Pria berkacamata

1028 Kata
" Dik, semua sudah mulai normal, tapi sepertinya kamu dehidrasi, sebaiknya perbanyak makan dan minum, jangan lupa istirahat yang cukup, ingat seberat apapun permasalahan semua akan baik-baik saja selagi tubuh kita sehat, jadi kamu harus lebih memperhatikan kesehatanmu mulai sekarang. Setiap permasalahan pasti akan ada jalan keluarnya, sepelik apapun itu, Oke? sepertinya kakak harus segera pergi, karena kakak ada ujian hari ini, kamu lekas sembuh ya, jangan lupa chek up semuanya begitu ambulance datang, maaf gak bisa lama menemani kamu sampai ambulance datang, kakak permisi dulu ya.." Cameella terpesona dengan tiap kalimat yang di ucapkan oleh pria itu, bak magic kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir pria itu membuka cahaya yang terang benderang sehingga mampu menatap jalan menuju masa depan di gelapnya kehidupan semenjak kematian sang ibu yang tergolong tragis. Bagaimana tidak? Kematian sang ibu yang tanpa pertolongan maksimal dari team medis karena keterbatasan biaya yang mereka miliki, hingga membuat Cameella merelakan sang ibu berakhir di kamar rawat inap, tanpa sempat melakukan operasi. Membuatnya merasa putus asa dan kehilangan semangat hidup. Belum sempat Cameella mengucapkan terima kasih kepada pria yang telah menolongnya, tapi pria itu sudah pergi dan menyelipkan beberapa lembar uang seratus ribuan di saku celana Camella. Cameella menyadari bahwa pria itu tak lagi di sisinya. Lalu dia memaksakan diri membuka kelopak matanya. “ Aduh!” Keluhnya sembari memegangi kepalanya, dia melihat sekeliling, dan tak melihat siapapun. Mimpikah aku? Cameella menatap balutan rapi di lengan dan lututnya. Semakin yakin bahwa dia tidak sedang bermimpi, ataupun berhalusinasi. Benar, aku jadi korban tabrakan dan pria tadi, tidak. Malaikat penolongku, maksudnya, dia lah yang membalut lukaku. Aku harus mengucapkan terima kasih dan setidaknya melihat wajahnya, agar aku kelak bisa membalas kebaikannya. Dengan tekad yang bulat dan mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa, Cameella bangkit dan mencari sekeliling. Terlihat seorang pria mengenakan kemeja putih dan membawa kotak P3K. Itu, Dia. Ayo kejar Mill… Bisiknya dalam hati mencari sumber kekuatan di hatinya. " Kak, tunggu! " Pekik Cameella sembari tertatih berusaha mengejar pria yang tengah berjalan menuju mobilnya terparkir. Kebisingan jalanan siang itu membuat suaranya tenggelam diantara klakson dan suara mesin kendaraan yang melintas, hingga membuat suaranya tak akan terdengar oleh pria penolong itu, terbukti pria itu terburu-buru dengan setengah berlari menuju mobil mewah yang dia kendarai. Cameella, ayo kejar penolongmu, dan ucapkan terimakasih. Cameella tertegun sejenak menatap pria itu, dengan tertatih dia kembali mengejar pria itu, tapi tenaganya yang masih minim membuatnya bergerak dengan lambat, hingga mobil mewah itu telah melaju perlahan menjauh, samar-samar matanya tertuju pada sticker di belakang mobil yang bertuliskan sebuah Universitas " KingsQueen University" Meski dengan langkah tertatih, Cameella terus maju, dia hendak menghafal plat nomor kendaraan mobil pria penolongnya itu, tapi sayangnya untuk berjalan saja dia kesusahan karena lukanya. Andai saat itu dia bisa berlari, pasti dia dapat mengejar mobil itu. Sesal tak akan ada gunanya, toh pada akhirnya saat ini dia tak bisa melihat berapa plat lengkap mobil itu, hanya sepenggal angka, warna dan ciri khas mobil, yang akan mustahil di cari dalam waktu cepat di kota sepadat Jakarta. Cameella melihat kondisi dirinya yang kucel dan tak terurus, dengan baju lusuh dan rambut acak-acakan serta sandal jepit yang dia kenakan untuk setiap hari perjalanan kemakam ibunya, membuatnya malu pada diri sendiri. Pantes pria tadi segera kabur, tampangku seperti ini ternyata. Mungkinkah dia menganggapku sebagai gembel, hingga dia enggan dekat denganku, tapi, tidak! Dia menolongku tanpa pamrih. Cameella tersenyum, lalu dia merogoh kantong celananya dan merasa ada yang aneh. Dia meraihnya. Uang? Dia bahkan memberiku uang! Ohh, aku harus membayar semua kebaikannya. Harus! Apapun yang terjadi. Ia meneruskan perjalanannya untuk pulang walau tertatih-tatih. Lupa akan pesan yang di sampaikan oleh sang penolong bahwa dia telah memanggil ambulance untuk menolongnya. Aku, bukan tak ingin menunggu ambulance, Almarhumah mama aja kemarin terabaikan di rumah sakit, gimana aku yang berpenampilan gembel gini, di tambah uangpun tak punya. Sedangkan pria tadi banyak menyebut yang harus aku periksa. Cameella bukan tidak ingin menunggu ambulance, dia memikirkan bagaimana nanti caranya membayar pengobatannya, teringat pengalaman buruknya bersama sang ibu, yang terlantar di rumah sakit karena masalah biaya, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak menunggu ambulance rumah sakit. Dia terus berjalan menuju rumah yang telah tergadai di Bank. Sepanjang perjalanan dia mengumbar senyum. Senyum yang telah lama hilang dari wajahnya, kini muncul kembali. “ Senyum-senyum sendiri, dapet rejeki nomplok lo? Kalau gitu, cicil donk utang nyokap lo ke gue!” Sapa sebuah suara yang merupakan malapetakan baginya. Mendengar suaranya saja, Cameella bergidik merinding. Apalagi melihat wajanya, dia merasa mual. “ Di ajakin ngomong, diem bae lo? Bosen hidup lo? Atau jangan-jangan ngerasa kuat lo, mo ngelawan gue dan bokap gue?” Celetuk Zavier, putra sang rentenir tempat almarhumah ibu Cameella meminjam uang untuk melanjutkan hidup dan biaya pengobatannya. Siapa sangka, keluarga Zavier adalah preman semua, sehingga peraturan semena-mena yang di keluarkan oleh sang rentenir tidak akan ada yang berani melawan. Duh! Mimpi apa aku? Mengapa kebahagiaanku selalu berakhir di hadapan iblis satu ini? Dia merenggut semua kebahagiaan dan ketenanganku di dunia ini Cameella mempercepat langkahnya dan terus menunduk. Sejak pertemuannya hari ini, dengan pria itu, ia tekad dalam hati bahwa suatu hari nanti ia harus bertemu dengan orang itu, dan mengucapkan terima kasih atas pertolongannya dan membalas kebaikan orang tersebut. Cameella terus berjalan tertatih hingga sampai kerumahnya, ia merogoh saku celananya dan memeriksa lembaran uang ratusan ribu di saku celananya. Dia tersenyum bahagia, membayangkan malaikat penolongnya, yang telah bersedia menolong dan menyelipkan uang di sela - sela krisis ekonomi yang tengah dia rasakan. Sejak peristiwa hari ini, merupakan awal timbulnya niat di hati Cameella untuk mendaftar kuliah walau dirinya saat ini sudah nganggur satu tahun. Cameella adalah Gadis yang sangat cerdas di sekolahnya, dirinya menjadi pemenang Olympiade Matematika dan Fisika di tingkat Nasional. Dan sejak saat itu, Cameella memutus kan untuk berjuang bagaimanapun caranya agar dapat kuliah di Universitas yang sama dengan orang tadi, Walaupun belum tentu orang tadi kuliah disana setidak nya Cameella mendapat sedikit petunjuk jika nanti nya berada di kampus itu. Bisa jadi dia akan berkeliling setiap hari mengecek satu persatu mobil yang terparkir di kampusnya. Yang jelas tekad nya adalah bangkit dari keterpurukan dan kuliah di kampus tersebut. Apapun akan dia tempuh demi tekadnya untuk bertemu malaikat penolong nya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN