Pemandangan itu cukup menusuk mata Jena, tapi dia hanya diam saja, sudut bibirnya tertarik pahit. Hatinya merasakan tusukan perih, merasa terbuang sekali lagi. Juga sangat malu dan merasa rendah diri. Ingin rasanya dia bersembunyi, atau terjun dari lantai ini kalau perlu. Tidak tahan dengan perasaan yang teraduk-aduk di hatinya. Sebenarnya, dalam masalah ini, siapa yang benar-benar jahat? Siapa yang benar-benar salah? Lia sempat menjelaskan kepadanya kenapa dia menyebutnya sebagai malaikat ketimbang pelakor atau pun orang ketiga. Wanita berambut ikal itu berkata, kalau dirinya berhasil membuat rahasia pertunangan Zaflan terungkap dengan cara yang tidak terduga, membuatnya merasa diselamatkan dari penipuan luar biasa selama bertahun-tahun. Jena pikir, Zaflan tidaklah salah sepenuhnya