen. "Kau tidak mencoba mencari tau lewat nomornya?" tanya Evans. "Nomor ini, dia hanya nomor sekali pakai dan tidak diketahui siapa pemiliknya," jawab Arsen. Ingin rasanya Evans mengumpat, tapi dia tidak mau jika sampai adiknya tau atas apa yang mereka sembunyikan. "Bang, Lily tetap keras kepala dia tidak mau mengungkapkan siapa dirinya ke publik," curhat Arsen pada Evans. "Dia masih butuh waktu," ujar Evans, dia tidak tau apa akibat dari Lily yang terus menyembunyikan jati dirinya ini. "Lily, dia di bully dan aku tidak bisa melakukan apapun jika Lily terus melarang aku untuk mengambil tindakan," ucap Arsen. Evans marah, dia tidak pernah tau jika Lily mendapat perlakuan seperti itu, adiknya selalu bahagia tiap kali berangkat kantor dan dia tidak pernah menyangka jika selama ini banyak sekali hal yang Adiknya simpan seorang diri. "Kurang ajar, kita atur rencana dan segera selesaikan segalanya!" Ujar Evans lalu meninggalkan Arsen seorang diri. bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN