Bab 4

2476 Kata
Happy Reading   ***   Hari Minggu pagi Anya membuka matanya secara perlahan, kepalanya pusing efek kurang tidur. Anya menyandarkan punggungnya di sisi tempat tidur. Ia mencari ponsel yang ia letakan di dekat bantal. Lalu ia mendapati apa yang ia cari, Anya menatap layar persegi  melihat ada dua panggilan tidak terjawab dan dua pesan masuk, dari nomor yang tidak dikenal. Padahal ia berharap bahwa Teguh menghubunginya. Tatapan Anya beralih ke arah jam digital di sana menunjukkan pukul 08.10 menit, lalu membaca pesan singkat itu. “Morning Anya, ini aku Armand. Masih ingat?” “Apa kita bisa bertemu hari ini?” Armand. Anya mereganggkan otot tubuh, ia lalu melangkah menuju gorden yang masih terutup rapat dan membuka sedikit, agar cahaya matahari masuk. Anya duduk di sofa, ia menatap layar leptop yang terbuka, ia menghidupkan radio online melalui leptopnya, agar suasana tidak terlalu sepi. 7 Point JK, Jakarta Radio. More than just speak. Masih bersama Chandra dan juga Jesen  di SIMOGI  Siaran Morning Pagi. Hai.. Jakarta Radio apa kabar? masih pada sehat kan hari ini? pokoknya tetap jaga kesehatan yah biar bisa tetap beraktivitas. Terutama yang ada di Ibukota Jakarta nih, yang lagi pada kejebak macet, terus yang berebutan lift di kampus atau kantornya yang hari Minggu nya di suruh ngantor, pasti harus tetap semangat, jangan pada loyo dong. Karena pada pagi kali ini,  kita akan membahas tentang musik dan pengalaman lucu kamu biemers, yuk share juga pengalaman kamu tentang musik  atau apa saja hal lucu yang pernah kamu alami di Jakarta Radio, atau WA di 0812000023 but also, don't go anywhere, Keep staytune Rakarta Radio. *Song Senorita Shawn Mendes Jujur hingga sekarang Anya tidak pernah bosan mendengarkan siaran radio, walau banyak sekali aplikasi atau platform music digital yang ada di smartphone. Namun baginya radio memiliki ciri khasnya tersendiri. Ada celotehan penyiar yang membuat mood menjadi lebih baik dan bahkan tertawa setiap mendengarnya. Baginya Radio sampai sekarang tidak pernah membosankan. Bagi Anya penyiar radio juga menjadi teman dalam perjalanan, bahkan bermacet-macetan di jalan. Banyak lagu-lagu terupdate dan berita terkini setiap jam nya. Mulai dari berita lalu lintas, berita artis dan sampai berita terupdate apa yang sedang terjadi di Indonesia. Anya duduk di ia masih ingat bahwa kemarin ia berkenalan dengan pria bernama Armand. Pria itu adalah tetangganya. Anya lalu membalas pesan singkat itu. “Hai, sorry baru balas, aku baru bangun” Beberapa detik kemudian pesan masuk. “Tidak apa-apa. Boleh aku telfon kamu?” Anya menyimpan nama Armand di kontakk ponselnya, ia kembali berpikir dan membalas pesan singkat itu, “Boleh”. Semenit kemudian, “Armand Calling” Anya menggeser tombol hijau pada layar, ia bersandar di sofa, mengambil air mineral botol dan lalu meneguknya. “Hai, apa kabar” Anya mendengar secara jelas suara berat dari balik speaker. Anya meletakan botol di meja, “Baik, kamu?” “Baik juga. Aku gangguk nggak?” tanya Armand, ia mendengar suara Anya khas bangun tidur. “Enggak kok. Kamu lagi apa?” tidak sopan rasanya jika ia tidak menanggapi ucapan Armand. “Aku baru selesai breakfast. Kamu ada di rumah?” Anya menarik nafas, “Aku udah pindah sih dua tahun yang lalu, kadang-kadang pulang ke rumah mama, kalau kangen masakan mama” ucap Anya. “Oh ya, pindah di mana?” tanya Armand penasaran, ia melangkah menuju kitchen, meletakan piringnya. “Taman Anggrek Residence” ucap Anya. “I see, itu di Grogol ya” “Iya. Kamu di rumah?” tanya Anya penasaran. “Enggak, aku di apartmen aku sih” Alis Anya terangkat, ia pikir Armand tinggal di sana bersama orang tuanya, “Apartemen mana?” tanya Anya penasaran.   “Aku di apartemen Keraton, enggak terlalu jauh sih kalau ke tempat kamu” Mendengar apartemen Keraton Anya sedikit shock, karena ia tahu bahwa apartemen di sana merupakan salah satu dari sepuluh apartemen mewah yang di Jakarta. Dan ia berpikiran ratusan kali tinggal di sana, karena harga termurah ditawarkan 33 milyar-45 milyar setiap unitnya. Ia tidak percaya begitu saja jika Armand hanya bekerja di pertamina sebagai karyawan walau dia memiliki jabatan tertinggi di sana sanggup memiliki unit di apartemen Keraton, mungkin pria  itu memiliki usaha SPBU diberbagai daerah. “Sudah lama kamu tinggal di sana?” “Lumayan, sekitar 6 tahun” Jujur awalnya ia memang tidak terlalu tertarik dengan Armand, karena terlalu biasa menurutnya. Namun mendengar pria itu tinggal Apartemen Keraton, ia yakin finansial Armand cukup baik. Sebagai seorang wanita ia sangat menyukai pria mapan. Bukan soal materialistis atau hanya melihat dari finansialnya saja, tapi pada dasarnya setiap wanita menginginkan kepasitian akan masa depannya. Menurutnya ppria yang mapan juga tidak akan menggantungkan hidupnya pada orang lain, dan  pandai mengatur finansial. Pria mapan juga sangat erat hubungannya dengan investasi. Ah, pantas saja Aramand tidak mengenal dirinya, karena dia tidak memiliki waktu untuk sekedar bermain ponsel seperti pria pengangguran. Kini Anya menyadari ia sudah berspekulasi dengan pria bernama Armand. “Lama juga ya” “Iya seperti itu lah. Aku mau ngajak kamu brunch hari ini” “Brunch di mana?” “Kamu mau dimana?” Armand memberi opsi kepada Anya. “Sophie Authentique, aja gimana?” ucap Anya. Alis Armand terangkat, sebenarnya ia tidak terlalu hafal restoran-restoran yang ada di Jakarta, karena sudah menjamur dan sangat banyak “Itu di mana?” “Thamrin” “Yaudah kalau gitu, kamu siap-siap, satu jam lagi aku jemput kamu” “Iya” Sambunganpun terputus begitu saja. Anya lalu bergegas langsung menuju kamar mandi. Ia harus move on dari Teguh. Ia pernah membaca artikel cara melupakan mantan yang paling cepat yaitu dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan berkenalan dengan orang baru. ***   Beberapa saat kemudian, Anya menyelesaikan ritual mandinya, ia membuka lemari, ia memilih off-shoulder mini dress berwarna nude dengan motif floral. Dress ini sangat cocok untuk mengawali harinya. Rambut panjangnya ia blow, dan makeup tipis ia usap di wajahnya. Anya memandang penampilannya di cermin dan tidakk ada kekurangan apapun di wajahnya. Anya melihat ponselnya, ada beberapa pesan masuk dari Armand. “Aku sudah di Apartemen Taman Anggrek, aku lupa menanyakan apartement kamu tower apa?” Armand. Anya lalu membalas pesan itu, “Tower Espiritu, nanti tanya aja ke security. Aku tunggu kamu di lobby” Anya klik send dan pesanpun terbaca oleh sang pemilik ponsel. Anya lalu memasukan ponsel, lip cream dan eyebrow ke dalam tasnya. Setelah semuanya selesai Anya melangkah menuju lift. Ia melihat sepatu Silvi di rak sepatunya. Managernya itu pasti belum bangun, mungkin lembur karena banyak sekali pekerjaanya. Anya memencet tombol dasar, Karena ia akan menuju lobby. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka. Anya menarik nafas agar menenangkan hatinya untuk bertemu dengan Armand. Lobby utama seperti biasa sepi, hanya security dan receptionis yang berjaga. Langkah Anya terhenti memandang seorang pria yang baru masuk masuk. Pandangan mereka bertemu, saling berpandangan satu sama lain. Anya melihat Armand di sana, pria itu mengenakan kaos hitam dan celana jins. Pria itu tersenyum menyadari kehadirannya. Armand menatap Anya, wanita itu seperti biasa sangat cantik. Dia mengenakan dress mini dengan bahu terbuka, ia suka style pakaian Anya dan terlihat sangat fashionable. Kulit Anya memang tidak putih seperti mantan-mantannya, namun nampak sahat dan terawat. Tulang selangka menonjol pada tubuh Anya membuat, wanita itu sangat sexy. Armand melangkah mendekat, dan ia berikan senyum terbaiknya. “Hai” ucap Armand. “Hai” Anya tersenyum. “Aku baru aja nyampe” “Iya” Anya menatap mobil BMW berwarna hitam terparkir di depan lobby, Anya yakin Armand lah sang pemilik mobil mahal itu. “Kamu cantik sekali hari ini” Armand memberi pujian kepada Anya, lalu mereka melangkah keluar dari lobby. “Terima kasih” “Macet nggak?” tanya Anya. “Nggak, mungkin karena weekend” Anya benar, ternyata sang pemilik mobil mahal itu adalah Armand. Armand membuka hendel pintu untuk Anya. Anya mendaratkan pantatnya di kursi. Ia lalu memasang sabuk pengaman begitu juga dengan Armand. Semenit kemudian mobil meninggalkan area tower apartemen. Anya melihat Armand menghidupkan radio dan music mengalun sepanjang perjalanan. “Aku pikir kamu masih tinggal di rumah orang tua kamu” ucap Armand membuka topik pembicaraan. “Ya nggak lah, enggak enak juga kalau tinggal kelamaan bareng orang tua. Seumuran aku sudah harus keluar dari rumah, memiliki kehidupan sendiri, tanpa bergantung dengan orang tua” “Kadang sih aku pulang, kalau kangen mamah” ucap Anya lagi. “Aku juga, kadang-kadanga aja” “Kenapa milih tinggal di apartemen” tanya Anya. Armand melirik Anya dan lalu berpikir, “Lokasi lebih strategis, dan deket kemana-mana. Sebenarnya aku ada rumah sih, namun aku akan pindah ke sana jika  aku sudah berumah tangga. Untuk masih bujang seperti ini, apartemen masih pilihan utama untuk tinggal” “I see, dan apartemen lebih privacy” ucap Anya. “Iya kamu benar” “Sejauh ini aku tinggal di apartemen cukup nyaman” Armand melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 10.01 menit. Armand melirik Anya, wanita itu bersandar di kursi. “Iya sama aku juga” Armand fokus dengan kemudi setir, menuju jalan Thamrin. Ia melirik Anya yang menatapnya. “Kegiatan kamu sehari-hari apa?” “Kegiatan sehari-hari aku di atur oleh manager aku. Biasa pemotretan, syuting iklan, diundangan podcast ya seperti itu lah, simple-simpel aja. Aku nikmati pekerjaan aku sekarang” “Kamu selebgram?” “Iya bisa dibilang begitu” “Very interesting job” gumam Armand, karena baru pertama kalinya ia berkenalan dengan selebgram. “Artis dan selebgram, apa itu berbeda?” tanya Armand penasaran. Anya tertawa ia melirik Armand, “Beda lah, beda level. Selebgram nggak bisa disejajarkan dengan artis, aku bekennya karena media social aja, buat konten menarik dan positif” “I see, aku penasaran mau lihat  i********: kamu” “Yaudah lihat aja” Armand menghentikan mobilnya tepat di lampu merah. Ia membuka ponsel dan membuka aplikasi i********:. Ia lalu mengetik nama Anya Asmeralda dan pencarian pun ia temui paling atas dan telah terverifikasi centang biru. Armand melihat di sana memiliki 5,7 M follower dan di bawahnya ada tulisan brand ambassador Aroma Kopi. “Kamu brand Ambassador Aroma kopi?” “Iya, baru kontrak beberapa Minggu yang lalu” “God Job, Aku biasa mampir ke caffe Aroma Kopi di rest area”  Armand memandang foto-foto cantik Anya menghiasi akun i********:. Namun foto-foto itu ada beberapa bagian foto sexy yang dipamerkan. Mungkin karena kesexyan itu yang membuat Anya menjadi terkenal. “You're so sexy there” ucap Armand. Lampu merah menyala, Armand menjalankan mobilnya kembali. Anya menatapnya,   “Maksud sexy defenisi aku bukan wanita bertubuh bohai atau wanita yang selalu menggunakan pakaian serba ketat, rok mini. Sexy kamu di sini kamu bisa menonjolkan apa yang ada di dalam diri kamu” Anya tidak menyangka Armand bisa berpandangan cukup positif tentangnya, wawasannya sangat luas dan terdengar sangat cerdas. “Thank you” “Pernah ada tawaran main film atau sinetron?” tanya Armand. “Banyak banget, cuma aku tahan nggak ambil” “Why?” “Nggak mau aja sih, lebih ingin jaga privacy keluarga. Kalau jadi artis nanti disorot sana sini. Untuk iklan aku masih oke lah. Untuk syuting-syutingan aku nggak, ini aja udah cukup kok” “Iya sih, keluarga aku juga nggak mau jika aku dapat istri dari kalangan artis” “Bagi aku privacy itu mahal. Kamu lihatkan di i********: aku, aku tidak pernah memposting foto keluargaku di sana. Itu hanya untuk kerja” “Iya kamu benar” Kini mereka tiba di Sophie Authentique di M.H Thamrin. Armand memarkir mobilnya di area parkiran depan. Armand dan Anya melangkah masuk ke dalam outlet. Dari luar terlihat mungil dan suasana cozy. Pengunjung tidak terlalu ramai dan tidak sepi.  Pelayanannya cukup ramah dan suasana seperti di Paris. Mereka duduk di dekat estalase kaca. Anya memesan caesar salad, café latte, chocolate tarte, dan mini canelle. Dan Armand memesan  croque monsieur, cafe latte, dan canelle. “Kamu kok tau sih tempat kayak gini? Tempatnya homy, seperti di Paris” ucap Armand, karena suasananya terasa lagu-lagu Paris di putar dengan slow, sehingga membuat pengunjungnya nyaman. “Aku pernah ke sini berberapa kali, posting di IG. Pengen brunch ke sini lagi langsung deh ngajak kamu” Beberapa saat kemudian pesan mereka datang. Anya dan Armand saling berpandangan satu sama lain. Anya menyelipkan rambut di telinganya, “Kamu sampai kapan liburnya?” tanya Anya. “Minggu depan aku udah harus balik ke kilang minyak” “Kilannya di mana?” tanya Anya penasaran. “Di Cilacap” “I see” “Tapi aku punya usaha kok” “Apa?” “SPBU” Benar dugaan Anya bahwa Armand memiliki usaha SPBU, fellingnya cukup kuat, karena terlihat jelas pria itu mampu membeli apartemen dan mobil mewah yang dikenakannya. “Keren” Armand lalu tersenyum, “Mungkin aku bekerja sesuai dengan bidang aku dan tidak terlalu susah membangunnya” “Sudah ada berapa cabang?” “Ada lima, tapi nggak ada di Jakarta, semua ada di rest area” “Aku kebanyakan kerja sih kayaknya, makanya sampe sekarang belum nikah” Armand terkekeh, ia menyesap café latte. “Sepertinya. Cari dong, orang kayak kamu mah gampang, pilih-pilih aja udah dapet” “Ya nggak lah, aku pada dasarnya bukan pria yang suka berkenalan dengan wanita sana-sini. Aku biasanya dikenalin atau nggak dijodohin. Baru deh jadian, bukan say, hello ke Bar atau club mengencani wanita lalu jadian” “Tapi pria kebanyakan seperti itu. Liat cantik dikit bungkus” Anya tertawa. “Not me” “Sure?” “Yes” “Pernah sih kenalan dengan wanita, beberapa dikenalin dengan teman yang profesinya sebagai artis, tapi untuk artis aku enggak dulu dan merasa kurang tertarik” “Masa” “Serius” “Nanti kalau jodoh kamu artis gimana?” “Enggak mungkin lah. Kalaupun iya, aku suruh berhenti” Anya lalu tertawa, Armand juga ikut tertawa. “Aku kenalan dengan kamu karena mama. Mama pernah bertemu kamu kata mama kamu anaknya ramah dan cantik. Dan mengatakan deketin saja siapa tahu cocok” Anya lalu tertawa, “Mama kamu bilang gitu?” Armand lalu tertawa, “Iya !” “Mama kamu ada-ada aja” Armand kembali memandang Anya, tawa wanita itu sangat cantik. Gigi nya terlihat sangat rapi, “Aku berharap sih hubungan ini nggak ada halangan dan sejauh ini aku ngobrol sama kamu cocok-cocok aja” “Kamu nggak nanya aku, cocok apa nggak sama kamu?” Armand menutup wajahnya dengan tangan, “Kamu cocok nggak ngobrol sama aku?” “Lumayan” “Emang kamu ngebet banget mau cari istri” tanya Anya. “Aku seumuran abang kamu, Anya. Aku seperti pria tidak laku” timpal Armand. Anya kembali tertawa, “Oh God, Bukan nggak laku, kamunya pemilih” “Untuk partner life ya harus dipilih, nggak mungkin asal comot aja. Aku harus liat siapa keluarganya, berasal dari mana, sebanding apa nggak. Dan itu harus dipikirkan dengan matang” “So …” “Kamu tipe aku” ucap Armand penuh percaya diri. “Thank you”   ***                                                  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN