HUAAAHH!!
Balbara menguap beberapa kali menatap ke depan dengan memangku tangannya, melihat Felix yang berbicara dengan lelaki tua beruban di depan sana. Lelakii itu mengatakan hanya satu jam saja. Keparatnya Felix! Ini sudah dua jam, dan lelaki itu tidak tampak menyelesaikan pembicaraannya dengan lelaki tua yang memiliki sekretaris yang begitu bohai dan p******a yang besar.
Lihat mata laknat lelaki sialan itu. Terang-terangan menatap pada p******a besar di depannya. Seolah itu adalah daging wagyu dari restoran terbaik bintang lima yang harus di santap olehnya. Tidak memikirkan Balbara yang sangat lelah di sini menunggu lelaki tua itu dengan beberapa kali menguap. Ia mengantuk dan mau segera tidur dan memejamkan matanya. Akh! Dia lelah! b******n sekali Felix ini.
“Uncle! Belum selesai juga? Ayo, pulang. Atau suruh orang suruhanmu untuk menjemputku Uncle.”
Felix dan klien Felix menatap Balbara yang merenggut dan menghentak kaki dengan wajah kesal yang memerah dan mata yang menahan kantuk. Felix segera berdiri dari tempatnya, memeluk pinggang Balbara lalu melihat pada klien di depannya merasa bersalah ada sedikit gangguan dari Balbara.
“Maaf, Mr. Lay, saya harus pulang sekarang, sebab calon istri saya sudah mengantuk.”
Mata Balbara seketika terang menderang mendengar apa yang dikatakan oleh Felix. Calon istri? Kurang ajar! Lelaki itu mengatakan kalau dirinya adalah calon istrinya. Kurang ajar sekali Felix. Tidak sudi Balbara menjadi istri lelaki tua itu. Balbara yang akan mengucapkan kata bantahan dari apa yang dikatakan oleh Felix.
Dengan sigap Felix menutup mulut Balbara. “Gadis kecilku memang suka tidur. Jangan heran Mr. Lay, bukankah lelaki lajang dan matang sepertiku menyukai wanita muda yang jauh di bawahku umurnya. Kalau begitu saya permisi dulu. Calon istri saya sudah begitu mengantuk.” Felix menarik tangan Balbara untuk keluar dari dalam restoran hotel.
DUG! DUG! DUG!
Felix yang melipat tangannya di depan menghela napasnya berulang kali, melihat Bugatti Chiron — kesayangannya yang ditendang oleh Balbara. Tidak apa, tendang saja. Nanti Felix akan membeli yang baru setelah dia mendapatkan Balbara di bawahnya untuk ganti rugi atas kerusakan mobilnya yang ditendang oleh Balbara.
“Sudah? Kau kira mobil yang kau tendang itu dibelinya tidak pakai uang. Kau harus bertanggung jawab!” Sentak Felix menarik tubuh Balbara menjauh dari kesayangannya itu.
“Cuih! Minta tanggung jawab. Memangnya aku menghamilimu Uncle?”
“Tidak. Tapi kau yang nanti hamil Balbara. Kau harus bertanggung jawab. Lihat, cat mobilku terkelupas. Kau tahu biaya mengurus perbaikan mobil ini sangat mahal sekali. Tapi aku tidak akan meminta uang padamu sayang, aku hanya meminta kau untuk berbaring di bawahku, lalu kita melakukan hal yang menyenangkan dengan kau yang–”
“STOP! Jangan lanjutkan lagi apa yang mau kau katakan! Aku tidak mau melakukan itu Uncle. Dalam mimpimu saja. Ahh, mobilmu rusak. Mobilmu terlalu murah ini. Makanya beli yang lebih mahal.” Balbara masuk ke dalam mobil Felix menutup pintu mobil Felix dengan kasar.
Felix yang melihat pintu mobilnya ditutup dengan kasar. Mengeram menahan rasa marahnya. Felix mengelus mobilnya sebentar lalu menggeleng. Baru seminggu yang lalu Felix membeli mobil ini. Tapi sudah menjadi bahan kemarahan Balbara hanya karena Felix menyuruh gadis itu untuk menunggu sebentar saja.
“Kau memang gadis nakal dan berperilaku bar-bar sayang.” Ucap Felix mendaratkan bokongnya di kursi mengemudi.
Balbara mencibir. “Cepat pulang! Jangan mampir lagi. Kau sudah membuat waktuku yang begitu berharga selama dua jam menjadi sia-sia. Yang kau lihat di pertemuan itu hanya p******a besar dari wanita yang menjadi sekretaris tua bangka itu.” Ucap Balbara memberikan perintah tak mau dibantah.
Bukannya menghidupkan mesin mobil mengantar Tuan Puteri Herdanson pulang ke rumah. Malah Felix mengunci otomatis mobilnya sekarang, agar Tuan Puteri tidak bisa kabur.
Dengan gerakan cepatnya Felix memindahkan Balbara ke atas pangkuan. Membuat gadis kecil itu mencoba untuk merontah dan mau kembali ke kursinya.
“Diam sayang. Kalau tidak mau Uncle perkosa kau di sini.” Ucap Felix datar.
Bukannya diam, malahan Balbara semakin merontah, tanpa sengaja menggoyangkan p****t sintalnya di atas pangkuan Felix. Felix mengeram merasakan miliknya yang sudah mulai berdiri tegak dan meminta untuk dimasukan ke dalam sangkar.
“Sayang, diam. Kalau kau tidak mau keperawananmu itu lepas di dalam mobil.” Felix memegang pinggang Balbara erat.
Balbara mendengar ucapan lelaki tua b******n di depannya ini. Merasakan pantatnya ada yang menusuk. Dengan polosnya Balbara mencoba untuk menaik turunkan pantatnya, lalu setelahnya ia…
“Ashhh… milikku basah.” Ucap Balbara polos.
Felix berdecak. “Kau tidak pernah menonton film porno?” Tanya Felix vulgar.
Balbara menggeleng. Tentu saja dia pernah menonton film porno. Seketika sadar, kalau dirinya itu sekarang mendekati yang namanya h***y! Balbara dengan cepat berpindah ke tempat duduknya dan kali ini tidak dihalangi oleh Felix.
“s**t! Milikmu berdiri tegak?” Balbara menunjuk pada milik Felix.
Felix menyeringai. “Iya sayang. Kau tidak mau untuk mengelus dan memuaskannya dengan tanganmu itu sayang? Aku mau kau memuaskan milikku sekarang sayang.” Felix meraih tangan Balbara dan meletakan tangan Balbara di miliknya.
Jantung Balbara berpacu begitu kencang sekali. Balbara segera menarik tangannya dan menggeleng keras. Sialan. Apa yang dilakukan oleh Felix padanya? Dia tidak mau melakukan hal itu.
“DADDY! AKU TIDAK MAU BERDEKATAN DENGAN LELAKI m***m!” Balbara mencoba untuk membuka pintu mobil. Tidak berhasil.
“Jangan berteriak sayang. Kau tidak bisa keluar. Bukankah kau yang membuat milik Uncle berdiri sekarang, seharusnya kau bertanggung jawab sayang.” Tangan Felix ingin membuka kancing celananya.
Balbara menggeleng tidak mau. Balbara tidak mau melihat benda panjang itu secara langsung, sudah cukup dirinya berdosa dan menjadi anak nakal. Mengoleksi belasan film dewasa. Tapi untuk melihat secara langsung?
Balbara takut!
“Jangan dibuka! Aku tidak mau melihat itu. Aku mau pulang. Aku mau tidur. Jangan perkosa aku. Perkosa saja seluruh model di agensimu.” Ucap Balbara sudah menangis.
Felix melihat Balbara menangis, tidak tega. Membawa Balbara ke dalam pelukannya.
“Cup. Cup. Cup. Jangan menangis sayang. Coba bilang pada Uncle, kau mau apa sayang? Uncle akan menuruti apa yang kau mau.” Bujuk Felix.
Balbara mendengar itu tersenyum segera menghapus air matanya. “Oke! Kau sudah janji bukan. Sekarang beri aku $32.000 dan transfer ke rekeningku. Aku mau shoping dan membeli banyak barang. “ Balbara tersenyum senang.
Felix mendelik. “Rubah kecil ini. Kau mau memerasku? Maka aku minta imbalan atas $32.000. Mari bersenang-senang sayang, atas uang yang kau minta. Karena di dunia ini tidak ada yang namanya gratis!”
Felix menyeringai iblis dan menatap tubuh Balbara yang menegang.
‘Ada uang maka ada imbalan’