Aku mengecup bibir Andrew lembut, untuk mengulur waktu agar tidak usah menjawab pertanyaannya. Aku ingin berpikir dulu , bagaimana seharusnya menjawab pertanyaan Andrew. Aku anggap dia apa? Aku juga binggung. Mulanya aku hanya menganggap dia pasienku seperti pasien-pasein lainnya yang pernah aku tangani. Tapi ketika melihat matanya yang begitu terluka saat aku menjemputnya di Singapore, timbul perasaan yang kuat dalam diriku untuk melindunginya. Hatiku menghangat ketika mendengar Andrew memangilku Tatas. Perasaan itu makin menguat ketika melihat Andrew begitu terpuruk saat membaca berita tentang pemutusan pertunangannya karena disfungsi seksual. Perasaanku saat itu semakin campur aduk dan dorongan untuk melindunginya semakin menggebu dalam hatiku . Dan ketika melihat Andrew yang