“Cintai aku hari ini dan jangan tinggalkan aku esok hari.” Zeroun Ia memunggungiku, menghadap dinding, dan terisak sendiri seolah tak ada orang lain lagi di atas tempat tidur ini yang bisa menenangkan laranya. Aku tidak tersinggung karena, mungkin, ia sangat membenciku. Jauh di lubuk hatiku, aku tahu aku tidak diinginkannya. Perasaan ini sangat menyiksaku, bahkan saat tangan ini berusaha untuk membelai dan memeluknya, hatiku menahannya karena cemas akan penolakan yang berulang. Akhirnya, aku hanya bisa menatap punggungnya selama berjam-jam. Aku mencium aroma citrus yang bercampur dengan jeruk. Jemariku merasakan helaian-helaian halus dan lembut. Entah kenapa, dadaku terasa sedikit sesak dan sesaat kemudian beberapa entakan kecil menggelitik perutku dan membuatku ingin tersenyum. Aku