8 - Menikah

1338 Kata
8- Menikah Hari yang dinanti pun tiba. Wajah Faras tampak memucat dan hatinya berdebar keras. Dia merasa tak percaya, kalau ternyata dirinya akan menjadi suami seseorang hari ini. Yang lebih membuatnya tak percaya adalah, dia akan menjadi suami dari seorang wanita bertubuh gempal alias gemuk. “Kamu kenapa?“ tanya ibunya yang melihat sang putra tampannya tampak pucat. “Enggak apa-apa Cuma grogi aja,” jawabnya lemas. “Oh, biasa itu. Calon pengantin memang begitu,” jawab sang ibu yang merasa lega, karena anaknya baik-baik saja. Seluruh keluarga yang akan ikut mengantarnya sudah siap. Jarak rumahnya ke rumah Sofika tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar dua puluh menit perjalanan saja menggunakan mobil. “Wah calon pengantin ganteng banget, jadi penasaran dengan calon istrimu,” goda salah satu kerabat, yang ditanggapi senyuman kecut oleh Faras. Ingin rasanya dia berteriak, si ganteng ini dapat istri yang gendut! Sungguh dia merasa insecure. “Aku sebenarnya naksir sama kamu Kak, andai kamu bukan sepupuku,” ujar salah satu sepupu jauh Faras, yang ditanggapi kekehan oleh sang calon pengantin. Dan masih banyak lagi godaan-godaan untuknya. Keluarga besarnya memang belum tau tentang calon istrinya. Karena, pada saat perjodohan dan penentuan tanggal pernikahan, hanya dihadiri oleh keluarga inti saja. Faras dan kedua orang tuanya. Faras sebenarnya punya kakak laki-laki yang sudah menikah, dan mempunyai dua orang anak perempuan usia tujuh tahun dan empat tahun, namun keluarga kakaknya tinggal di beda kota. Tapi, kemarin keluarga kakaknya sudah tiba untuk ikut menghadiri pernikahannya. “Aku ingin melihat istrimu seperti apa, dari dulu kamu itu kan sangat pemilih sekali. Ingin punya istri yang sempurna, pintar, cantik dan seksi,” ujar sang Kakak yang berkata dengan nada sedikit mengejek. Tentu saja Faras jadi merasa tak nyaman. Bagaimana reaksi sang kakak, saat melihat calon istrinya yang punya bentukan bulat. Faras semakin gelisah. Beruntung, sang ibu menyelamatkannya dari berbagai macam godaan dan pertanyaan yang menurut Faras kurang bermanfaat itu. Mereka pun pergi untuk menghadiri acara pernikahan, takut terlambat. Tapi, dalam hatinya, Faras berdo’a semoga saja ban mobil yang ditumpanginya kempes, sehingga terlambat pergi ke acara pernikahan. Hingga, akhirnya pernikahan pun gagal dilaksanakan. Dan, karena takut malu, keluarga Sofika memutuskan mencari pengantin pengganti untuk menggantikan dirinya. Ali, ya lelaki itu sepertinya sangat cocok untuk Sofika. Lelaki itulah yang akhirnya menikah dengan Sofika. Tiba-tiba saja Faras tertawa bahagia dengan apa yang ada di benaknya saat ini. “Kamu kenapa?“ tanya ibunya dengan tatapan heran kepada sang anak. Faras langsung menghentikan tawanya, sambil menggaruk hidung yang kebetulan memang asli terasa gatal sekali entah kenapa. “Tak ada Mam,” jawab Faras, sambil mengembuskan napas kesal. Rupanya, itu semua belum menjadi kenyataan. Dia jadi kesal kepada diri sendiri. Tiba-tiba saja sebuah ide yang menurutnya brilian muncul. “Bu, aku mau beli sesuatu dulu ke mini market,” dengan cepat Faras berkata saat mobil yang di tumpanginya melintas di depan sebuah mini market. Sang Ayah yang menjadi Sopir mobil pun bertanya sambil menepikan mobil. “Beli apa?“ menengok ke arah Faras, setelah menghentikan mobilnya tepat di depan mini market tersebut, hanya sedikit kepinggirnya saja, supaya tidak menghalangi jalan untuk kendaraan lainnya yang mungkin akan keluar masuk mini market. “Em, ini mau beli pulsa,” bohongnya. Karena pulsanya baru diisi kemarin dengan nominal dua ratus ribu. “Pulsa, ck. Itu bukan hal penting untuk saat ini,” sang ayah berdecak. “Cepat,” lanjutnya berkata. “I iya, yah,” bergegas Faras turun. Keluarga yang lainnya sudah di suruh pergi duluan oleh kedua orang tuanya, dan diminta menunggu di gerbang kompleks perumahan tempat tinggal Sofika. Faras masuk ke mini market, tapi dia hanya berkeliling dengan otaknya yang coba memikirkan sesuatu, agar kedua orang tuanya turun dari mobil, sehingga dia bisa melancarkan rencananya. Faras pun benar-benar membeli pulsa, agar tak dianggap berbohong. Bohong kan dosa! Sementara itu, kedua orang tua Faras menggerutu karena anak mereka begitu lama. Akhirnya, mereka inisiatif turun. Saat itu, Faras tanpa sengaja melihat kedua orang tuanya yang hendak masuk ke mini market. Faras segera sembunyi, diantara jejeran rak yang ada di sana. Sementara, kedua orang tuanya mulai celingukan. “Pah, mama beli sesuatu aja ya. Malu, nanti dikirain apa sama orang-orang,” bisik sang istri kepada suaminya. “Iya, mam,” jawab suaminya, ayah Faras. Akhirnya, orang tua Faras belanja sesuatu sambil mencari anaknya. Saat menemukan waktu yang tepat, bergegas Faras keluar. Untung tadi udah beli pulsa saat baru masuk. Faras benar-benar melancarkan aksinya. Dia membuat kempes ban mobil sang ayah, dengan ditusuk paku. Mungkin keberuntungan sedang ada pada Faras, karena dia melihat sebuah paku karatan yang tergeletak di dekat mobilnya. Kemudian, dia duduk santai di dalam mobil dengan muka ceria sekarang. Tidak lama kemudian, kedua orang tuanya datang dengan menenteng dua keresek besar. Faras mengerutkan dahi. “Ibu belanja juga?“ sebenarnya, dia pura-pura tidak tau. Tapi, sebenarnya, dia tak menyangka kedua orang tuanya akan belanja sebanyak itu. “Ini gara-gara kamu!“ sang ibu menatapnya kesal. Faras hanya nyengir. “Kenapa lama sekali, kami cari kamu tidak ada di dalam!“ sekarang ayahnya yang berkata dengan jengkel. “Ekhm tadi aku ke toilet dulu,” bohong Faras, dalam hati dia berkata sembunyi dulu. “Ya sudah, nanti terlambat. Ayo pah pergi,” ujar sang istri kepada suaminya. Dan Ayah Faras pun mulai melajukan mobil. “Kok sepertinya bannya kempes deh,” ujar sang Ayah, sambil menepikan mobil. Faras hanya tersenyum tipis. “Yes, yes,” dalam hati dia kesenangan. Setelah di cek ternyata mobilnya memang kempes. “Aneh, tadi rasanya tidak kempes saat menepi di dekat mini market,” ujar sang ayah, yang bergegas hendak mengganti ban mobilnya. Tapi, ternyata tidak membawa ban serep. “Ke bengkel saja,” solusi dari Faras. “Bagaimana ini pah?“ Ibu Faras tampak panik dengan sesekali melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. “Mau bagaimana lagi, kita pesan taksi saja. Mobil kita biarkan di bawa ke bengkel,” lalu segera menghubungi bengkel langganannya untuk mengambil mobil di titik lokasi. Wajah Faras kembali memucat, dia sama sekali tak memikirkan taksi online. Dan wajahnya semakin pucat, saat taksi sudah datang. Mereka pun naik taksi, sementara mobilnya di titipkan kepada seorang satpam toko. Kebetulan, mereka menepi tepat di depan sebuah toko elektronik. Tidak lupa ayah Faras memberikan selembar uang berwarna merah kepada satpam tersebut. “Sial! Rencanaku gagal!“ Faras menggerutu dalam hati. Akhirnya, mereka tiba di lokasi. Faras dan kedua orang tuanya, pindah ke mobil salah satu kerabat untuk melanjutkan perjalanan ke rumah Sofika. Dan sekarang, mereka sudah ada di depan gerbang rumah Sofika. “Kamu dapat anak konglomerat rupanya, hebat,” bisik sang kakak yang berdecak kagum melihat rumah bak istana raja-raja itu. Acara seserahan dilaksanakan, ada upacara adat yang menyambut dengan meriahnya. Tapi, yang menjemputnya hanya kedua orang tua Sofika. Karena gadis itu baru akan muncul setelah acara ijab Qobul nanti. “Itu ibu mertuamu?“ Sang Kakak kembali kagum, melihat wanita yang masih begitu cantik di usianya yang tidak muda lagi itu. “Iya,” dengan malas Faras menjawab. “Anaknya pasti lebih cantik lagi, atau minimal secantik ibunya lah,” perkataan sang kakak membuat Faras tersedak, padahal tidak sedang memakan apa pun. Uhuk uhuk “Kamu kenapa?“ Kakaknya tampak khawatir. “Kenapa kamu bawel sih, kak,” setelah batuknya berhenti, Faras berkata. “Banyak ngomong, ah aku nanya seadanya,” akhirnya kakaknya jadi kesal. Dia tak lagi bertanya. Setelah serangkaian acara, sekarang tiba saatnya ijab Qobul. Sudah disediakan sebuah podium kecil untuk tempat kedua mempelai, orang tua mempelai dan para saksi di sana. Sementara, Keluarga lainnya duduk dengan nyaman di kursi yang sudah di sediakan yang menghadap podium tersebut. Sah sah sah Terdengar gema para saksi setelah ijab Qobul. “Silakan mempelai wanita bisa di bawa kemari sekarang, “ ujar penghulu. Jantung Faras seolah berhenti berdetak. Membayangkan sang mempelai yang sangat berbobot itu kata ibunya. Ya bobot badannya yang banyak! “Jadi tak sabar ingin melihat istrimu,” sang kakak berbisik dengan antusiasnya. Sementara Faras semakin panas dingin mendengar perkataan sang kakak. Apa yang akan dikatakan kakaknya setelah melihat istrinya yang berbobot itu? Mendadak lutut Faras jadi terasa lemas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN