Part 37

1148 Kata

Pagi ini langit cerah, Tiyas sedang duduk termenung di kamar. Mata indah itu, lekat menatap bayangan di cermin. Ada gerimis di hatinya. Sudah seminggu masa penantiannya, menunggu kabar Adit. Tapi jangankan datang menyusul, sekadar menyapa lewat ponsel saja pun tidak. Hingga, pagi ini Tiyas memutuskan untuk men-nonaktifkan hapenya. Cukup sudah penantian ini, ia tak ingin tampak bodoh dan menyedihkan. Selama benerapa hari di kampung, tidak ada yang dilakukannya kecuali bermalas-malasan sembari menatap layar hape. Tiyas tidak mengerti mengapa Adit berubah seperti itu, seolah semua pengorbanan yang sudah mereka lalui tak berarti. Lalu untuk apa air mata yang tumpah selama ini? Untuk apa rasa sakit yang meremas hati setiap tarikan napas? Kalau pada akhirnya hanya berakhir begitu saja. Ti

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN