8

3020 Kata
'Di awal, memang masih belum berhasil. Bukan berarti aku menyerah. Bunga tempatnya menghinggap, akan kujadikan sebagai jebakan'- Ares Pratama . . . Gama Tower, Jakarta Selatan Ares baru saja keluar dari mobil mewahnya. Pria itu turun dan berjalan menuju salah satu gedung tertinggi di Jakarta atau bisa dibilang di seluruh negeri ini. Saat dia datang, semua orang langsung membungkukkan badan untuk menghormati dirinya. Sang pimpinan pemilik gedung itu langsung datang dan menyambut Ares secara pribadi. “Selamat datang Mr. Pratama! Saya tidak percaya CEO Simon Property Group mau datang kesini. Saya merasa sangat terhormat.” Pria itu menyambut Ares. “Saya senang dengan sambutan anda. Saya datang kesini untuk membahas soal proyek yang baru saja akan aku lakukan di daerah sini. Gedung ini adalah salah satu property kesukaanku di sini. Jadi, saya ingin membangun yang seperti ini tapi lebih besar lagi,” balas Ares diangguki oleh para pimpinan Perusahaan itu. “Kalau begitu, silakan istirahat dahulu, Mr. Pratama. Kami sudah menyiapkan segalanya untuk anda.” Ares mengangguk lalu pergi menuju tempat yang disediakan untuk istirahat baginya. Ya, tentu saja dia disuguhi dengan Presidential Suite. Semua pengusaha besar di negeri ini sangat menghormatinya. Ah, bukan saja disini, tapi juga di banyak Negara maju di dunia. Ares langsung duduk di sofa kebesarannya untuk istirahat setelah perjalanannya selama satu jam lebih. Tidak terlalu lama dan bukan dia juga mengemudi, dia memang selalu bersikap bossy. Ya, orang kaya mah bebas. Sambil duduk, pria itu menyeringai tipis. Dia membayangkan jika Marcel akan mendatanginya kesini untuk memperjuangkan saham Perusahaan Djuanda yang segera anjlok. Dia memikirkan hadiah apa yang akan dia berikan kepada Marcel. Apa dia harus bersikap baik atau melenyapkan Marcel supaya dia bisa langsung mendapatkan istrinya secara instan. “Ah, bukan seperti itu! Kalau begitu, Mikaela akan membenciku dan itu sama sekali tidak keren. Tapi, aku akan membuat Marcel jadi bonekaku saja. Buat dia jadi bawahan dan tidak bisa melawan. Setelah ini, akan kubungkam dia dan kuhabisi Adinata Djuanda. Hahh! Memikirkannya saja sudah membuatku sangat bahagia!” Ares terlihat bahagia memikirkan rencana balas dendamnya. Langsung saja, dia membuka laptopnya lalu mengatur strategi bisnisnya yang bisa membuat Marcel tak berkutik lagi setelah ini. Dia juga menghubungi beberapa kenalannya dalam berbagai bidang untuk mendukungnya dalam melakukan rencana busuknya itu. Ya, Pria ini memang sanga jenius, cerdik dan bertindak cepat. Dia langsung menyerang tanpa ragu, tapi bukan tanpa persiapan. Dia sudah memikirkan beberapa langkah ke depan untuk maju dan memastikan bahwa musuhnya akan jatuh tepat seperti yang dia rencanakan. “Kau sudah bekerja keras, hm? Apa semua ini untukku?” delusi Ares kumat lagi. Dia memikirkan soal Mikaela sekilas dan langsung saja wanita dalam bayangannya itu muncul dalam fantasinya. Entah bagaimana, Ares berhasil menciptakan dunia dalam pikirannya menjadi kenyataan, walau sesaat. “Tentu saja ini untukmu, Baby! Untuk membuat dirimu hanya akan terpaut pada diriku. Untuk membuat dirimu hanya memikirkan aku seorang. Hanya aku!” balas Ares lalu meraih tangan wanita dalam bayangannya itu. Dia kemudian mengecupnya dengan penuh rasa cinta dan dia bisa melihat senyuman indah di wajah Mikaela. Bayangannya benar-benar luar biasa! Bagaikan khayalan seorang yang baru saja mengonsumsi ekstasi. Mungkin, membayangkan seorang Mikaela adalah ekstasi bagi Ares Pratama. Lalu, wanita dalam bayangannya itu naik ke pangkuannya dan memeluk lehernya. Ares dengan senang hati memeluknya sambil terus menatap mata wanita itu. “Aku hanya menginginkanmu, Ares! Hanya dirimu! Aku akan selalu bergantung padamu, sayangku!” Mendengar bisikan itu, Ares tersenyum penuh kemenangan. Pria tampan itu menutup matanya, lalu saat membukanya, wanita itu sudah tidak ada lagi dihadapannya. “Kenapa Mikaela? Kenapa kau merasuki pikiranku setiap jam, menit dan detik? Bagaimana bisa aku hidup tanpa memiliki dirimu? Aku harus memilikimu!” Ares begumam penuh tekad. Dia tak peduli meskipun Mikaela sudah jelas adalah istri orang lain dan juga sudah memiliki seorang anak. Yang dia pedulikan hanyalah nafsunya saja. Memang bukan keinginan hubungan s*x semata, tapi keinginan untuk memiliki. Baginya ini adalah cinta, tapi kenyataannya, ini disebut obsesi. Obsesi yang membuatnya serakah dan melewati batas norma yang seharusnya. Obsesi yang akan menghancurkan wanita yang dia cintai itu. Obsesi memiliki seorang Mikaela, hanya Mikaela seorang. Entahlah, kita tak tahu apa yang ada dipikiran pria tampan satu ini. Mungkin salah satu sarafnya sudah putus atau mungkin tak berfungsi lagi. Padahal, dia bisa mendapatkan wanita lain yang jauh lebih baik daripada istri orang. Tapi dunianya begitu sempit dan malah tertuju pada satu orang. Ares akan menghantam bahtera rumah tangga Marcel dan Mikaela dengan ombak se-dahsyat tsunami. Ya, saatnya Ares beristirahat dahulu karena untuk hari ini dia sudah cukup puas dengan strategi tempurnya. Hari esok akan segera tiba dan Ares sangat menunggu saat seperti itu. ~ARES~ Apartemen Marcel “Sayang~~! Habis itu jalan-jalan, yuk! Puncak deket, loh!” Mikaela mengajak Marcel supaya memperlama waktu mereka berdua. Suaminya hanya menghela napas mendengar jawaban istrinya itu. “Kenapa? Gak mau, ya?” tanya Mikaela melihat Marcel yang seperti agak berat menerima ajakannya. “Aku mau, malah sangat mau! Tapi waktunya belum pas! Setelah proyek ini selesai, kita akan jalan-jalan sampai puas! Kamu tolong mengerti, ya.” Marcel mencoba memberi pengertian pada istrinya. Mikaela mengangguk senang dan bersandar di bahu Marcel. Pagi ini, mereka hanya berdua di apartemen tanpa Selena. Entah kenapa, mereka terlebih lagi, Mikaela sangat ingin menikmati lebih banyak waktu berdua dengan suaminya saat ini. Memang, ada saat-saat di mana butuh waktu untuk berkomunikasi dari hati ke hati. Selesai sarapan, langsung saja mereka turun ke basement untuk mengambil mobil. Mereka pergi hanya berdua ke sini, memang bukan tujuan yang jauh dan masih di satu kota. Yang membuat ini spesial adalah karena ini pertama kali Marcel ditemani sang istri untuk urusan bisnis. Terlebih lagi, Mikaela yang dengan senang hati menemani suaminya dalam urusan apapun. Mereka akan punya banyak waktu bersama setelah urusan bisnis selesai, setidaknya begitulah pemikiran Mikaela. *** Perusahaan Brawijaya “Hahahahaha! Ternyata, mudah sekali bagi Ares menjatuhkan Adinata seperti membalikkan telapak tangan. Dia memang alat yang tepat untuk kugunakan membalas semua yang sudah dilakukan Adinata padaku dan keluargaku. Putrinya yang sialan itu juga harus dapat hukuman karena sudah menghabisi putra tunggalku.” Brawijaya berujar senang saat melihat laporan bisnis saham dibidang property milik saingannya, Adinata sudah anjlok. Dia kini menyandarkan badannya di kursi keberasannya untuk bersantai ria atas keberhasilan orang lain. Tiba-tiba, suara ketukan pintu mengalihkan atensinya. “Masuklah!” titahnya. “Papa, ada yang ingin Siska bicarakan.” Ternyata itu adalah menantunya, Siska Arumi. Meskipun putranya sudah meninggal, Brawijaya masih mengizinkan Siska tinggal di mansion megahnya bukan sebagai menantu, tapi juga putri. Anak itu sudah tidak memiliki siapa pun dan apa pun lagi. Sebenarnya, Brawijaya memang sudah berpikir untuk memperalat menantunya itu suatu hari. “Duduklah dulu! Apa yang ingin kamu bicarakan?” Dia mengangguk setuju dan langsung saja Siska duduk dihadapannya. “Pa, apa masih bisa saya dianggap putri anda jika saya menikah dengan orang lain? Bisakah anda menjadi wali saya nanti? Anda sudah seperti papa saya sendiri, dulu saya pikir saya akan dibuang setelah kematian Raymond, tapi anda sangat berbaik hati kepada saya.” Siska mengutarakan hal yang ingin dia sampaikan. “Kamu ingin menikah dengan siapa?” “Ares mengajakku berhubungan serius. Aku sangat menyukainya, Pa! Tapi tenang saja, Raymond tetap akan selalu ada dihatiku,” jawab Siska membuat Brawijaya membelalak tak percaya. Tapi tak lama, seringaian terukir diwajah keriputnya itu. ‘Akhirnya, anak yatim piatu ini bisa berguna juga! Setelah Ares jatuh dalam pelukanmu, akan kubuat dia melakukan apapun demi mendapatkanmu. Dengan begitu, aku bisa memiliki sebagian saham Simon Property Group. Aku akan sangat kaya’. Brawijaya membatin serakah. Dia sebenarnya sama sekali tidak memedulikan Siska, yang dia pedulikan hanya dirinya sendiri. “Tidak masalah, Putriku! Kamu juga berhak untuk bahagia! Tapi pastikan, dia benar-benar mencintaimu!” Mendengar itu, Siska langsung tersenyum sumringah. Dia berdiri lalu memeluk mertuanya dengan perasaan terharu, “Makasih, Pa! Saya tahu anda pasti mendukung saya!” katanya diluar. Dalam hati Siska, dia sama sekali tidak menyukai mertuanya ini. ‘Cih! Setelah menikah dengan Ares, kau akan kuhancurkan! Kau bodoh, Tuan Brawijaya Alexander! Aku tahu kau tidak benar-benar menyayangiku! Dari dulu kau selalu menghalangi hubunganku dengan Raymond. Setelah ini, akan kubuat kau bungkam di bawah kakiku!’ Seusai berpelukan, mereka tersenyum satu sama lain untuk menyembunyikan kebusukan masing-masing. Terlihat akrab diluar, namun menyerang dari belakang. Bisa di bilang, itu adalah sikap pecundang yang licik. Tapi, dalam mencapai sebuah tujuan, orang-orang akan melakukan segala cara, bukan? Itulah yang sedang dilakukan baik oleh Siska maupun Brawijaya. Mereka terlihat dalam satu kubu, tapi akan saling menyerang dari belakang. Entah siapa yang duluan atau entah siapa yang akan menang diantara mereka. ~ARES~ Jakarta Selatan Tanpa terasa, perjalanan mereka harus diakhiri. Mereka sudah sampai di Jakarta Selatan. Beberapa saat beristirahat, Mikaela tiba-tiba teringat akan sesuatu. “Marcel! Aku terpikir sebuah hal!” ujarnya. “Apalagi? Kamu jangan berburuk sangka padaku lagi. Kasihani aku sayang, aku sangat tertekan memikirkan semuanya. Apalagi soal semalam. Tolong jangan bahas itu dulu ya,” sahut Marcel karena berpikir kalau Mikaela masih mengungkit soal semalam. “Apaan sih? Bukan soal itu! Kamu bilang kesini karena ada urusan bisnis dengan Ares, bukan? Begini, sebenarnya Willy memberikanku 25 juta dollar dan semua aset atas namanya dalam wasiatnya sebelum meninggal untukku. Kita tidak seharusnya memakai uang itu, lebih baik kita kembalikan pada Ares saja. Secara, mereka adalah saudara.” Mendengar penjelasan Mikaela, Marcel langsung membelalakkan matanya yang sudah sempat tertutup untuk istirahat tadi. “Uang sebanyak itu dia berikan untukmu? Kenapa kamu baru beri tahu sekarang?” tanya Marcel sedikit protes karena Mikaela baru memberi tahunya setelah beberapa bulan kematian Willy. “Maaf! Aku sempat lupa karena kesibukan kita, bahkan baru terpikir sekarang. Bagaimana menurutmu, hm? Kita kembalikan saja pada Ares atau kita pakai?” Mikaela meminta maaf sambil meminta pendapat Marcel lagi. Mendengar itu, Marcel mengusap dagunya sambil berpikir,’Apa yang akan dipikirkan Ares saat Mikaela ingin mengembalikan uang itu? Orang seperti dia pasti merasa harga dirinya tercabik-cabik jika diberikan uang yang sudah diwariskan adiknya pada orang lain.Tapi nilainya cukup besar, Ares juga butuh uang itu untuk investasi bisnisnya.’ “Coba kamu tanyakan saja nanti padanya. Terkadang, orang seperti dia bisa merasa tersninggung jika diberikan uang oleh orang lain. Tapi kalau itu milik adiknya, aku juga tidak tahu.” Marcel memberikan pendapat dan diangguki mengerti oleh istrinya. Mereka pun memilih istirahat sejenak sebelum menemui Ares beberapa jam kedepan. Mereka sudah membuat janji untuk bertemu setelah makan siang. Mengurus bisnis besar memanglah sangat merepotkan. Tapi, itulah kehidupan mereka. Banyak orang berpikir menjadi pemimpin itu hanya tinggal goyang kaki sambil tanda tangan untuk mendapatkan uang. Tapi kenyataannya, mereka harus menguras habis pikiran mereka demi mempertahankan posisi mereka di atas. Mereka mengorbankan waktu dan keluarga mereka demi bisnis. Dalam lubuk hati mereka yang terdalam, sebenarnya mereka ingin kehidupan sederhana yang memiliki waktu ideal bagi keluarga. Tapi sayangnya, mereka terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan elite global. Mereka memang ditempah untuk hidup seperti ini dan harus menjalani semuanya. Hidup memang adil, bukan? Orang kaya akan sibuk mengurus kekayaannya sampai terkadang mengabaikan dirinya sendiri bahkan keluarganya. Sedangkan orang miskin mungkin tidak memiliki harta, tapi mereka punya keluarga. Ada pula orang yang hidup sederhana, walau pas-pasan yang penting mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar tanpa mengabaikan apapun. *** Eastern Opulence Restaurant Marcel sudah memesan reservasi VVIP untuk melakukan pertemuan dengan Ares. Dan tentu saja, seorang Ares Pratama memang akan selalu menepati janjinya dan datang tepat waktu. Pria itu datang dengan menggunakan coat coklat yang yang panjangnya sampai dibawah lutut dan melapisi jasnya. Entah kenapa, pria itu memakai pakaian yang sedemikian tebal di Jakarta yang panas ini. Mungkin, karena sudah menjadi kebiasaan saat berada di Amerika. Di sisi lain, Ares agak terkejut karena melihat kehadiran Mikaela di sini. Di satu sisi, dia senang karena bisa melihat Sang Dewi, tapi dia akan kesulitan melakukan rencananya untuk membungkam Marcel jika ada Mikaela disini. Dia harus terlihat terhormat dihadapan wanita itu. Dia tak mau Mikaela memandang negative dirinya. ‘Sial! Aku harus merubah sedikit dari rencanaku?’ batinnya. “Anda pasti sudah tahu alasannya saya sampai saya menyusul anda kemari. Kenapa anda sangat ingin bekerja dengan Perusahaan Djuanda sampai membuatnya nyaris terpuruk karena menarik tawarannya dari anda?” tanya Marcel tanpa basa-basi. Mendengar itu, Mikaela agak terkejut mengetahui bahwa Perusahaan ayahnya sengaja dibuat terpuruk oleh Ares. ‘Apa yang sebenarnya terjadi?’ batinnya. Dia memang tak tahu apa-apa soal bisnis keluarganya itu. Dia pikir semuanya akan beres ditangani orang seperti ayahnya, Heinry dan Marcel. “Saya melakukan itu karena saya merasa Tuan Djuanda mempermainkan saya. Saya sudah senang dengan senang hati menerima ajakannya, namun ditengah jalan beliau membatalkannya,” jawab Ares menyalahkan Adinata atas kehancurannya sendiri. “Tapi, bukan begitu caranya! Itu sama saja anda menjadikan bisnis keluarga saya sebagai pelampiasan kekesalan! Apa salahnya menarik penawaran kerja sama! Kenapa harus tersinggung?” kesal Mikaela saat mendengar jawaban Ares. Dia merasa Ares sengaja melukai harga diri ayahnya. ‘Aku tidak bisa terus begini. Mikaela sudah marah kepadaku! Sial! Kenapa aku tidak berdaya dihadapannya?’ pikir Ares saat mendengar kekesalan Mikaela. “Maafkan saya!” Ares meminta maaf. Mendengar itu, Marcel langsung membelalakkan matanya terkejut. Dia tentu saja heran karena mendengar seorang Ares Pratama meminta maaf dengan mudahnya. Marcel mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Ares saat ini. “Saya akan mengembalikan kepercayaan para investor kepada Tuan Djuanda. Saya hanya tidak mau diremehkan,” kata Ares lagi. “Semudah itu?” tanya Marcel tak percaya. ‘Sebenarnya, aku tidak mau melakukan ini! Tapi karena Mikaela, aku terpaksa bersikap lunak. Ini bukan berarti aku membebaskan Adinata! Hebat kau, Marcel! Kau menggunakan istrimu sebagai senjata pamungkas yang sialnya berpengaruh padaku,’ kesal Ares dalam hati sambil berusaha menjaga sikapnya. Dia harus membuat Mikaela percaya padanya dan tidak tahu niat bulusnya untuk saat ini. Setidaknya, sebelum dia memenangkan wanita itu. “Ares! Tidak ada yang meremehkanmu! Mungkin saja, Papa ada alasan khusus untuk menarik penawarannya. Dia tahu kalau bekerja sama anda pastilah sangat menguntungkan, tapi Papa mungkin tidak mau Marcel terlalu bekerja keras dan sibuk dalam menangani semua urusan bisnis,” jelas Mikaela lagi setelah mendengar permintaan maaf Ares. Dia berusaha melunakkan perasaan Ares terhadap ayahnya karena tak ingin Ares melakukan sesuatu yang mengancam bisnis keluarganya. ‘Kau tidak tahu siapa yang ada di hadapanmu, Mikaela. Berbicara seperti itu, tidak akan mengubah tujuan utamanya. Mungkin, dia sengaja berbicara seperti ini untuk menutupi kebusukannya dari kita,’ batin Marcel. Mendengar perkataan Mikaela, Ares tersenyum simpul sambil mengangguk. Dia memandang Mikaela sekilas dan berkata, ”Anda benar Nyonya Buana! Dan Tuan Marcel, mari kita mulai dari awal lagi hubungan pekerjaan kerja sama kita. Saham Perusahaan Djuanda akan kembali normal lagi.” ‘Aku sama sekali tak bermaksud menutupi kebusukanku darimu, Marcel! Aku ingin memperalatmu untuk menghancurkan Adinata, tapi sialnya Mikaela ada disini!’ “Ah, terima kasih tuan Pratama! Saya tahu kalau anda tidak seperti yang saya pikirkan.” Marcel berterima kasih. Akhirnya, urusan bisnis yang membuat urat leher Marcel tegang sejak dari semalam kelar dengan mudahnya. “Sama-sama, tuan Buana!” Ares terus terlihat senang meskipun, dia sangat kesal karena rencananya tidak terlaksana dengan baik. Tapi, jangan kira dia gagal. Dia masih punya rencana lain yang sudah dia persiapkan. ‘Jika aku tidak bisa menghancurkan bisnis Adinata, maka langsung saja dirinya yang kuhancurkan.’ Setelah itu, mereka makan siang bersama. keadaan sudah agak membaik, walaupun di dalam hati Marcel masih tersemat kecurigaan dan dalam hati Ares sudah terencana hal lain lagi. Mikaela yang sudah selesai dengan makanannya angkat bicara. ” Ares! Ada hal penting yang mau kusampaikan!”. “Apa itu, Nyonya Buana?” tanya Ares dengan nada dan panggilan se-formal mungkin. “Ah, jangan panggil saya dengan gaya se-formal itu! Panggil Mikaela saja, ya!” Mikaela mengakrabkan diri sambil menatap Ares dengan senyumannya. Tentu saja, jantung Ares berdebar tak karuan saat mendengar dan melihat Mikaela saat ini. Dia hanya mengangguk dan tersenyum tipis sebagai tanggapan. Dia menutupi ekspresinya yang sesungguhnya di depan Mikaela. “Ares, ini soal peninggalan milik Willy. Dia memberikan wasiat terlalu banyak untukku. Aku berpikir untuk mengembalikannya padamu selaku keluarganya.” Mikaela menyampaikan maksudnya. “Simon memberikan seluruh hartanya untukmu?” tanya Ares tak percaya. ‘Pantas saja, aku melihat semua miliknya sudah tak ada lagi setelah kematiannya. Ternyata, sudah diwariskan untuk Mikaela. Tapi syukurlah, jika itu untuk Mikaela, aku sama sekali tidak keberatan,’ batin Ares setelah mendengar hal itu dari Mikaela. “Iya! Mungkin anda terkejut, tapi saya akan mengembalikan jikalau anda tidak berkenan,” jawab Mikaela. “Kenapa anda berpikir kalau saya tak berkenan? Jika dia sudah memberikan miliknya untukmu, kenapa harus dikembalikan padaku? Itu milikmu sekarang.” Ares tidak keberatan soal warisan milik Willy. Dia memang terkejut, bukan berarti dia ingin mengambilnya. Lagian, uang segitu tak ada artinya untuk seorang Ares Pratama. Baginya, uang milik Willy hanyalah sedikit uang jajan yang diberinya untuk sang adik. “Jumlahnya sampai 25 juta dollar! Apa anda tak keberatan?” tanya Marcel memastikan dengan menyebutkan jumlahnya. “Oh, hanya segitu? Bukan masalah! Anggaplah itu kenang-kenangan dari adikku supaya kamu mengingatnya. Tolong jangan keberatan untuk menyimpannya ya,” pinta Ares sambil memohon. “Benarkah? Terima kasih kalau begitu.” Mikaela berterima kasih. Ya, kalau diberi rezeki, Mikaela tidak plin-plan dan terima saja. “Kenapa harus berterima kasih? Itu bukan milikku tapi milik adikku. Itu haknya mau memberikan untuk siapa.” Mendengar itu, Mikaela tersenyum sambil menilai seorang Ares dalam hatinya. Menurutnya, Ares tidak berbahaya bahkan nyaris seperti Willy, hanya saja agak lebih dingin. Tiba-tiba, sebuah panggilan mengalihkan perhatian mereka. Itu dari ponsel Marcel. “Kak, ada beberapa hal yang harus diurus dalam pembelian property. Kebetulan, kakak sedang di Jakarta Selatan, tempat proyek akan dilaksanakan. Tolong urus ya, kak!” Itu dari Michael! Marcel langsung mengiyakannya sambil langsung beranjak dari duduknya untuk melakukan urusan bisnisnya. “Kaela, ayo kita pergi! Ada beberapa urusan mendadak dan kebetulan aku sedang disini.” Ajak Marcel. Tetapi Mikaela membalas,”Marcel, masih ada beberapa hal lainnya yang ingin kubicarakan dengan Ares. Boleh aku bicara dengannya? Walau artinya aku tidak bisa ikut denganmu.” Mendengar itu, Marcel tentu saja terkejut. Dia mulai takut kalau seandainya Mikaela hanya berdua dengan Ares, perasaan wanita itu akan berubah. Apalagi Ares adalah kembaran Willy! Ini mulai menjadi pilihan yang sulit untuk seorang Marcel, karena dia takut membuat istrinya kecewa dan merasa dia protektif.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN