Keesokan harinya, Jakarta. Di sebuah rumah sakit umum. Jena yang duduk bersandar di ranjang menatap keluar jendela di sampingnya. Di ruangan itu hanya ada dirinya. Sinar matahari menyinari ruangan sunyi itu. Kehangatannya mengenai kulitnya yang kini terlihat pucat dengan wajah lemah. Selang infus terpasang di salah satu tangannya. Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar bagi perempuan berambut hitam lurus ini. Tatapan matanya kosong. Sekian lama, untuk pertama kalinya ia sangat, sangat merindukan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Dalam balutan pakaian rumah sakit, Jena sama sekali tak pernah menyangka akan berada dalam keadaan seperti ini. Kalimat dokter yang memeriksanya masih terbayang-bayang dalam pikirannya. Apa pilihannya? Dia tidak punya uang banyak untu