“Kenapa kamu murung gitu, sih?” Ari menyodorkan secangkir kopi panas kepada Nathan yang sedang duduk dengan wajah lesu. Nathan hanya tersenyum tipis. Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Dia memikirkan Hana yang kini marah padanya dan juga memikirkan Samanta yang mungkin juga menyembunyikan sesuatu darinya. Nathan menyeruput kopi itu dengan tatapan nanar. Semalam dia kembali mencoba menghubungi Hana, namun Nathan masih tidak bisa berkomunikasi dengannya. Di sisi lain Samanta juga menghindar saat Nathan menanyakan tentang kado misterius saat pesta ulang tahunnya itu. “Apa hari ini Hana masuk bekerja?’ tanya Nathan. Ari mengangkat bahunya. “Mana aku tahu? memangnya kenapa? bukannya ini bagus? Toh, kamu juga ingin dia berhenti dari pekerjaan ini.” Jawaban Ari membuat Nathan menelan lud