"Rebess dah! Awas lo kaga abisin isi kantin. Tar lo pada ambil kartu gue, sorry kaga bisa gabung dulu, gue mo nemenin nyokap abis ini" jawab Bagas yang di sahut tawa dengan wajah sumringah sahabatnya.
"Siapp!! nah gitu dong, temenan ma sultan mah kudu kecipratan fasilitas dong, ya kaga gaes?" jawab sang sahabat seraya melempar bola bakset tersebut dan melanjutkan permainan basket mereka, teriakan suara wanita pendukung dua kubu itu membuat suasana lapangan basket sangat meriah.
Lapangan basket akan otomatis rame ketika tahu jika Bagas ikut bergabung dalam salah satu tim basket.
Di sisi lain di dalam perpustakaan, Cameella yang telah berada di dalamnya dan duduk di kursi sudut ruangan perpustakaan kampus itu. Dirinya menyalin dengan konsentrasi ke macbook miliknya.
Cameella dengan lincah mengetik semua yang di perintahkan oleh sang dosen, dia ingin semua segera selesai karena dirinya cukup lelah dan ingin istirahat setelah sepulang kampus.
"Jangan lupa lunch Lily, miss you.."
Ponsel Cameella bergetar karena ada pesan singkat masuk dan ternyata dari Alex sang pria yang telah membayarnya demi sebuah kehangatan ranjang.
Cameella tersenyum manis sekali kemudian membalas pesan Alex
"Dihh! Yang makannya doyan telat,sok nasehatin orang larn. Inget kesehatan sendiri dulu, baru ingetin orang lain. Inget! Kesehatan kaga bisa di beli , so keep fighting!”
Balasan pesan singkat yang Cameella kirim berserta emoticon setelah membalas pesan Alex, Cameella bergegas keluar perpustakaan karena dirinya sudah menyelesaikan tugas yang di berikan sang dosen kepadanya dan sudah mengirimnya kepada sang dosen by email.
Cameella keluar dari gedung perpustakaan menuju parkiran mobil sembari matanua jelalatan mencari mobil dengan ciri yang sama setahun yang lalu.
Deg!!
Jantungnya berdetak kencang seolah mau keluar dari sarangnya, melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Cameella mengucek matanya berkali-kali tak mempercayai penglihatan matanya.
Yakin itu mobil yang aku kendarain? Serius. Kenapa bisa begini. Apa yang terjadi!
Antara marah dan sedih, pandangan matanya tak berkedip menatap mobil kesayangannya yang dia dapatkan dari hasil melacurrkan diri.
Mobil sport kesayangannya telah babak belur seperti kejatuhan alien dari langit tanpa sengaja. Bebrrapa body penyok, spion patah dan kaca retak
Tidak! Bagaimana mungkin mobilku hancur?
Cameella berlari mendekati mobilnya untuk memastikan apakah matanya salah atau tidak.
Siapa sangka di tengah perjalanan menuju mobilnya, Cameella di hadang tiga orang wanita cantik dan sexy dengan rambut blonde
"Heh!, anak baru binal!! jangan berani-berani nyerobot lahan gue lo ya! kalo hidup lo mo tenang!" ujar salah seorang tengah menjambak rambutnya hingga tanpa sengaja Cameella memekik
"Aawww!!!" pekik Cameella spontan.
"Heh jalang!! jangan cari perhatian lo, kalau kaga mau nasib lo kayak mobil pribadi lo yang hasil jual diri lo itu! Camkan itu wanita penjual lendir!" ujar wanita itu lalu yang lain yang menjambak rambut Cameella dan menendang kakinya.
Siapa yang mereka maksud merebut lapak mereka? Alex. Apakah dia? Lantas, dari mana mereka tahu aku menjadi penghibur?
Cameella menghela nafas panjang. Matanya menatap mobil yang belum lama dia beli dengan menggunakan uang yang dia sisiihkan.
“Awas lo berani ngegodain Alex lagi, ya? Dia kaga bisa jadi milik gue dna lo kaga boleh ada di sekitaran dia! Kalau lo maksa terus jalan bareng dia, tau rasa hidup lo!” hardik salah satu dari mereka dengan meninju perut Cameella.
Benar! Kak Alex. Bagaimana mungkin, dia tidak berhubungan dengan pelacvr, lantas mengapa mereka mengklaim miliknya?
“Ingat lo, ya? Jangan coba-coba berhubungan lagi dengan dia, atau nyawa lo habis di tangan kami. Kecuali lo kaga sayang nyawa lo! Jadi jangan kepedean buat jalan bareng dia demi mengeruk hartanya. Mo pamer ama gue gitu lo? Kalau lo udah berhasil nahlukin dia dan gue kaga, hah?!” Ucap salah satu dari mereka sembari mencengkram bibir Cameella.
“Ingat lo ya? Awas lo!” lanjutnya lagi sembari memberi kode kepada teman-temannya untuk meninggalkan area itu karena ada yang mendekat kearah parkir.
Sepeninggal mereka, Cameella terduduk lemas di lantai dan bersandar di mobil penyoknya.
Tuhan! Apakah ini pertanda aku tak di perbolehkan menjalin hubungan baik bersama orang lain? Sehina itukah? Baiklah. Cameella, sadarlah! Kau hanya sampah masyarakat, jadi jangan berharap untuk mendapat kebahagiaan. Cukup kau tak menjadi b***k nafsu pria sesat rentenir sialan Zavier! Kau memang melayani pria tapi kau di agungkan dan diberi imbalan mahal. Jadi nikmatilah hidupmu.
Cameella berdiri perlahan sembari menunduk memasuki mobilnya yang terparkir dengan kaca spion yang patah dan body penyok serta kaca mobil pecah, Cameella hanya menghela nafas pedih.
Setelah mencari kekuaran dengan menghela nafas panjang dia akhirnya melajukan mobilnya perlahan, meskipun dengan air mata menitik menetesi pipi mulusnya dan kini mengalir deras ketika dirinya sudah berada si jalan raya.
Dia menangis sekencang-kencangnya meratapi nasib, andai rumah tangga orang tuanya baik-baik saja dia tak mungkin akan mengalami hal menyakitkan seperti ini, tangisnya semakin menjadi sampai dirinya melihat sebuah bengkel mobil dan memasuki bengkel tersebut, dia mengelap air matanya, lalu turun dari mobil kemudian berjalan menuju salah satu mekanik yang menyambutnya dengan ramah.
Setelah mendiskusikan keinginannya, dia menyerahkan kunci mobil kepada sang mekanik sebelum berkonsultasi mengenai berapa biaya dan lama masa perbaikan.
Setelah di setujui lamanya perbaikan membutuhkan waktu lama sekitar dua minggu sampai satu bulan karena kerusakannya yang parah dan harus ada pergantian cat untuk biaya perbaikan mobil sekitar 80 juta rupiah karena hampir mengganti semuanya kecuali mesin dengan mobil type sport yang semuanya import tentu saja biaya perawatan akan mahal.
Sontak dirinya menyesal tak ikut asuransi sehingga dirinya harus mengeluarkan uang yang banyak di saat tak terduga seperti ini.
Setelah membayar separuh dari total perkiraan Cameella menghela nafas panjang setelah mengecek sisa saldo di ATM nya.
“Bang, berarti di tinggal dulu, ya mobilnya?” tanya Cameella kepada sang mekanik. “Kalau bisa di percepat tolong Bang…”
“Iya, Neng! Tapi tetep gak bisa maksimal Soalnya lagi nyiapin mobilnya dokter Sam dulu. Dia udah antree lama…” jawab sang mekanik.
“Pelanggan tetep, ya Bang?” tanya Cameella penasaran hingga mereka begitu memprioritaskan.
“Kaga! Dia ownernya…” jawab Sang mekanik nyengir kuda. “Bayangin owner aja antree buat bisa disini, tapi ya gitu. Kitakan terpercaya Neng!”
“Owh gitu, yaudah mending cabut dulu aja dech…” jawab Cameella. “Tar kalau udah kelar, calling aja ya Bang!”
“Yakin mo cepet-cepet cabut. Kaga pengen ketemu owner dulu? Masih muda loh Neng, cakep, baik hati lagi…” sang mekanik mempromosikan pemilik bengkel mobil sport satu-satunya yang berlisensi di Jakarta. “Lagi breafing di dalem tar lagi juga keluar…” ucap sang mekanik berapi-api.
“Makasih, Bang. Kirim salam aja…” jawab Cameella sembari meninggalkan area bengkel menyusuri jalanan dengan langkah berat seraya berfikir keras siapa pria yang di maksud oleh orang-orang uang menyerangnya tersebut.
Yang jelas-jelas ngebayar aku karna dia mau aja akunya langsung kena serbu dan berkorban duit sebanyak itu, konon lagi yang lakinya kaga minat dan modal aku yang pengen kenal. Hah! Dunia ini bukan untuk orang sepertiku, aku hanya sebagai butiran debu agar membuat mereka menggunakan pemersihnya menghilangkan aku…
Tanpa sadar Cameella terus berjalan di trotoar jalan seraya menundukkan kepala kebawah, dan kakinya menendang-nendang batu kerikil yang di lihat oleh matanya.
Sampai akhirnya suara suara klakson mobil sana-sini menghentikan langkahnya.
Ternyata dirinya telah sampai di persimpangan, sedangkan untuk menyebrang harus menunggu trafic light bergambar orang berwarna hijau, baru pejalan kaki di perbolehkan menyebrang jika tidak maka dirinya akan menjadi korban laka lantas.
Cameella menghentikan langkahnya, dirinya seperti orang linglung dan menatap ke sekeliling untuk melihat situasi dirinya sedang berada dimana.
Setelah lampu untuk pejalan kaki menyala Cameella segera berlari bersamaan dengan penyebrang jalan lainnya.
Kepalanya sedikit pusing karena sengatan matahari, lalu dia memilih duduk terlebih dahulu di trotoar jalan karena pikirannya blank seketika. Dia menarik nafas perlahan lalu di hempaskannya kuat, dia tak habis pikir dengan apa yang terjadi hari ini dan di tengah lamunannya Cameella di kejutkan panggilan telepon dari balik saku celananya.