“Loh kok cuma berdua aja? Kemana si Mika sama Gendhis? Masuk dulu, Kinan,” ucap Ifa dengan memeluk gadis perempuan yang baru saja turun dari motor hitam milik anaknya. Wanita paruh baya tersebut adalah Mama Abimanyu yang sering dipanggil bunda oleh teman Abimanyu. Kinanti membalas pelukan Ifa dengan erat, ia selalu merasakan seperti mendapatkan kasih sayang ibu lagi jika sudah bertemu dengan Ifa. Wanita itu selalu memperlakukan teman Abimanyu seperti anaknya sendiri agar terasa lebih dekat dan mereka juga bisa merasakan apa itu hangatnya pelukan keluarga. Baik Jatmika, Kinanti dan Gendhis selalu betah jika bermain di rumah Abimanyu karena suasana rumahnya damai dan tenang sekali. Mereka sudah mendeklarasikan bahwa rumah Abimanyu adalah tempat nongkrong mereka selepas pulang kuliah.
“Ibunya Mika pulang, Ma, jadi nggak bisa ke sini. Kalau si Gendhis disuruh mamanya buat nginep di rumah neneknya. Cuma Kinanti yang bisa ke sini, katanya kangen sama masakan mama tuh. Mama siang ini masak apa?” jawab Abimanyu dengan tersenyum kecil melihat Kinanti memeluk tubuh mamanya erat sekali seakan tidak mau lepas barang sedetik pun. Ifa mengecup puncak kepala Kinanti lalu mengajaknya masuk ke rumah.
Siang ini Ifa sudah memasakkan anak semata wayangnya sup ayam beserta kawan-kawannya. Ia sudah menduga jika bakalan kedatangan tamu dari sahabat Abimanyu yang memang sering sekali nongkrong di rumah mereka. Bagi mereka rumah ini adalah tempat terbaik untuk melepaskan penat dan lelah setelah berjuang dengan materi-materi kuliah di kampus. Ifa bagi mereka adalah lentera hidup yang terus menyala menerangi hidup mereka meskipun hampir kandas tergerus kegelapan. Wanita paruh baya itu selalu menebarkan kasih sayangnya kepada teman-teman Abimanyu yang datang ke rumah, entah itu hanya sekali atau bahkan berkali-kali seperti Jatmika, Gendhis dan Kinanti.
“Bunda hari ini masak sup ayam, soalnya udara lagi panas banget jadi menurut bunda cocok buat kalian yang habis dari luar ruangan. Terus denger-denger juga tadi kalian habis kuis kan? Gimana soalnya? Susah nggak? Pasti kalau anak-anak bunda itu pinter-pinter, jadi bisa ngerjain soalnya.” Ifa tersenyum sambil menatap Abimanyu dan Kinanti bergantian.
“Tau nggak, Bun, tadi itu soalnya susah banget. Kepala Kinan rasanya mau pecah, udah nggak tahan sama cobaan yang diberikan Pak Kumis ke kita semua. Berasa punya dosa besar banget tau nggak, Bun. Kalau Manyu mah pasti udah jangan ditanya lagi, cuma dia yang paham sama bahasa aliennya Pak Kumis. Semua mahasiswa nggak bakalan ada yang bisa mencerna penjelasan Pak Kumis kecuali Manyu doang loh, Bunda. Manyu hebat kan, Bunda?” jawab Kinanti dengan menatap Abimanyu bangga. Secueknya perempuan tersebu ke dunia luar, ia akan menjadi banyak bicara jika sudah berada di lingkungan yang tepat seperti keluarga Abimanyu ini. Es yang ada di hatinya akan mencair karena pelukan hangat dari Ifa, tak hentinya untuk mendukung Kinan menjadi lebih baik lagi agar bisa setara dengan anak lain seumurannya.
Ifa tersenyum lembut lalu menganggukkan kepalanya. “Anak-anak bunda kan emang harus hebat. Manyu jago di mata kuliah A, tapi belum tentu bisa di mata kuliah B. Kinan kurang beruntung di mata kuliah A, tapi menguasai mata kuliah B. Jadi, kalian saling menguntungkan satu sama lain malahan. Kinan kurang paham bagian mana pas mata kuliah A, langsung tanya sama Manyu. Nanti dibedah biar paham semua. Begitu juga Manyu pas di mata kuliah B, kalau kurang mengerti langsung tanya sama si Kinan. Jadi nanti sama-sama bisa, sama-sama punya nilai bagus. Jangan pernah pelit ilmu sama orang lain, dengan cara kita berbagi malah ilmu kita ikut bertambah.”
“Siap, Bunda. Jadi makin sayang deh sama bunda. Oh iya, hari ini aku pengen banget habisin waktu di sini. Kinan pengen lihat bunga yang baru bunda beli, bagus nggak bun? Sebenarnya Kinan pengen banget punya taman bunga seperti punya bunda, cuma pasti ayah larang. Ayah mana pernah sih buat Kinan bahagia dengan cara ngabulin kepengenan Kinan. Kalau punya tanaman di rumah kan setidaknya ada yang buat aku betah sama suasana rumah, Bunda. Tapi nyatanya nggak ada yang buat Kinan betah di rumah,” jawab Kinanti dengan menghela napasnya perlahan. Ifa mengelus pundak gadis perempuan tersebut lembut lalu mencium puncak kepalanya pelan.
“Kamu mau nggak kalau bunda kasih satu tanaman yang bunda punya? Bunda baru beli spesies kaktus terbaru loh, Nan, perawatan kaktus sendiri kan mudah banget. Kinan pasti bisa di rumah, nanti potnya di taruh di kamar aja. Nggak perlu setiap hari di siram, cukup di tempatkan di tempat yang sinar mataharinya cukup. Nanti bunda kasih lihat deh bentuk tanamannya gimana aja. Bunda yakin Kinan pasti suka,” ucap Ifa dengan memeluk kepala Kinanti.
Abimanyu datang dengan baju yang berbeda, lebih santai. Ia mengerutkan dahinya melihat kedua perempuan yang terlihat sedang berbahagia sampai peluk-pelukan seperti itu. “Kenapa tuh? Peluk-pelukan kayak Teletubbies aja.”
“Gue mau dikasih kaktus dong sama bunda, Nyu. Bakalan nggak sendirian lagi dong gue di rumah karena gue bakal punya tanaman imut yang bakalan nemenin gue,” jawab Kinanti dengan tersenyum kecil. Abimanyu memutar matanya malas. Ekspresi yang selalu ia tunjukkan ketika tak ada yang menarik dalam sebuah pembicaraan, tapi aslinya dia ikut senang melihat Kinanti senang.
“Iya deh, Nan. Apa pun yang buat lo senang, gue juga ikut senang aja deh. Kalau lo mau ntar gue beliin kaktus yang lebih banyak, gimana mau?”
Kinanti menggelengkan kepalanya pelan. “Gue cuma mau kaktusnya bunda aja. Kalau kebanyakan juga nggak mungkin ke rawat semua kali, Nyu. Gue dapat satu aja udah seneng banget, bunda emang baik banget.”
Ada beberapa spesies kaktus yang menjadi koleksi Ifa, ia sendiri sangat mencintai kaktus sejak menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama sampai sekarang. Mulai dari Echinocactus grusonii atau sering disebut gentong emas, Cephalocereus senilis atau sering disebut kaktus orang tua, Astrophytum atau biasa dikenal kaktus bintang, Haworthia attenuarta atau sering disebut sebagai tanaman zebra sekaligus lidah buaya mini, masih ada Mammillaria elongata dan banyak lagi lainnya. Namun kali ini Ifa memberikan koleksi lamanya yaitu Echinocactus grusonii. Si kaktus yang berbentuk menyerupai gentong, bahkan di Meksiko dan Texas sering disebut sebagai golden barrel atau gentong emas. Ifa yakin sekali Kinanti bisa merawat si kecil mungil yang sudah ia punya hampir lima pot tersebut. Ia ingin sedikit melonggarkan tamannya agar bisa diisi dengan varian baru, jadi banyak orang yang ia beri kaktus miliknya sebagai tanaman hias di rumah.
Ifa juga ingin Kinanti bisa lebih menyalurkan rasa kasih sayangnya pada tumbuhan tersebut, namun pada dasarnya tanaman kaktus tidak terlalu merepotkan perawatannya seperti tanaman lainnya. Jadi dia semakin yakin jika Kinan bisa merawatnya. Pengalihan stress dan penat setelah melakukan aktivitas di kampusnya, Ifa berharap Kinan bisa lebih segar dan tidak terlalu memikirkan masalah pada hidupnya.