Tangisan Adel makin kencang, pun tubuhnya bergetar melawan ketakutannya. Ia hendak meminta tolong tapi entah pada siapa. Ia celingak-celinguk mencari Gilang tapi suaminya itu entah sedang pergi ke mana. “Gimana kalo itu anak aku?” Ben menuntut. “Seberapa yakin kamu kalo itu bukan anak aku?” tanya Ben lagi. Alih-alih menjawab pertanyaan tersebut, Adel terus menyuruh Ben pergi. Adel menangis sambil berteriak histeris. “PERGIIII! Pergiii … tinggalin gue!” Adel semakin tak karuan, ia merasa posisinya benar-benar dalam bahaya. Jantung Adel berdetak dengan sedemikian cepatnya, napasnya pun terengah-engah, belum lagi keringat dingin yang menjalari sekujur tubuhnya. Adel panik, ia butuh bantuan untuk keluar dari ketakutannya. Tapi, ia benar-benar sendiri. Sementara dari luar, Gilang yang b