Selesai menikmati makan siangnya, mereka tampak menikmati kebersamaan di kolam renang. Setelahnya Cameella menemani Alex bersantai di sofa dan meceritakan tentang masa lalunya yang pahit.
Berbeda dari klien sebelumnya yang ingin terburu-buru, pria ini justru sebaliknya. Dia lebih banyak meminta Cameella menemaninya bercerita, sekedar berkeluh kesah dan menceritakan kisah lalunya.
Dia terlihat kesepian, masih semuda ini. Ternyata bukan hanya aku saja yang tersia-sia di dunia ini, aku untungnya bertemu Malaikat penolongku. Siapapun dia aku ingin mengabdi padanya, sebagai ungkapan rasa syukurku..
Tak ingin memperpanjang waktu, Cameella segera mengenakan kostum balet yang baru saja di antar ke kamar itu oleh petugas hotel dan memasang music balet dari ponsel miliknya.
Untungnya semasa kecil dirinya mengukuti les balet hingga sekolah menengah pertama.
Dengan mahir, Cameella mulai beraksi mempertontonkan kemahirannya dalam menari, membuat sang klien menatap terkesima.
Kabut mendung yang menyelimuti wajahnya seketika mulai memudar, dia yang semula hanya duduk tak bergeming di atas sofa sembari menikmati pemandangan kota Jakarta dari ketinggian penthouse hotel, membuatnya memalingkan wajahnya dan fokus menatap Cameella tak berkedip.
Bayang masa lalu tentang kisah cintanya semasa SMA dengan gadis putri pengurus salah satu sanggar seni di Jakarta itu kembali melekat di pelupuk matanya.
Semburat rindu dengan wanita yang sangat di cintainya kian memuncak. Rindu yang tak pernah padam, karena sejak hubungan mereka tercium oleh keluarga besarnya, secara tiba-tiba gadis itu menghilang, dan beberapa tahun kemudian dia telah menikah dengan seorang pelatih balet dan membuatnya kecewa semakin dalam, meski begitu dirinya masih tak mampu melupakan sosok itu hingga kini.
Terpaksa menikah dengan hasil perjodohan orang tuannya dengan seorang penyanyi terkenal, nyatanya tak membuat pernikahannya bahagia, justru sang istri sibuk berselingkuh dengan main dance hingga menghasilkan janin. Hal itu di ketahuinya melalui hasil DNA si janin.
Dan itu membuat kekecewaannya bertambah, dia ingin mencari pelarian, dan secara iseng mendownload sebuah aplikasi kencan, dan disana dirinya bertemu dengan Lily yang sesuai dengan kriterianya.
Hingga terjadilah hari ini. Meski sedikit gamang karena harus melanggar prinsip tapi dia tak tahu lagi harus melampiaskan kemana semua beban hatinya.
Kini tatapannya semakin tak berkedip kearah Cameella yang semakin lincah meski peluh telah menetes di tubuhnya.
Hingga tanpa sadar dia beranjak berdiri dan mendekat kearah Cameella yang menebar senyum manis kearahnya.
Dengan langkah panjang, Alex mendekat kearahnya dan memeluk Cameella dengan erat, dekapan hangat pria itu membuat Cameella terdiam sejenak.
Hembusan nafasnya menghangat di leher jenjang Cameella, hingga akhirnya Cameella membalas pelukan itu.
Merasakan lengan kecil memeluknya hangat membuat Alex mengangkat tubuh mungil itu keatas ranjang, dan dengan lembut dia menikmati bibir mungil lembut milik Cameella.
Entah siapa yang memulai tampak keduanya bergumul mesra di atas ranjang, hingga membuat pria itu mendesis merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan.
"Oughh! Shiiiiiitttt…Aku belum pernah merasakan seperti ini lily. Kau membuatku hampir gila merasakan sensasinya…”
Lalu keduanya terkapar lemas di sisi ranjang. Alex memiringkan tubuhnya dan memeluk gadis dengan kecantikan bak dewi yang baru saja membawanya kepada petualangan yang memabukkan.
Entah mengapa, seketika beban di dadanya menghilang tak berjejak. Dia merasa ringan.
“Makasih, Ly. Kau membuatku menjadi sosok yang berbeda dalam sekejab…aku tak tahu harus bagaimana membalasmu…” bisik Alex sendu.
Cameella mendongak sembari melempar senyum kearah pria yang kini berwajah cerah.
Cameella membelai pipi pria yang berumur tak berbeda terlalu jauh dengannya. Sembari menggeleng.
“Berbahagialah karena semua berhak merasakan kebahagiaan…” bisik Cameella sontak membuat Alex mendekap erat wanita penghibur di pelukannya sembari menitikkan air mata.
Bagaimana mungkin seorang wanita penghibur bisa mengobati seluruh lukaku?! Bagaimana mungkin dia yang mengatakan demikian? Haruskah…ahh, entahlah!
Alex menghela nafas panjang. Lalu dia melirik jam di pergelangan tangannya, tampak wajahnya kembali mendung, karena menyadari waktunya akan berakhir dengan wanita di hadapannya.
Dia teringat akan perjanjiannya dengan wanita ini, untuk berkencan dengannya selain menunggu jadwal, juga tidak bisa melebihi tiga jam. Dan itu sudah dia sepakati, karena dia berfikir di awal berkencan dengan wanita penghibur tidak akan se-sepesial ini. Siapa sangka dirinya merasakan sensasi yang berbeda. Sensasi yang tak pernah dia rasakan seumur hidup.
Siapa sangka kebersamaan dengan wanita ini telah melebihi perjanjian. Dan dia menjagi enggan untuk berpisah.
Seketika hatinya menjadi egois dan ingin memiliki wanita itu, tapi dia teringat akan pernikahan kelamnya. Yang tak akan mungkin membuatnya mempunyai simpanan.
“Ly…” panggilnya hangat.
“Hmm…” jawab Cameella tak kalah manja, hingga membuat Alex semakin terkesima di buatnya.
“Apakah kamu menyadari, bahwa waktu kita melebihi dari ketentuan?” tanya Alex dengan hati-hati.
“Emm…lebih sedikit gak pa-pa, Tuan…” jawab Cameella lagi.
“Ly…” bisiknya lagi membuat Cameella mendongak, menatap mata teduh yang berubah menjadi mendung.
“Hmm…” jawab Cameella lagi.
“Kenapa setiap pertemuan harus ada perpisahan? Tidak adakah sedikit saja keadilan itu…” lanjutnya dengan helaan nafas berat.
“Maksudnya?” tanya Cameella lagi, lalu seketika dia memperbaiki jawabannya, karena teringat bahwa klien-nya sedang mencurahkan perasaannya tentang kisah cinta semasa SMA yang tak di restui karena berbeda kasta.
Sang klien yang dari keluarga konglomerat, sedangkan sang kekasih hanya wanita biasa putri pengurus sanggar, membuat hibungan mereka di tentang pihak keluarga.
“Ohh,itu. Bukan mengapa setiap pertemuan ada perpisahan, tapi mengapa setiap perpisahan itu menyakitkan…” jawab Cameella sembari menatap lembut wajah mendung itu.
“Percayalah, bahwa semua yang terjadi di dunia ini, adalah yang terbaik untuk kita, kalau misalnya beberapa tahun ini, Tuan merasa berat karena perpisahan itu, dan merasa perpisahan itu kejam terlebih karena campur tangan keluarga, tapi lihatlah hikmah di balik itu semua. Tuan bisa menikahi penyanyi terkenal, meskipun tanpa cinta. Tapi Ly yakin, suatu hari lagi akan ada masa kalian bisa saling mencintai. Jadi jangan patah arang. Jalani semua dengan penuh keikhlasan, oke…” jawab Cameella dengan bijak.
Alex tampak menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.
“Mungkin aku yang terlalu naif, tapi aku merasa di permainkan dengan pernikahanku. Semua mementingkan diri masing-masing, termasuk keluargaku yang terlalu mementingkan perjanjian perjodohan, tanpa memperdulikan diriku yang terluka…” ucap pria tampan itu lagi sembari menghembuskan nafasnya.
“Jangan berkata seperti itu, semua akan baik-baik saja setelah ini, Ly percaya itu. Jadi jangan menyerah, teruslah semangat…” bisik Cameella lagi membuat pria itu melumat bibir mungilnya.
Haii bebz….
Jangan lupa follow akun dreame / innovelku yah.
Igku juga @weena_young