Pintu kaca otomatis di kamarku diketuk dari luar. Aku cepat-cepat memencet tombol unlock agar Tatas tidak terbangun karena mendengar suara ketukan pintu. Yang mengetuk pintu dan masuk ke kamarku setelah pintunya ku buka adalah seorang perempuan paruh baya yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan Tatas. Itu pasti mamanya Tatas, Tante Angela, yang telah tiba untuk membantuku. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah tempat tidur dan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anak perempuannya yang tertidur lelap di sampingku hanya dengan tank top putih dan celana dalam hitam.
“ Maaf, Andrew. Anak Tante ini benar-benar tak tahu malu. Gimana bisa anak gadis tidur di samping seorang laki-laki hanya dengan dalaman? Nanti kalau dia bangun, pasti Tante akan marahin dia. Maaf ya Drew.” Kata mama Tatas dengan muka jutek khas ibu-ibu yang kesal melihat anak gadisnya berprilaku semaunya.
“ Sssttt. Tante, biarin aja , Tatas tidur. Badannnya hanget. Dia pasti kecapean karena tidak tidur bermalam-malam akibat jetlagnya. Tadi Tatas juga kepanasan,soalnya dia pake hoodie milikku, makanya dia buka bajunya supaya tidur lebih nyaman. Jangan marahin Tatas, Tante” Kataku berbisik agar suaraku tidak menganggu tidur lelap Tatas.
Tante Angel memandangku dan tersenyum sekilas.
“ Saya, Tante Angel,mamanya Fira, Eh Tatas. Kita belum sempat kenalan ya. ”. Kata Tante Angel ikut berbisik.
“ Aku Andrew, Tante, pasiennya Tatas” Jawabku juga dengan bisikan..
“ Iya, Tante tahu kamu pasiennya Tatas, malah Tatas yang jadi pasienmu sekarang. Maafin Tatas ya Drew. Dia uda kebiasaan hidup bebas di Amerika , jadi sifatnya bukan lagi seperti gadis Indonesia yang penuh tata krama dan malu-malu , dia itu suka semaunya saja. Gimana bisa buka baju dan celana di depan pria tanpa canggung. Ampun benar-benar anak perempuan , tante ini” Kata Tante Angela berbisik lagi sambil mengambil selimut yang tadi di tendang Tatas ke bawah kasur karena dia kepanasan. Selimut yang sudah diambilnya ditutupnya kembali ke tubuh anak perempuannya dengan lembut.
“ Nggak apa-apa Tante, Saya yang minta maaf karena tidak bisa bergerak untuk membantu Tatas, jadi terpaksa menganggu waktu istirahat Tante”.
“ Jangan bilang seperti itu Drew. Tante ini sahabat mamamu dari jaman sekolah dulu, jadi Andrew juga uda tante anggap seperti anak sendiri. Sekarang, Andrew mau makan dulu kah? Kita biarin Tatas tidur aja dulu. Mudah-mudahan demamnya bisa mereda dan dia bisa kembali fit setelah dia cukup tidur”.
“ Boleh Tante” Kataku langsung menyetujui ajakan makan dari mama Tatas, karena perutku sudah lapar dan biar Tante Angel tidak ngomelin Tatas terus karena membuka bajunya dan tidur di sampingku dengan hanya memakai dalaman. Aku takut Tatas terbangun. Jadi lebih cepat kami keluar dari kamar , lebih baik supaya Tatas bisa tidur lebih lelap agar dia bisa segera sehat kembali. Aku merasa sangat bersalah, melihatnya yang sampai demam karena sibuk mempersiapkan kepulanganku ke Jakarta.
Tante Angel membantuku bangun dari tempat tidur dengan teknik mengangkat yang seperti Tatas ajarkan kepadaku, pasti Tatas yang juga mengajari mamanya tentang teknik ini, karena teknik ini lebih gampang untuk caregiver perempuan seperti mereka karena teknik ini tidak butuh tenaga ekstra untuk mengangkat pasiennya yang rata-rata ukuran tubuhnya pasti lebih besar dibandingkan tubuh mereka.
Ketika sudah duduk di kursi roda aku merenggangkan tanganku yang sedikit pegal karena dari tadi memijit kening Tatas.
“ Pegal ya Drew, tangannya. Nanti Tante pijitin ya ,supaya kamu lebih relaks. Terlalu lama berbaring memang bisa pegal.”
“ Bukan Tante, aku bukan pegal karena lama berbaring”.
“Jadi kenapa?” Tanya Tante Angel dengan nada khawatir.
“ Nggak apa-apa, tante. Benaran hanya sedikit pegal saja”. Aku memutuskan untuk tidak menjawabnya karena takut Tatas akan dimarahin mamanya . Padahal aku yang dengan sukarela memijit dahi Tatas supaya dia tidak merasa kesakitan dan bisa tidur lebih nyenyak.
Tante Angela juga sama cekatannya seperti Tatas. Dia membantu menyiapkan makan malamku dan kemudian mengajakku ngobrol di teras belakang sambil memandang ke arah kolam renang. Katanya jangan langsung ke kamar dan berbaring sehabis makan. Itu tidak sehat. Padahal dalam hatiku, aku ingin secepatnya kembali ke kamar dan berbaring di sisi Tatas dan kembali memijat keningnya atau membelai punggungnya agar tidur Tatas lebih lelap. Tapi demi sopan santun, aku mengiyakan ajakan tante Angel untuk duduk di teras belakang dan menikmati sepiring buah-buahan.
“ Tante, tadi melihat press conference kalian di TV, tante sangat puas dengan jawaban Tatas. Dia benar-benar tanpa ampun kalau sudah marah. Mantan tunanganmu dan wartawan yang menulis berita tak benar tersebut pasti kesal dengan jawaban Tatas yang membalikkan keadaan” . Kata Tante Angel sambil mengupas apel dan meletakkannya di piring di depan mejaku agar bisa aku makan.
“ Iya Tante, untung ada Tatas yang tampil pasang badan membelaku. Kalau tidak ada dia, mungkin aku sudah langsung balik ke Singapur dan tak akan kembali lagi ke Indonesia. ” Kataku pelan.
“ Kamu harus semangat Drew, nggak usah terlalu diperdulikan apa kata orang. Tante yakin dengan bantuan Tatas kamu akan kembali bisa beraktivitas secara mandiri. Tante tidak bilang bisa berjalan karena itu belum bisa kita pastikan kalau belum ada hasilnya. Kamu mengerti maksud Tante kan? Bukannya Tante mau buat kamu pesimis. Tapi dokter yang paling hebat pun di dunia ini, tidak bisa menentukan kenapa si A bisa berjalan kembali sedangkan si B tidak bisa kalau sudah menyangkut spinal cord injury, karena tiap orang itu berbeda”.
“ Iya Tante , saya mengerti. Saya sudah dijelaskan oleh Tatas juga. Yang penting bagi saya sekarang, dari rebahan saya kuat duduk dulu dan pelan-pelan baru meningkat bisa berpindah ke kursi roda sendiri . Lalu meningkat lagi bisa ke kamar mandi sendiri. Kemarin saat memandikan aku, Tatas sudah menyusun metode terapi yang harus kami capai dalam dua bulan ini. Saya nggak mau seperti sekarang Tante, yang tidak bisa bangun sendiri dan harus merepotkan tante” Kataku sedih.
Tante Angel tersenyum memandangku “Pelan-pelan, Drew. Tante yakin kamu pasti bisa melakukannya sendiri nanti. Jangan terus-terusan merasa sedih dan merasa tidak percaya diri. Kamu pasti bisa kalau kamu rajin terapi. Yang penting semangat. Lupakan semua hal yang membuatmu sedih, seperti mantan tunanganmu itu. Dia tidak layak untukmu. Yuk! Kamu uda mau kembali ke kamar? Ini uda mau jam sembilan”
Aku cepat-cepat mengiyakannya dan langsung melajukan kursi rodaku masuk ke kamar. Tante Angel mengikutiku dari belakang.
Di kamar, Tatas masih tertidur sangat lelap. Sekarang semua selimutnya sudah tersingkap lagi. Tante Angel segera menutup tubuh Tatas dengan selimut. Setelah membantuku di kamar mandi. Tante Angel membantuku berbaring ke tempat tidur dan sambil berbisik dia menanyakan
“ Perlukah tante bangunin Tatas agar pindah tidur di kamarnya saja?”
“ Ssstt. Nggak usah Tante, biar dia tidur di sini saja. Jangan dibangunin. Tatas pasti sangat capek. Tante nanti mau tidur di mana? Apakah di kamar Tatas di sebelah?” Tanyaku.
“ Kata mamamu saat Tante telepon tadi, Tante disuruh tidur di kamar atas , kamar yang untuk tamu. Kalau kamu perlu Tante, malam-malam. Telepon ke handphone tante saja ya. Tante agak susah tidur kalau di tempat baru, harus baca buku atau nonton film dulu sampai ngantuk , jadi takut mengganggu istirahatmu kalau tante tidur di kamar Tatas. Kamu tidak apa-apa kan Drew, kalau tante tidur di atas? ” Kata Tante Angel sambil bersiap-siap beranjak keluar dari kamarku.
“ Nggak apa-apa Tante. Kalau saya butuh bantuan, dan Tatas masih tidur, saya akan menelepon tante di Handphone. Selamat malam, Tan. Maaf sekali lagi karena Andrew sudah merepotkan Tante” Kataku pelan dan merasa bersalah.
Tante Angela hanya menggelengkan kepalanya juga tersenyum simpul dan segera berlalu dari kamarku.
Aku langsung mematikan lampu dan menekan tombol lock di remote agar pintunya terkunci. Sekarang saatnya aku bisa kembali memijit Tatas atau membelai punggungnya . Aku ingin membuatnya nyaman. Tatas masih tertidur dengan lelapnya. Suara deru nafasnya terdengar teratur. Aku mulai memijit-mijit lagi keningnya. Kalau sudah pegal aku akan melingkarkan tanganku di bahunya lalu mulai membelai-belai punggungnya.
Aku memang masih susah tidur, sejak kecelakaan itu , aku pasti tertidur kalau jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari bahkan pernah semalaman , aku tidak tidur. Rasanya mataku tak bisa menutup. Meskipun aku sudah membaca atau menonton film tetap saja mataku tak bisa terpejam. Kejadian-kejadian kecelakaan itu selalu datang silih berganti di benakku. Kenapa supir truknya bisa mengantuk dan menabrak mobilku dari belakang? Mengapa mama bisa begitu curiga kalau Tante Mei terlibat dalam kecelakaanku dan kecelakaan papaku? Apakah mama sudah memiliki bukti konkrit? Atau itu hanya perasaan mama karena dari dulu mama juga tidak cocok dengan Tante Mei. Apakah Tante Mei benar-benar kejam seperti yang mama duga? Pertanyaan-pertanyaan dan kejadian-kejadiaan itu yang selalu timbul saat aku mau tidur di malam hari. Pertanyaan yang tidak bisa kujawab karena aku tidak berdaya untuk mengumpulkan bukti-bukti. Aku langsung diberangkatkan ke Singapura dengan pesawat medis sesaat setelah mama mengetahui tentang kecelakaan itu.
Tiga bulan aku di Singapura dalam perawatan dokter terbaik di sana. Aku melakukan tiga kali operasi di tulang belakangku. Tiga bulan aku terbaring di rumah sakit Mount Elisabeth, tanpa bisa berbuat apa-apa. Hanya terbaring di tempat tidur dan melihat langit biru dari jendela kamar rumah sakit. Saat itu aku sudah sangat putus asa. Mengapa Tuhan tidak langsung mencabut nyawaku saja? Mengapa aku masih dibiarkan hidup tapi menjadi lumpuh. Tapi saat melihat mamaku yang menjagaku penuh kasih, aku berusaha untuk tegar dan tetap hidup agar tidak meninggalkannya seorang diri. Juga ketika mengingat kalau aku sudah melamar Sevira, wanita tak berhati itu. Aku ingin bertahan hidup agar tidak meninggalkannya juga. Tapi ternyata dia yang meninggalkan aku. Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Sevira itu, mengapa dia sampai hati mengatakan kepada wartawan-wartawan kalau dia memutuskan pertunangan kami karena aku mengalami disfungsi seksual? Padahal saat dia datang ke Singapura itu, Aku sudah sangat senang, karena berpikir dia akan mendampingi aku dan bersama-sama pulang kembali ke Jakarta. Aku sangat terkejut ketika dia datang dan langsung mengatakan kalau dia akan memutuskan pertunangan karena tidak mau mempunyai suami lumpuh. Aku terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa memandanginya dengan pandangan nanar. Dia juga langsung berbalik dan pergi tanpa lagi menanyakan bagaimana keadaanku setelah operasi. Dia benar-benar wanita gila yang tak punya hati nurani. Ternyata dia hanya cantik di wajah tapi tidak cantik di hati. Aku benar-benar sangat membencinya sekarang. Aku sangat sakit hati mengingat kelakuannya yang tanpa hati nurani langsung memutuskan pertunangan kami seperti itu. Aku bersyukur ada Tatas yang membelaku dengan gagah berani saat konferensi press di bandara. Kalau tidak ada Tatas, mungkin aku lebih baik mati saja daripada menghadapi pandangan orang-orang se Indonesia tentang diriku. Laki-laki yang tidak bisa lagi menjadi laki-laki sejati. Laki-laki yang tidak hanya kakinya lumpuh tapi juga lumpuh organ intimnya. Sevira si brengssek itu benar-benar gila dan tidak memikirkan efek perkataannya terhadap diriku. Aku menyesal sempat melamarnya dan mencintainya. Mengapa aku bisa begitu dibutakan olehnya?
Aku menghela nafas dan memandang Tatas yang masih tertidur lelap dalam pelukanku. Tanganku masih membelai-belai punggungnya. Memandang Tatas yang tertidur membuatku merasa bersyukur, ada dia yang dikirim Tuhan untukku saat aku begitu terpuruk. Terimakasih ,Tas. Aku akan membalasmu suatu saat nanti. Bathinku dalam hati dan tersenyum penuh kehangatan , memandangi wajah Tatas yang masih tertidur dengan lelapnya .
Saat orang yang engkau cintai
Meninggalkanmu tanpa alasan
Pasti timbul rasa benci dalam hatimu
Tapi mungkin itu jalan Tuhan supaya
Kamu tahu kalau dia tidak pantas untukmu
Dan Tuhan akan menggantinya dengan seseorang yang lebih baik
Yang bisa mencintaimu dengan tulus dan
Selalu mendukungmu dalam setiap langkahmu
Tanpa memperdulikan kekuranganmu.