Bian akhirnya merangkul pinggang Dine dengan kedua tangannya, "Kenapa kamu panik?" Ia menahan senyum kegirangan karena Dine tidak menolak rangkulannya. Bian memperhatikan kalau wajah cantiknya merah padam. Dine dengan gugup menatap Bian, "Ba-banan janji datang malam ini. A-aku.." "Daripada kamu bingung, abaikan saja," Bian tersenyum. "Aku lebih dulu datang. Dre akan sedih kalau ibu kucing mengusirnya." Dine memukul d**a Bian dengan lembut, "Di saat seperti ini.. Kamu.. Ah.." "Aku tidak bisa mengabaikannya. Idemu aku tolak," Dine berusaha melepaskan diri dari rangkulan Bian. Tapi Bian mempererat rangkulannya dan tidak membiarkan Dine lepas begitu saja, "Aku tidak menerima penolakan, Adine." Ia kemudian menyentuh pipi Dine secara perlahan, "Kenapa kamu panik? Apa salahku? Apa sala