“Apa kau ingin makan yang lain?” Lee Jun Min membuyarkan lamunan Lia yang menatap ke arah luar jendela pesawat. Sanggul kecilnya terlihat manis dan imut dari belakang. Sebagian anak-anak rambut pendek-pendek mencuat di sekitar telinga dan leher perempuan berkacamata itu. “Indah, bukan?” lanjut Lee Jun Min pelan. Tersenyum gemas melihat sanggul yang sedikit berantakan tapi malah terlihat sangat bergaya dari sang cinta pertamanya.“Kita sekarang terbang di atas Greenland. Daratan yang diselimuti oleh salju abadi. Beberapa jam lagi kita akan segera mendarat di New York.” “Um?” Lia menolehkan pandangannya ke arah calon suaminya yang sibuk memotong daging di piringnya. Sekarang mereka sudah menyantap hidangan ketiga, tapi situasi di antara mereka dingin bagaikan pulau besar di bawah sa