Villia duduk di kursi taman, sesaat kemudian Isabela menghampirinya. Isabela tahu apa yang dirasakan temannya itu. Ada sesuatu yang tidak bisa Villia jelaskan meski sebagian besar sudah Villia ceritakan kepadanya. Isabela berdeham, membuat Villia menoleh dan menyadari kedatangannya. Villia tersenyum. “Ada apa? Tuan Aston tidak setuju?” tanya Isabela. “Kamu pasti tahu apa jawabannya.” “Tentu saja. Aku tahu. Dia itu memang orang yang tidak akan berubah pikiran, apa yang sudah dia tetapkan tidak akan berubah meski kamu dan kita semua mengemis kepadanya,” kata Isabela membuat Villia menganggukkan kepala. “Benar katamu. Dia juga memberikanku jawaban seperti itu.” “Nah kan. Aku sudah duga,” angguk Isabela. “Terus apa yang harus aku lakukan?” tanya Villia. “Yang harus kamu lakukan tetap b