10. Guna-guna Istri Tua

1152 Kata
Kimmy tak berkedip menyaksikan bibir Satryo mendekatinya.  Dia pikir pemuda berkulit gelap itu akan menciumnya, ternyata malah berbisik. “Ada Juragan, diam!” Kimmy mengangguk.  Pasti Satryo ndak ingin ketauan majikannya membawa wanita ke dalam kamarnya, tapi kalau demikian ... buat apa lelaki itu malah membawanya kemari?  Aneh!  Kecuali, dia ingin menyembunyikan keberadaan Kimmy di rumah ini dari Juragan Wardoyo.  Tok, tok, tok. Terdengar ketukan di pintu kamar Satryo. “Sat, kamu laopo di dalam kamar?” Kimmy yakin yang bertanya diluar adalah Juragan Wardoyo.  Jantungnya berdebar semakin cepat.  Apa dia curiga Satryo membawanya kemari?  Dicubitnya lengan Satryo lantas bertanya tanpa suara Sekarang bagaimana? Satryo tak menjawabnya, otaknya berputar cepat.  Begitu telinganya yang tajam mendengar tuannya membuka pintu kamarnya, bibirnya segera menyambar bibir Kimmy.  Dia terus mencumbu Kimmy sembari menutupi pandangan tuannya dari gadis itu. “Eladalah, dicariin tambah asyik ng*ntot sama perempuan,” celetuk Juragan Wardoyo sembari terkekeh mes*m.  “Sat, begitu selesai cepat temui aku!” Satryo mengangkat sebelah tangannya, pertanda dia mendengar perintah tuannya.  Begitu Juragan Wardoyo pergi, Satryo menghentikan ciumannya. PLAK!  Kimmy menampar pipi pemuda itu. “Dengan alasan apapun, kamu tak boleh sembarangan menciumku terus, Mas!  Kamu pikir aku ini wanita g*mpangan!” Kimmy kesal, sekali dua kali masih tak apa.  Sepertinya sudah menjadi kebiasaan, tiap bertemu pemuda ini menciumnya ... meski dengan alasan darurat.  Astaga, Kimmy takut hatinya goyah.  Dia merasa bersalah pada tunangannya yang sangat baik dan sempurna.  Nicholas yang menunggunya dengan setia di kota. “Maaf,” ucap Satryo singkat.  Dia bangkit berdiri, memeriksa di luar kamarnya.  Setelah merasa aman, dia meminta Kimmy pergi. “Pergilah.  Lewat ladang, jangan melalui rumah.” Kimmy tersinggung, seakan dia wanita penghibur yang diusir setelah dipakai.  Dia menengadahkan tangannya ke hadapan Satryo sehingga pemuda itu mengernyitkan keningnya, tak paham. “Bayaranku.   Telah mengizinkan kamu ng*ntot diatas badanku.  Heran, kentut aja suruh bayar!” sindir Kimmy.    Gadis itu tak tahu bahwa yang dimaksud ng*ntot adalah kata kasar dan vulgar yang berarti bersetubuh.  Satryo menahan tawanya, Kimmy gemas melihatnya. Buk!  Dia memukul perut Satryo agak keras. “Tertawai aku terus, awas ng*ntot!” sarkas Kimmy. Satryo tak bisa menahan tawanya, tapi buru-buru ditutupnya supaya tak memancing perhatian orang rumah.  Sepertinya Kimmy tak bisa dibiarkan bebas kelamaan disini.  Satryo akhirnya menyeret gadis itu pergi, dia harus memastikan Kimmy jauh dari rumah ini.   ==== >(*~*)   Kematian Mirah menghebohkan desa Gayam.  Banyak dugaan yang mampir ke kepala warga desa.  Ada yang bilang Mirah disantet orang, ada yang bilang Mirah terkena penyakit kelamin, juga ada yang bilang Mirah tewas karena guna-guna istri tua.  Dugaan terakhir yang paling banyak berkembang di masyarakat.  Apalagi ada yang menyebarkan gosip, kematian Mirah sangatlah mengenaskan.  Perempuan itu seakan dibuang, dipindahkan ke kamar belakang yang terpencil karena keluarga tak tahan dengan bau busuk tubuhnya yang menyengat, tak dirawat dengan baik.  Bahkan saat meninggal tak ada yang menengok, lantas dimakamkan ala kadarnya seakan membuang daging busuk. Juragan Wardoyo yang merasa penasaran dengan kematian mantan simpanan tersayangnya, akhirnya terpengaruh dengan rumor yang tersebar di masyarakat.  Dia mencurigai istri- istrinya.  Di antara mereka siapa yang tega melancarkan guna-guna istri tua? Istri pertamanya yang pendiam, kalem dan menjauhi kebisingan tak mungkin melakukan itu.  Jadi pasti istrinya yang lain, selain Kinanti.  Apakah Lusi?  Apakah Denok?  Apakah Nia?  Rasanya bukan Denok, istri ketiganya itu terlalu cuek dan labil.  Dia bukan tipe perempuan yang dapat memikirkan siasat jahat seperti ini.  Jadi, mungkin Lusi, atau Nia, atau keduanya.   Juragan Wardoyo harus menyelidikinya, untuk itu dia telah memerintahkan Satryo untuk mengawasi kedua istrinya itu. Sementara, setelah kehilangan Mirah ... Juragan Wardoyo mengalihkan perhatiannya pada Denok.  Perempuan manis itu sering diajaknya kelon dibanding istrinya yang lain.  Tentu hal itu menimbulkan iri bagi istrinya yang lain. “Lihat tuh, ada yang memetik keuntungan dari kematian jalang murahan itu.  Gayanya!” celetuk Lusi nyinyir saat melihat Denok melintas dengan rambut basah dan p****t bergoyang megal-megol. “Sombong banget!  Mentang-mentang sekarang jadi kesayangan Mas Wardoyo.   Ta doakan mengalami nasib yang sama seperti Mirah!  Kapok!” timpal Nia. Mendadak Nia mengernyitkan dahinya, seakan tengah memikirkan sesuatu. “Mbakyu, kok aku kepikiran sesuatu.  Apa sampean ndak berpikir, mungkin saja yang menyantet Mirah itu adalah Denok!  Siapa toh yang memetik keuntungan kalau Mirah tewas?  Dia toh?”  “Aku ndak yakin, tapi benar atau ndak ... kita sebarkan saja berita burung ini.  Biar busuk namanya!  Siapa tahu setelah itu Mas Wardoyo ndak berminat padanya.” “Wah, iyo!  Mbakyuku memang pinter!” Kedua wanita culas itu tertawa senang, tanpa menyadari bahwa orang yang mereka bicarakan mendengar rencana jahat mereka.  Hati Denok mendidih.  Dia adalah orang yang cuek dengan sekelilingnya, tapi kalau berkaitan dengan hal yang merugikan kepentingannya ... Denok tak bisa bersikap acuh lagi.  Mereka harus diberi pelajaran! Denok mengambil ember berisi bekas air pel, lantas membawanya mendekati kedua madunya yang jahat.  “Memang kalian itu busuk!  Pantasnya perempuan berhati kotor seperti kalian disiram pakai air pel!” BYUR!! Lusi dan Nia menjerit histeris ketika mereka disiram air bekas pel oleh Denok.  Tak mau terima begitu saja, kedua perempuan itu mengeroyok Denok.  Mereka menjambak rambut Denok.  Untung Denok punya kekuatan lebih, tak rugi memiliki tubuh tambun.  Dia mendorong kedua wanita itu hingga mereka terjatuh ke lantai.  “Hiaaat!”  Sambil berteriak, Denok melompat dan menjatuhi kedua madunya dengan tubuhnya yang besar. BUK! Lusi dan Nia mendelik karena tertimpa beban dua karung beras besar.   ==== >(*~*)   Malamnya Denok mengadu pada lelakinya, Juragan Wardoyo. “Aku dituduh yang ndak-ndak, Mas.  Moso aku dibilang mengirim santet pada Mirah?   Lah, aku wae ndak pernah ke dukun.  Ngirim santet dari Hongkong?” gerutu Denok sebal. Istri ketiganya ini berparas manis, meski tubuhnya agak tambun, tapi tak masalah bagi Juragan Wardoyo karena tingkah lucu Denok sering membuatnya terhibur. “Biarkan saja toh, Nok!  Mereka cuma sirik.”  Juragan Wardoyo menanggapi sekedarnya.  Dia sedang menggaruk burungnya yang gatal.  Akhir-akhir ini kelaminnya sering gatal, padahal dia rajin membersihkannya.  “Ish, Mas.  Aku ojo dipanggil Nok.  Risih kupingku mendengarnya, Mas.  Kayak opo wae.  Nok ... Nok ... emang Nonok?  Ndak sudi aku disamakan sama Nonok.” “Sopo iku Nonok?” tanya Juragan Wardoyo sembari melepas celananya. “Nonok iku orang gila di desa kita, Mas.  Anak Bu Maimunah,” jawab Denok sembari melirik suaminya.  Matanya membesar melihat lelakinya telah mengeluarkan perkakasnya. “Mas, mau ngasih jatah toh?” “Gatal, Nok.  Ayo garuki!” perintah Juragan Wardoyo. “Pakai apa, Mas?” pancing Denok kenes.  “Mulut, tangan atau m***k Denok?” Beberapa saat kemudian mereka telah gelut di ranjang setelah acara garuk burung selesai dilaksanakan.   Denok tak tahu bahwa malam itulah terakhir dia kelon dengan suaminya. Paginya dia bangun dengan rasa gatal luar biasa di selangk*ngannya.  Spontan dia menggaruk kewanitaannya, begitu heboh karena semakin digaruk semakin gatal rasanya.   Sampai dia merasa tangannya berlendir.  Denok menjerit ketika melihat tangannya berlumur nanah busuk.  Dia mengamati kelaminnya, dan langsung pingsan begitu tahu kelaminnya bernanah dan mulai membusuk. Denok tahu ajalnya segera tiba, mengikuti jejak perempuan Juragan Wardoyo sebelumnya ... Mirah!   ==== >(*~*) Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN