Irisa menggigit kuku jari telunjuknya sembari menatap layar ponsel. Cukup lama dia melakukan itu, hingga kedua matanya terasa perih dan sedikit memerah. Terkadang dia pun mengerutkan dahi dan mendengus kesal. Sudah genap seminggu sejak dia memposting barang-barangnya di akun aplikasi jual-beli, namun tidak ada yang menghubunginya sama sekali. Hal itu sungguh membuatnya kesal bukan main. Padahal, dia sangat berharap banyak kepada barang-barangnya, namun semua harapannya hancur seketika. “Jika terus seperti ini, aku tidak akan pernah mendapatkan uang untuk Nora.” Mematikan ponselnya, Irisa sontak menghela napas panjang. Dengan jujur dia mengakui bahwa dirinya sangat malu ketika berhadapan dengan Nora saat sedang bekerja di rumah sakit. Bukan maksudnya memberi harapan palsu, namun dia m