Violet duduk sendirian dengan wajah menekuk sedih duduk di salah satu bangku taman di depan lapangan basket memikirkan apa yang terjadi pagi tadi. Dia masih belum percaya bahwa ayahnya bersikeras menjodohkannya dengan Arsenio Henrick. Tepat sebelum dia berangkat ke sekolah, Bram memberikan sebuah kartu janji temu di sebuah kafe. Violet tidak kuasa untuk menolak keinginan sang Ayah yang makin kuat memaksanya pacaran dengan laki-laki yang tidak ia sukai itu. "Lebih baik aku mengunyah sepatu daripada pacaran sama Arsenio jelek! Aku benci ini!" Violet menggerutu kesal sendirian. Ia mengentakkan kakinya bahkan jadi menjambak rambut panjangnya yang cantik sehingga agak kusut seperti orang tengah depresi. Jika seseorang melihatnya, mereka mungkin menganggapnya sebagai seperti penderita ganggu