Lia menggenggam kuat cokelat truffle yang diberikan oleh Auriga sewaktu di warung tadi. Perempuan itu berdiri di depan pagar rumahnya dengan perasaan nyaris melayang dan hampa. Cokelat yang berada di genggamannya dikepalkan kuat-kuat sepanjang perjalanan pulang seperti perasaannya yang hancur berpilin dengan keadaannya. Kau di mana Zaflan? batin Lia muram. Satu tangannya yang bebas membuka pelan pintu pagar, melangkah memasuki halaman depan rumah. Air mata yang sedari tadi ditahannya selama perjalanan pulang, perlahan meleleh dari kedua matanya yang kosong. Kesedihan menangkapnya untuk kesekian kalinya. Tak ada yang mau mengalami hal menyesakkan dan membingungkan ini, tapi apa kuasanya? Semua pikiran dan hatinya saat ini hanya tertuju pada satu orang saja, yaitu Zaflan.... Pria