KCK 9

719 Kata
Jadwal kegiatan harian santri di Pondok Pesantren Al-Hasan  Akmad yaitu bangun pagi di waktu subuh. Setelah sholat berjamaah, para santri diwajibkan bertadarus membaca Al-Qur'an satu halaman.   Usai tadarus, setiap santri per kelasnya mulai belajar dengan jadwal kegiatan yang berbeda-beda. Santri Ibtidaiah kelas I sampai III di dalamnya termasuk Hasanah, mereka akan belajar Al-Qur'an bersama Ustad Tohir. Tujuan belajar di usia sekarang, agar ketika mulai melangkah ke jenjang yang lebih tinggi, para santri sudah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik.   Di majelis, santri Ibtidaiah kelas IV sampai VI akan belajar bersama almuni atau beberapa santri dewasa yang sudah diangkat sebagai pengajar. Mereka akan belajar dan mengkaji terjemahan kitab Safinah, yaitu kitab karangan Salim bin Sumair Al-Hadhrami seorang ulama asal Yaman yang wafat di Jakarta pada abad ke-13 Hijriyah. Kitab tersebut mempelajari tentang dasar-dasar ilmu fiqih menurut madzhab syafi'i. Kitab ini dirujukan untuk pelajar atau santri pemula, karena hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil.   Sedangkan, santri dewasa belajar di masjid bersama Abah Jaenudin atau Abah Jaelani bergantian untuk mengkaji kitab Fathul Mu'in, yaitu kitab yang dikarang oleh Syeikh Zanuddin Abdul Aziz Al-Malibary. Adapun isi dalam kitab Fathul Mu'in ini berupa ilmu yang membahas berbagai permasalahan fiqih dalam madzhab Syafi'iyyah. Di antara isi bab dalam kitab tersebut yaitu membahas tentang fiqih shalat, zakat, i'tikaf, puasa, haji dan umrah, adhiyah dan aqiqah, nadzar, jual beli dan fiqih-fiqih lainnya.   "Dulu, waktu Abah masih menuntut ilmu, ya seusia kalian. Di Pondok Pesantren Syarifatul Huda Cianjur, pondok yang cukup terkenal, salah satu guru di sana pernah bilang. 'Seorang santri belum bisa jadi kiai kalau dalam fiqihnya belum ngaji kitab Fathul Mu'in.' Jadi, sangat wajib bagi kita untuk mengkaji kitab Fathul Mu'in ini, ya," tutur Abah Jaelani.   "Baik, kita kembali lagi ke materi." Abah Jaelani pun kembali menyampaikan pembelajaran kepada para santri.   Semua kegiatan tersebut di lakukan selepas sholat subuh berjamaah hingga matahari mulai memancarkan sinarnya dari ufuk timur.   Selesai kajian ba'da subuh, para santri dipersilakan untuk istirahat sejenak sebelum melakukan piket harian dan bertemu dengan makan pagi atau sarapan.   Santri yang belajar di MI, MTS  ataupun MA, jadwal mereka setelah sarapan yaitu sekolah. Sedangkan para santri yang tidak sekolah, baik alumni ataupun bukan alumni yang sudah lulus MA, mereka akan mengkaji kitab Ta’limul-Muta’alim karangan Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji, mulai jam sepuluh selepas sholat duha sampai menjelang waktu duhur.   Sepandai apa pun manusia serta sebanyak apa pun ilmu yang dikuasai, semua tidak akan bisa menghasilkan sarinya ilmu tanpa adanya akhlak. Hal dasar bagi para pencari ilmu agar ilmunya bermanfaat dan barokah adalah harus mengutamakan akhlak. Kitab dasar yang menerangkan mengenai akhlak di dunia pesantren sendiri adalah kitab Ta’limul-Muta’alim.   Khanza dan siswa MI lainnya pulang pukul 10.00 WIB dan akan kembali belajar saat sekolah Diniah selepas duhur nanti. Gadis yang masih duduk di bangku sekolah kelas V Madrasah Ibtidaiah itu melangkahkan kakinya menuju rumah.   Seperti biasanya, untuk sampai di tempat kediamannya, Khanza harus melintasi masjid terlebih dahulu. Berbeda dengan para santri putri lainnya yang asramanya terpisah jauh dari pemukiman santri putra dan masjid.   Khanza dan Faridah berjalan beriringan seperti biasanya. Dua gadis anak pengasuh pesantren itu sedang membicarakan pelajaran di kelas dan obrolan anak-anak pada umumnya.   "Ceu, denger-denger minggu kemarin teh, Ceu Salamah juara lomba cerdas cermat?" tanya Faridah.   "Iya begitu," sahut Khanza.   "Ceu, kebiasaan kalau pulang sekolah itu ada akang-akang santri di masjid, Ceu Khanza nggak takut ditaksir mereka?" goda Faridah sembari terus berjalan bersama kakak sepupunya.   "Khanza mah masih kecil, mana mungkin akang-akang santrinya mau sama anak kecil!" tutur Khanza.   Faridah yang memperhatikan para santri putra yang sedang berada di luar masjid menunggu kajian mulai, tiba-tiba matanya tertuju pada Sinar.   Gadis manja yang suka berbicara itu merasa asing dengan pemuda yang baru saja ia lihat. "Ceu... Ceu... Tingali coba! Eta aya santri baru?" ujar Faridah.   "Nggak tahu, Dah. Emangnya kenapa gitu?" tanya Khanza.   "Asa beda, pan Idah teh sering perhatiin akang-akang santri. Itu kayak ada yang baru, Idah deg-degan euy!" ujar Faridah.   "Astaghfirullah, Faridah!" pekik Khanza.   Khanza dan Faridah pun melintasi kerumunan santri dewasa. Sinar yang melihat dua gadis cantik berjalan di depannya, tak kuasa untuk memalingkan pandangannya.   Setelah sadar bahwa perbuatan tersebut adalah kesalahan, ia langsung beristighfar dan memohon ampun pada Allah. "Astaghfirullah, ampura abdi ya Allah!"   Sinar merasa terpesona dengan sinar yang terpancar dari wajah Khanza. Pemuda asal Subang itu penasaran dengan gadis cantik berkulit putih yang baru saja ia lihat.   *** Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN