MENJEMPUT ERA

559 Kata
Siang itu Azzam menemui Era di rumahnya usai berpamitan pada Arum dan Bagas,ummi dan abinya. Azzam mengenakan setelan atasan kuning gading dan bawahan celana kain hitam. Ia tampak seperti lelaki dewasa padahal usianya belum genap dua puluh tahun. "Cakepnya anakku.... " Arum menggoda Azzam. Azzam tersenyum. "Azzam berangkat dulu ya, Um. " "Iya, Nak. Jangan lupa jaga hatimu ya.. " "Siap, insyaAllah. " Azzam pun berlalu. Ia mengendarai mobil menuju rumah Era, alasannya risih berboncengan dengan Era tidak enak dilihat Allah... Arum tersenyum saat mendengar kalimat itu. Azzam semakin jauh meninggalkan rumah menuju rumah Era. Sesampainya disebuah rumah yang berada dalam gang sempit, Azzam mengucapkan salam. Era muncul dengan celana hitam dan atasan panjang juga jilbab yang senada dengan warna bajunya. "Mamah dan abahmu mana? " "Abah garing dijagai adink, (abah sakit sedang dijaga adik). Mamah ada di depan. " Era menunjuk ujung gang rumahnya. "Ya sudah, kalau begitu kita ijin mamah mu dulu terus berangkat ke rumahku. " "Oh, maaf lupa. Ini uang yang kamu minta untuk pengobatan ayahmu. Kata ummi ini buat kamu bukan dipotong gaji. " Azzam kemudian menyodorkan amplop berwarna coklat berisi uang senilai satu juta lima ratus ribu. Tadi saat Azzam menghubungi Era bahwa ia boleh bekerja di rumahnya Era minta gaji pertamanya lebih dulu untuk membawa abahnya ke rumah sakit. Beruntung Arum punya uang cadangan hingga dengan mudah meloloskan permintaan Era melalui Azzam. "Ya Allah... terimakasih nanti Era berikan mamah. Merekapun berjalan bersisihan menuju mobil Azzam sambil menjumpai mama Era yang sedang mencuci di 'batang'. Batang adalah sebuah tempat yang terbuat dari kayu yang berada di atas sungai,biasa digunakan masyarakat sekitar untuk tempat mandi, cuci-cuci juga buang hajat. "Mah..." teriak Era. "Iya tunggu. " Wanita setengah tua itu menaiki tangga menuju daratan, mendekati Era dan Azzam. "Mah, aku berangkat. " "Hati-hati jaga dirimu, jaga kehormatan mu juga. " "Iya, Mah. Ini ada titipan dari umminya mas Azzam. " Era menyodorkan amplop coklat berisi uang yang tadi ia terima dari Azzam. "Alhamdulillah... "Mamah menimang uang itu matanya berkaca-kaca. Ada sembilu membungkus hatinya. Lukanya karena hidup yang tak indah telah membuat goresan yang luar biasa di hatinya. Wanita itu mengusap pipi Era penuh cinta sambil berkata. "Maafkan mamah dan abah ya, Nak. " Era tersenyum, menjabat lengan mamahnya sambil berpamitan menuju mobil yang dikemudikan oleh Azzam. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam dan tenggelam dengan perasaannya masing-masing ia merasa ada sebuah semangat baru untuk dirinya. Agar ia lebih giat bekerja untuk ummi dan adik-adiknya juga untuk Era. Era adalah wanita pertama yang sempat menyentuh hatinya. Era adik kelas Azzam semasa sekolah menengah atas. Era adalah wanita yang baik. Ia sangat mengerti kesulitan orang lain di samping wajahnya yang manis, kulitnya khas perempuan Indonesia. Hidungnya mancung dan matanya bening. Era sempat menangis karena ayahnya sakit keras dan harus berobat setiap hari ke dokter hingga ia terancam putus sekolah. Air mata Era membuat Azzam tidak tega, beruntung ummi mengijinkan Era bekerja disana. Meski sebenarnya Azzam resah, ketidak percayaannya pada abinya membuat ia berpikir seribu kali untuk mengiyakan tawaran umminya. Namun tidak ada pilihan lain ia harus mengiyakan untuk sementara waktu sampai Era lulus sekolah dan ia punya tabungan baru ia bisa membawa Era keluar dari rumah dan membangun hidupnya sendiri. Rumah Azzam telah tampak di depan mata, Azzam mengajak Era turun dan melangkah menuju rumah. Sedang lazuardi telah merubah warna hatinya, berharap semua bisa menjadi baik. .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN