Satu minggu kemudian Willy akhirnya akan menikahi Diana. Sesuai kesepakatan dua buah keluarga mengingat Willy sudah harus kembali ke london untuk kuliah sekaligus melanjutkan S2 nya di sana maka diputuskanlah pernikahan keduanya di laksanakan dengan cepat.
"Cantiknya putri mama. " Puji Sinta pada anak semata wayangnya.
"Terima kasih ma... "
Sinta duduk di depan putrinya,di ambilnya tangan Diana dan di genggamnya, "Apa kamu bahagia sayang? "
Diana menatap mata ibunya lekat lalu mengangguk.
"Apa kamu yakin jika kamu bisa membuat Willy benar-benar mencintaimu, kamu tahu sendiri kan hubungan Willy dan Esha sebelumnya."
Diana mengangguk yakin, "Di yakin ma, Willy pria yang baik dia pasti akan mulai membuka hati untuk Di sepenuhnya."
"Lalu apa kalian sudah memberitahu Esha soal pernikahan kalian?" Tanya Sinta. Jujur dia ragu dan khawatir.
Diana menghela nafasnya, "3 hari lalu kami ke rumah Esha ma, tapi rumahnya kosong,kata tetangga Esha sekeluarga pindah ke kampung tante maryam dan rumah itu akan di jual. "
"Ya Tuhan, Apa sesusah itu hidup mereka sekarang?"
Diana menggigit bibirnya, dia juga mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu.
"Ya sudah sepertinya ini sudah waktunya akad. Ayo turun." Ajak Sinta pada akhirnya,meski ia masih ragu tapi apapun yang terjadi mereka tidak bisa mundur lagi.
.
.
Diana tak bisa menahan harunya ketika semua saksi mengucapkan kata Sah. Air matanya jatuh ke pipi meronanya. Sinta mengulurkan tisu pada putrinya,"Hapus pelan airmatamu sayang. "
"Terima kasih ma... "
"Silahkan mempelai pria memasangkan cincin pada mempelai wanitanya. "
Willy dan Diana pun saling memasangkan cincin di lanjut Willy yang mengecup kening Diana. Willy berusaha menahan kecewa di hatinya,dia tak boleh mengeluarkan airmatanya. Semua rencana hidupnya harus dia rubah total karena penolakan Esha.
"Selamat ya sayang... mama senang akhirnya kamu memberikan menantu yang tepat untuk mama. " Ujar Sekar pada putranya.
"Asal mama bahagia." Kata Willy menatap Diana sesaat sebelum kembali fokus pada penghulu di depannya.
.
.
Setelah acara pesta resepsi pernikahan yang di selenggarakan cukup mewah di hotel milik keluarga Pradana,Kini Willy dan Esha langsung terbang ke Bali untuk berbulan madu.
Diana memandang wajah pria yang berstatus suaminya tengah melamun di balkon kamar hotel tempat mereka menginap.
"Makan malam sudah datang Will... " Kata Diana menghampiri Willy.
Willy menoleh sesaat pada istrinya lalu kembali menatap langit gelap di depannya.
"Kalau kamu lapar kamu bisa makan duluan Di."
Diana ikut mendekat ke balkon, tangannya menggenggam teralis balkon,"Apa kamu menyesal dengan pernikahan ini Will? " Tanya Diana, jujur ia memang merasa jika Willy melakukan semua ini dengan berat hati.
Willy langsung menatap Diana, "Maksud kamu?"
"Kamu masih mencintai Esha." Ujar Diana yakin.
Willy menghela nafasnya, " Kita bersama bukan hanya hitungan bulan Di, bahkan kamulah saksinya, tentu bukan hal mudah melupakan semuanya."
Willy berbalik menghadap Diana, " Terlebih ada begitu banyak rencana yang telah kami susun untuk masa depan kami, dan kini semuanya hancur, bahkan aku bingung harus apa aku dengan semua impianku. "
"Kenapa harus bingung Will,kamu tetap harus lanjutkan kuliahmu sesuai keinginanmu lalu melanjutkan perusahaan milik papamu, di sini yang berubah hanya siapa yang menjadi istrimu. "
Willy menunduk, "Kamu benar, mungkin aku hanya butuh waktu untuk melupakan semua rasa ini, lagian bukan aku yang salah, dia yang menolakku dan juga berkhianat." Geram Willy sambil meremas besi balkon.
Diana mengerutkan keningnya saat mendengar kata berkhianat dari Willy,'Apa maksudnya?Berkhianat?Esha?' Batin Diana.
"Ya sudah ayo masuk ke dalam, kita makan malam di luar cukup dingin. "
Diana mengangguk lalu mengikuti Willy ke dalam.
...
Esha baru saja menyelesaikan pekerjaannya membersihkan seluruh butik. Dia di beri pekerjaan sebagai Office Girl di butik milik My Rose.
Beruntung Nyonya Rosita memberi dia jam kerja di pagi hari dan sore hari, jadi siang hari dia bisa kuliah seperti biasanya.
"Sudah selesai Sha? " Tanya seorang pria yang bekerja sebagai supir butik.
"Eh kak Edo,sudah ini... "
Pria bernama Edo itu tampak melihat ke jam di tangannya," Ya sudah yuk Sha, istri ku udah nunggu di rumah mau kondangan. "
"Esha bisa pulang sendiri kok kak."
Edo menggeleng, "Enggak Sha aku tidak mau di pecat sama nyonya Ros, istriku lagi hamil butuh biaya buat lahiran nanti. "
Esha menghela nafasnya, ia sedikit heran kenapa nyonya Ros bisa sebaik itu padanya,memberikan dia supir untuk mengantar jemput dia.
"Ya sudah kak, ayok. "
.
.
Esha memasuki kamar kosnya, tubuhnya terasa lelah sekali,Hari ini ada banyak pekerjaan yang harus dia bereskan.
Esha memijit lengannya sendiri.Ia lelah tapi ia harus kuat, dia tidak boleh membebani bundanya dengan kebutuhannya, dia sudah bertekad untuk segera lulus kuliah dan mencari pekerjaan secepatnya supaya dia bisa membantu keuangan bunda untuk menyekolahkan adik-adiknya.
Esha membuat teh manis hangat untuk menemani malamnya mengerjakan skripsinya. Dia sebenarnya tak suka minum selain air putih tapi rasa lelahnya membuat dia membutuhkan minuman manis.
Membuka laptopnya Esha langsung di suguhkan dengan Wallpaper berupa foto dirinya bersama Willy.
"Kamu apa kabar Will? Apa kamu masih marah padaku?" Lirihnya, ia merindukan kekasihnya. Sudah 2 minggu dia tak mendapatkan kabar apapun dari Willy,ingin rasanya mencari tahu dari Diana, tapi ia tak mau menimbulkan pertanyaan dari Diana mengenai hubungannya.
Bagaimanapun ia harus menyembunyikan apa yang terjadi dari orang lain. Dia tak mau keluarga Willy sampai menerima kritikan buruk dari orang lain. Bayangkan saja apa yang akan orang lain pikirkan jika mereka tahu keluarga sekelas Pradana lamarannya di tolak oleh seorang gadis miskin sepertinya.
"Aku harap kamu mau mengerti Will dan bersabar hingga aku bisa merubah keadaan keluargaku hingga kami sedikit lebih pantas untuk menjadi bagian dari keluargamu. " Gumam Esha sambil mengusap layar monitor di depannya.
"Aku mencintaimu ."
Esha menghapus airmata yang menetes begitu saja ke pipinya, menarik nafasnya panjang Esha berusaha menetralkan pikirannya untuk kembali fokus pada tugas skripsinya.
...
Satu tahun kemudian
Esha sudah lulus kuliah, Dia masih bekerja di butik milik myRose sebagai staf bukan lagi OB.
"Esha... " Panggil Rania.
"Ya kak... "
"Kamu di panggil nyonya Ros ke kantornya. "
"Oh iya kak, aku langsung ke sana. "
Esha segera membereskan pekerjaannya lalu pergi ke kantor nyonya Ros
Tok...tok....
Esha segera membuka pintu di depannya dan masuk setelah mendengar perintah masuk dari dalam.
"Permisi bu... " Ucap Esha pada nyonya Rose.
"Ah Esha silahkan duduk."
Esha mengangguk lalu duduk di depan nyonya Rose.
Nyonya Rose membenarkan posisi duduknya lalu melepas kacamatanya.
"Jadi kamu sudah lulus kuliahnya Sha?"
"Sudah bu... "
Nyonya Rose mengangguk lalu membuka File di depannya,"Ilmu komunikasi dan sekretaris."
Meletakan file kembali lalu menatap ke arah Esha.
"Kamu mau bekerja sebagai sekretaris?" Tanya Nyonya Rose.
"Mau bu, tapi bagaimana dengan mba Rania. "
Nyonya Rose tersenyum tipis, "Bukan jadi sekretaris saya. "
Esha nampak mengerutkan keningnya, setahu dia di butik ini hanya nyonya Rose yang memiliki sekretaris.
"Lalu?"
"Jadi sekretaris anak saya. "
.
.
myAmymy