17

1027 Kata
' Aku yakin, dengan begini hidupku akan lengkap karena warna penuh keindahan yang terpancar dari kup - kupu yang hanya milikku sendiri ini' - Ares Pratama . . . Massachusetts General Hospital, Boston, USA             Ares masih mengerjakan beberapa pekerjaan kantornya. Pria itu masih setia menemani Mikaela yang masih tertidur di ranjang pasiennya. Sudah seminggu lebih, tetapi masih belum ada tanda-tanda wanita itu membuka matanya. Dokter yang menangani Mikaela menyatakan bahwa, hal itu wajar karena proses untuk merangsang saraf pusat yang berkaitan soal ingatan memang harus melewati proses yang agak panjang.             Ares memang sangat khawatir, bahkan sampai menanyai dokter berulang kali soal perkembangan keadaan Mikaela. Dokter selalu menjawab, bahwa wanita itu belum sadar karena sistem sarafnya belum bekerja normal. Dia sudah tahu, tapi dia masih sangat khawatir! Dia sudah tidak sabar untuk bicara dan menatap wanita pujaannya ini. “Baby, ayo cepat buka matamu! Aku sangat ingin melihat tatapan indahmu. Aku ingin bicara dan melakukan segalanya bersamaku,” bisik Ares saat dia menghampiri ranjang pasien tempat Mikaela terbaring.             Tatapannya langsung kecewa karena empunya masih belum memberikan jawaban juga. Ares sudah cukup sabar menunggui wanita itu sampai terbangun. Sayangnya, untuk melewati proses pencucian otak yang bisa membuat wanitanya melupakan segalanya memang sangat menguras kesabarannya. “Tuan Ares!” Helios datang menghadap Ares yang masih memandangi wanitanya. “Ada apa Helios?” tanya Ares tanpa berbalik dan masih berfokus kepada Mikaela. “Saya ada kabar dari beberapa ahli forensik yang kita bayar di Indonesia! Sampai saat ini, Marcel Arya Buana belum juga melakukan autopsy terhadap jenazah palsu itu!” lapor Helios membuat Ares mengernyit bingung. Dia memang belum berbalik untuk melihat Helios. Hanya saja, berita ini memang sangat mengganjal di pikirannya. “Apa dia sudah menyerah dengan kasus ini?” tanya Ares. “Setahu saya, kasus ini masih terus berjalan. Soal autopsy jasad, mereka tidak melakukannya karena tidak mendapat izin dari nona Mikaela. Sayangnya, ada beberapa DNA jasad palsu yang tertinggal di mobil itu, Tuan! Dan Marcel sudah mengetahui soal itu!” Helios melanjutkan laporannya.             Ares langsung terbelalak dan berbalik memandang Helios dengan murka. Pria itu langsung melangkah menghampiri Helios dan mencengkram kerah baju bawahannya yang sangat setia itu. Tentu saja, Ares kesal karena konspirasi yang dia susun dengan rapi meninggalkan sisa yang bisa menjadi bukti yang kuat. “Kenapa mereka bisa tahu?” tanya Ares sangat mengintimidasi pada Helios. “Sa-saya tidak tahu kenapa pekerjaan mereka bisa meninggalkan bekas seperti itu, Tuan. Saya hanya mendapat laporan, seandainya saya yang melakukan pekerjaan itu, hal ini takkan terjadi!” Helios tidak tahu menahu soal ini.             Memang benar, yang bekerja di sini bukan Helios yang tidak pernah meninggalkan bekas dalam setiap pekerjaannya. Ares sudah menyuruh orang lain yang melakukan itu. Ah, lebih tepatnya itu adalah pekerjaan anak buah dari Brawijaya Alexander! Teringat hal itu, Ares melepas cengkramannya dari Helios. Pria tampan itu langsung meraih Handphone-nya dan menghubungi Brawijaya. “Selamat malam, Tuan Ares? Bagaimana kabar anda?” tanya Brawijaya dengan santainya di sana. “Brawijaya, pekerjaanmu yang payah itu ketahuan oleh polisi. DNA jasad palsu itu sudah diidentifikasi! Kuharap, kau bisa menyelesaikannya tanpa sisa! Kalau tidak, kau akan menjadi tersangka satu-satunya!” Ares tak menjawab Brawijaya dan malah memerintahkan Brawijaya untuk menyelesaikan semuanta sendiri. “Ma-maafkan saya, Tuan! Saya akan segera mengatasi yang satu ini!” Brawijaya meminta maaf atas keteledorannya. Ares sama sekali tidak peduli soal permintaan maaf Brawijaya. Pria itu langsung mematikan Handphone-nya sambil memijit kepalanya yang mulai mendenyut memikirkan hal ini.             Ares paling membenci pekerjaan yang cacat. Pria itu tak pernah melakukan kesalahan dalam setiap konspirasi yang dia buat. Tidak pernah ada pihak yang berhasil mencium kebusukannya. Dan kali ini, dia harus mengalami sebuah kegagalan di mana akan ada penyelidikan ulang soal kasus ini. Semua orang akan tahu kalau ini adalah konspirasi, bukan kecelakaan. “Tuan, saya mohon jangan khawatir! Saya yakin, Tuan Brawijaya bisa menyelesaikan segalanya dengan benar!” Helios berusaha menenangkan Ares yang kemungkinan sebentar lagi akan mengamuk! Kalau Ares sudah marah, dia takkan bisa menjamin nyawanya akan melayang atau tidak. Bukan itu saja, semua orang bisa menilai Ares dengan buruk dan itu akan sangat berpengaruh dengan pamor Ares yang sangat tenang di luar sana. “Sialan! Sialan!!” Ares terus-menerus merutuki kecacatan dalam pekerjaan Brawijaya. ‘BRAK!!’                                                                                           Ares sangat emosi dan menggebrak meja di dekatnya. Pria itu mencampakkan laptop dan semua berkas yang ada di meja. Ares sudah mulai di luar kendali! Bahkan, Helios sama sekali tak berani menghadang Tuannya itu. ‘Tuan, ini rumah sakit!’ batin Helios berteriak tapi tak berani bicara. Ares masih emosi dan langsung memecahkan vas yang ada di situ. Tak lama, Ares melihat ujung tangan Mikaela bergerak. Emosi pria itu langsung mereda dan dengan segera dia menghampiri Mikaela. “Panggilkan dokter!” suruh Ares pada Helios.             Pria itu seakan melupakan emosinya dan menggenggam erat tangan wanita itu. Hatinya menghangat, tatkala Mikaela membalas genggaman tangannya. Ares yang tadinya sangat marah, kini tersenyum penuh kehangatan. Dia mengelus kepala Mikaela dan berharap wanita itu bisa bangun secepatnya. “Baby! Bangunlah! Aku ada di sini!” bisik Ares berharap Mikaela cepat mendapatkan kesadarannya.             Tak lama, mata indah itu mulai menunjukkan maniknya perlahan. Perasaan Ares sangat senang bukan main saat melihat wanita itu akhirnya sadar setelah dia tertidur selama berhari-hari. Masa-masanya sebagai sleeping beauty sudah berakhir karena pangerannya sudah datang dan menunggu kesadarannya. Ares selalu di sini bersamanya selama berhari-hari. Pria itu sudah menantikan hari demi hari yang menguji kesabarannya. ‘Terkadang, kesabarannya memang sangat diperlukan dalam beberapa situasi!’ batin Ares sangat bahagia. Dia akhirnya bisa bersabar dengan benar, walaupun sebelumnya dia sudah terbakar emosi karena kecacatan dalam pekerjaan Brawijaya. Tapi sekarang, bukan itu lagi yang dia pikirkan! Dia ingin berfokus pada Mikaela dan berharap tatapan mereka segera bertemu.             Ares masih memerhatikan manik yang masih kelam itu dan masih memberikan tatapan datar padanya. Dia mulai melihat ke arah Ares dan empunya sangat bahagia karena harapannya untuk dilihat pertama kali saat Mikaela sadar sudah menjadi kenyataan. Mikaela berulang kali berkedip dalam ketidakberdayaannya dan Ares terus tersenyum menunggu dokter datang untuk memeriksa wanita kesayangannya itu. “Kamu… Willy?” tanya Mikaela dengan suara pelan dan serak dibalik sungkup oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya. Mendengar nama itu, Ares yang tadinya menatapnya dengan penuh damba, kini berubah menjadi datar. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN